3. Pagi

1.5K 164 19
                                    

Matahari terbit seperti biasanya memancarkan cahaya menyilaukan yang membuat siapa saja sedikit terganggu dan juga antusias untuk melakukan kegiatan. Bahkan diantaranya juga ada yang merasa malas untuk memulai hari. Seperti halnya Oikawa saat ini.

Oikawa mengunyah malas roti tawar yang hanya diolesi selai nanas itu kemudian memakannya. Moodnya sangat amat tidak bagus hari ini di karenakan harus kembali bekerja. Ditambah ia dapat pemberitahuan bahwa ia disuruh lembur sampai malam.

"Tekuk teros tuh muka." ucap Bokuto yang sudah rapih dan siap untuk berangkat kerja.

Oikawa yang mendengar itu hanya meliriknya sekilas kemudian menghela nafas. "Gua lembur Bok hari ini, malesin banget anjir."

Bokuto menghempaskan bokongnya di sofa sebelah Oikawa kemudian mengambil selembar roti tawar yang tergeletak di sana kemudian mengolesnya dengan selai nanas dan menaburi seres di atasnya.

"Bersyukur ege," Bokuto menggigit rotinya kemudian mengunyahnya. "Kapwan lagwi cobwa lwu lembwur tewrus dapwet duit." Bokuto menelan rotinya kemudian menggigitnya lagi.

Oikawa memutar bola matanya malas. "Gua kadang suka pengen resign terus numpang hidup aja sama lu berdua."

Bokuto menelan rotinya kemudian kembali berkata. "Jujur, gua gak mau punya beban." entengnya.

Oikawa mengerucutkan bibirnya kemudian memakan kembali roti miliknya. "Oh iya gua semalem lupa nyabut kunci, lu yang bukain pintu buat Kuroo?"

Bokuto menggeleng. "Kaga, gua aja gak ngedenger dia balik semalem."

"Terus itu anak masuk lewat mana?"

"Cerobong asep, kali?"

"Lu kata ini zaman kapan masih ada cerobong asep di nih rumah?"

"Paleolitikum."

"Megalitikum tolol!"

"Hoam.... Modern bego." tiba-tiba saja Kuroo turun dengan wajah khas orang yang baru saja bangun tidur. Membuat Bokuto dan Oikawa beralih menatapnya.

"Akhirnya bangkit dari kubur juga lu." sindir Oikawa.

"Maklumin Wa, habis banting tulang dia semaleman." ucap Bokuto.

Kuroo hanya mengangkat bahunya tidak tahu ingin membalas seperti apa. Ia lebih memilih berjalan dan duduk di sebelah Bokuto.

"Eiya Kur, lu semalem masuk gimana? Gua lupa nyabut kunci semalem." ucap Oikawa enteng.

Kuroo yang tadinya masih mengantuk seketika langsung membuka matanya lebar-lebar seolah antusias dengan perkataan Oikawa.

"Lu semalem gak ngunci pintunya Wa!! Untung aja gak ada maling yang masuk!" ucap Kuroo sambil menunjuk kearah pintu masuk.

Oikawa menyerngit heran. Pasalnya ia sangat mengingat bahwa ia telah mengunci pintu itu bahkan sampai 2 kali.

"Gua ngunci pintunya anjir, dua kali lagi!" ujar Oikawa sambil menunjukkan jari berbentuk huruf V.

Kuroo memutar bola matanya. "Halah, semalem buktinya gua bisa masuk. Tandanya lu gak ngunci pintu!"

"Gua ngunci anjir, sumpah!" bantah Oikawa.

"Enggak anjir! Lu gak ngunci!" Kuroo mengambil selembar roti tawar itu kemudian menaburkan seres diatasnya lalu memakannya. "Terus juga jendela gudang gak lu berdua tutup, ck kalo ada maling masuk bener-bener kelewatan sih!"

Bokuto mengangkat satu alisnya seolah heran dengan perkataan sahabatnya itu. "Lah, yang terakhir kali ke gudang siapa coba?"

Kuroo mengangkat satu alisnya seolah menunggu jawabannya. "Siapa?"

"Elu anjir!! Berarti itu salah lu!" ucap Bokuto.

Mendengar itu Kuroo segera berhenti memakan dan menatap kedua temannya secara bergantian. "Lu berdua gak ada masuk gudang lagi emang habis gua?"

Oikawa menggeleng, begitu pula Bokuto.

Melihat respon sahabatnya membuat Kuroo menggaruk tengkuknya. "Hehe maaf...."

"Halah maaf maaf," Oikawa mengambil segelas air yang tersedia di sana kemudian meneguk habis air itu. "Btw gak kerja lu?"

"Nanti, jam 9." jawab Kuroo.

"Enak bener agak siangan. Gua aja jam 07.15 harus ada di sana." lesu Bokuto.

Mendengar itu Oikawa dan Kuroo segera melirik kearah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 07.00. Melihat itu membuat Kuroo dan Oikawa berteriak serempak.

"YA UDAH BERANGKAT BEGO! UDAH JAM SEGINI!!"

Bokuto yang di teriaki seperti itu segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar meninggalkan kedua sahabatnya itu.

Selepas Bokuto keluar, Kuroo menatap kearah Oikawa yang masih memakan rotinya itu dengan malas.

"Dan lu... Gak berangkat?" tanya Kuroo.

"Nanti dulu deh, lagi ngumpulin niat." enteng Oikawa.

Kuroo hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Tidak berniat untuk memperingati Oikawa supaya tidak telat. Lagi pula ini pilihannya sendiri.

"Eiya, kartu identitas lu gak dipake?" tanya Kuroo yang melihat baju Oikawa terlalu polos.

Oikawa menepuk dahinya karena mendengar itu. Ia segera bangkit dan menuju ke kamarnya. "Makasih loh! Lu penyelamat gua!"

Tanpa menunggu balasan Kuroo, Oikawa segera melangkah menuju kamarnya untuk mencari kartu identitasnya. Di kantor tempat dirinya bekerja, jika tidak mengenakan kartu identitas, ia tidak di perbolehkan masuk.

Oikawa membuka pintu kamarnya kemudian mencari kartu itu di tiap sudut kamarnya. Tetapi ia tak kunjung menemukannya.

"Yaelah gua taro mana coba tuh kartu." gumamnya sambil terus mencari tanpa henti.

Brak

Oikawa menoleh ke sumber suara. Di dapatinya parfum miliknya yang terjatuh, ia segera mendekat kemudian mengambil parfum itu.

"Ya elah pake acara jatoh lagi." Oikawa meletakkannya kembali ketempat semula. Dan setelah itu ia menemukan kartu identitasnya yang tergeletak di atas meja.

Oikawa menggelengkan kepalanya. Ia rasa fokusnya belakangan ini menurun sampai-sampai tadi ia tidak melihat kartu identitasnya di situ.

"Hadeh mata mata." Oikawa menggeleng sambil menutup pintu kamarnya lagi.

Oikawa menghampiri Kuroo yang masih setia duduk di sofa itu sambil memakan roti. Ia menepuk pundak Kuroo kemudian berkata.

"Eh tas gua dong, tolong."

Kuroo yang mendengar itu tersentak kaget dan segera menoleh kearah Oikawa. Ia menganga tak percaya melihat Oikawa yang ada di belakangnya dan sedang sibuk memakai kartu identitasnya.

Karena Kuroo tak kunjung memberikan tasnya, Oikawa pun kembali berkata. "Woy tas gua!!"

Kuroo mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian meraih tas itu. "Iya iya nih."

"Sip, makasih. Kalo gitu gua berangkat."

Kuroo mengangguk. "Hati-hati..."

Ceklek

Setelah Oikawa keluar dari rumah itu Kuroo segera memijat pelepis keningnya untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Tenang tenang, gua pasti salah liat masa iya gua liat Oikawa udah keluar beberapa saat lalu." monolognya sambil kembali memakan roti.

House[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang