Bab 12

11 0 0
                                    


Bab 12 Kle Tuan Puteri Ternekat!

 "Kalian semua jangan ikuti aku, pergilah pulang, kabarkan aku telah meninggal dunia!"

Jari-jariku bergetar hebat ketika suara Kle terdengar. Reflek aku keluar dari kereta kuda milik Kle. Jangan, aku mau kehilangan Kle. Orang-orang ini kenapa? Aku melongo melihat dayang, prajurit juga Op menuruti titah Kle. Aku marah, aku kembali ke kereta kuda Kle membongkar catatan Kle. Air mataku deras, brutal sekali. 'Tidak-tidak ...'

Aku berniat untuk tidak membunuh Nyaga

Kami unsur menyeimbang dunia, kami tidak bisa saling membunuh

Aku menggeleng, "tidak Kle, kamu harus membunuh Nyaga, agar kamu tidak akan dibunuh balik oleh Nyaga, jika!"

Aku panik, setengah mati. Tapi seakan tidak ada yang memahami posisiku sekarang. Aku bisa saja dianggap orang gila. Lagian, Kle benar-benar ingin bunuh diri. Gelagapan, aku seperti orang penguasa masalah. Kurampas semua kertas-kertas yang berserakan ada di kereta kuda milik Kle.

Aku yakin ada jawaban menarik nan rahasia di sana. Aku tidak peduli, aku seolah lupa apa itu hak-hak berprivasi. Semua peraturan itu musnah dari kepalaku sejak menyaksikan tindakan bodoh Kle.

Dapat! Kurampas asal kertas-kertas milik Kle. Kubuka asal catatannnya. Sembari menenangkan diri sendiri. Aku tidak akan berhasil jika aku dikuasai emosi dan gelagapan.

Aku berhenti, ketika melihat tertarik dengan salah satu halaman. Mataku jeli melihat tulisan khas Kle.

Dulu, aku berharap memakai gaun nan indah. Menari sepuas hati. Menikah, punya keturunan mengemaskan.

Harapan ini tidak akan terjadi. Aku tidak yakin. Sudah beberapa kali orang penerima gen sepertiku mati.

Gen istimewa ini memang istimewa, aku tidak kesal mewarisinya. Justru aku dapat memanfatkan hidupku dengan sebaik-baiknya.

"Op! teriakku di tengah ke heningan."

Op berjalan gontai menatapku prihatin. Padahal, kondisinya jauh memprihatinkan. Dia seakan memimpin rombongan ini hanya untuk 'syarat belaka' agar raja mengizinkan Kle untuk keluar dari istananya.

Tuan Puteri itu cerdik sekali.

"Dar ..."

Aku menarik tangan Op. "Sekarang bertindak menjadi sahabatnya Kle, bukan bawahan Tuan Puteri Kle. Sekarang kita aku bertindak layaknya seorang sahabat. Apa tugasnya sahabat? harus saling membantu, apapun resikonya. Kalau kamu mau pergi bersama rombongamu silahkan, aku tidak peduli."

Op masih bengong. Kesal sekali melihat wajahnya yang sok polos situ. Terkesiap aku lari duluan. Para dayang, prajurit berteriak kencang. Berbeda dengan ayahku, dia memilih untuk berlari kencang mengejarku, kakinya melangkah cepat mengikuti irama aku hendak kemana.

"Masa bodo kalian masih di sini apa tidak. Kalau mau pulang, pulanglah. Aku akan menyelamatkan sahabatku. Kalian akan  melaporkan jika aku telah melanggar titah puteri? Laporkan saja. Saat ini posisi aku dan Tuan Puteri Kle adalah seorang sahabat. Bukan Tuan Puteri dengan budaknya." Aku berteriak kencang. Emosiku menjadi-jadi.

Op menggelengkan kepalannya. Tangannya menggenggamku lembut. Sialan, aku tidak ingin salting di situasi begini. "Aku ikut!"

Op ikut berlari. Kita lenyap ditelan pepohonan.

Semakin aku melangkah mengikuti jejak kle, suhu panas semakin terasa. Kulit-kulitku memerah, aku meringis sejenak.

"Kamu tau resikonya Op?" tanyaku sembari mengosokkan kulitku yang kepanasan—terasa kebakar. Percikan api mulai terlihat dari sini. Aku merinding, ini menyeramkan sekali.

Lesap [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang