Bokuto melirik kearah tangannya yang menggenggam erat tangan pucat pasi Akaashi itu.
Entah ini perasaannya saja atau bagaimana. Tapi dia merasakan bahwa tangan itu perlahan ada dan perlahan tidak ada.
Membuat Bokuto bertanya-tanya saja.
"Maaf, ya...."
Bokuto beralih menatap Akaashi yang terlihat merasa bersalah itu. "Maaf? Kamu gak salah Shi...."
Akaashi menggeleng kemudian mengangkat tangannya yang di genggam erat dengan Bokuto sehingga keduanya dapat melihat tangan mereka yang saling menggenggam satu sama lain.
"Tangan aku pasti kadang ada kadang gak ada, kan?"
Bokuto terkejut mendengar itu. Oh.... Jadi ini bukanlah imajinasinya, ya.
"Gak nyaman banget buat di genggam."
Bokuto membuka mulutnya untuk membantah itu. Namun belum sempat suaranya keluar, Akaashi kembali berbicara.
"Tapi jangan di lepas...." Akaashi mengeratkan genggamannya. "Aku pengen genggam tangan kamu... Udah lama kita gak pegangan tangan."
Bokuto tersenyum mendengarnya dan ikut mengeratkan genggamannya. "Aku juga, pengen genggam tangan lembut kamu terus."
Akaashi tersenyum mendengarnya dan kembali menatap lurus ke depan. "Aku mau jujur sama kamu."
"Sebenernya energi aku udah dikit banget."
Bokuto terkejut mendengar itu. "Kok bisa?!"
"Hidup di alam yang gak seharusnya itu nguras energi besar. Terlebih, manusia yang aku temuin gak takut sama aku."
"Padahal kalo kamu takut, aku bakalan dapet energi dan bisa sedikit lebih lama buat nampakin wujud aku ke kamu."
Tangan Bokuto gemetaran mendengar itu. "Kalo energi kamu habis, apa yang bakal terjadi?"
"Kamu gak bisa megang aku lagi. Dan aku gak bisa nampakin wujud aku sepenuhnya ke kamu."
Bokuto meneguk ludahnya mendengar itu.
Tolong....
Jangan sampai seperti itu.
Bokuto tidak menginginkannya.
Dia masih ingin sedikit lebih lama dengan Akaashi.
"Jangan habis dulu energinya.... Aku masih mau ngeliat kamu."
"Aku masih mau ngobrol sama kamu."
Akaashi menyunggingkan senyum tipis mendengar itu. "Aku juga Bok."
"Aku juga masih mau sama kamu."
"Aku juga mau kamu ngeliat aku dan kamu sadar kalo aku masih ada di sini."
"Aku juga masih mau ngobrol banyak sama kamu."
"Tapi gak bisa. Kamu sendiri yang bilang kalo aku harus balik ke alam aku."
Deg
Hati Bokuto terasa ditusuk oleh perkataannya sendiri. Dadanya terasa sesak akibat ucapan yang Akaashi lontarkan.
"Lagian aku juga gak enak sama Kak Iwa."
Mengabaikan dadanya yang terasa sesak. Bokuto malah bertanya. "Kenapa emang?"
"Aku sama Kenma bisa nampakin wujud kita di sini ya karena Kak Iwa. Kak Iwa bagi tiga energinya sama aku dan Kenma."
"Aku sama Kenma gak bisa keluar dari rumah ini. Tapi Kak Iwa bisa. Dan dia manfaatin itu buat nantangin makhluk halus lainnya dan ngambil energi mereka buat ngasih ke aku dan Kenma."
Bokuto tertegun mendengar itu.
Iwa ini....
Benar-benar menyayangi Akaashi dan juga Kenma, ya?
Huh.... Bokuto jadi tidak enak pernah meninggalkan adiknya tanpa sebab.
Semoga saja Iwaizumi tidak akan membunuhnya.
"Kakak kamu," Bokuto menjeda perkataannya cukup lama. "Hebat banget."
Akaashi mengangguk mendengarnya. "Iya."
"Dan diantara kita bertiga. Aku rasa cuman Kak Iwa yang bener-bener mau balas dendam sama orang yang udah bunuh kita."
"Maksudnya—aku juga mau balas dendam sama orang itu. Tapi gak sebesar Kak Iwa. Rasa balas dendam aku kalah sama perasaan aku yang pengen sama kamu terus."
"Shi, kamu beneran masih cinta sama aku?" Bokuto berkata seperti itu sambil menatap lekat Akaashi. Bahkan langkahnya saja terhenti dan nada bicaranya terdengar sangat serius.
Akaashi pun ikut berhenti dan menatap Bokuto dengan tatapan yang sama seriusnya.
Dan tanpa ragu kepalanya mengangguk. "Masih dan selalu."
Bokuto menatap lekat Akaashi dan mendekatkan wajahnya pada wajah Akaashi dengan perlahan.
Akaashi yang tahu apa yang ingin Bokuto lakukan sontak menahan dada Bokuto dengan tangan kirinya.
"Jangan, bibir aku dingin dan mulut aku juga kotor."
Bokuto berhenti mendekatkan wajahnya dan menatap Akaashi yang berjarak beberapa centi lagi dengannya.
"Gak papa, aku tetep cinta kamu."
Setelah mengatakan itu Bokuto kembali mendekatkan wajahnya pada Akaashi dan menempelkan bibirnya pada bibir pucat itu.
Bokuto dapat merasakannya. Bibir yang terasa dingin dan sedikit kaku. Tetapi terkadang bibir itu terasa ada dan terkadang juga terasa tidak ada.
Dan tanpa mereka sadari. Di balik dinding yang tak jauh dari tempat Bokuto dan Akaashi berdiri terdapat Iwaizumi dan Oikawa yang menyaksikan adegan dua makhluk itu.
Oikawa membuka mulutnya lebar-lebar menyaksikan itu. Ia terkejut bukan main.
Kenapa?
KENAPA BOKUTO BISA BERCIUMAN?! Ya, itu yang ia pekikkan dan terus ia pertanyakan di dalam hatinya.
Sementara Iwaizumi hanya menatap datar adegan panas yang di lihatnya. Dia melirik Oikawa yang tampak terkejut itu dan kembali menatap Akaashi.
Satu yang ia sadari saat ini.
Akaashi, benar-benar mencintai Bokuto.
"Oikawa."
Oikawa yang di panggil sontak menolehkan pandangannya dan menatap Iwaizumi heran. "Kenapa?"
"Selalu denger lantunan piano, kan beberapa waktu terakhir?"
Oikawa mengangguk mendengarnya. "Iya, kenapa emangnya?"
"Kamu tau judul dari lagu itu apa?"
"Beethoven fur elise, kan?"
Iwaizumi mengangguk. Dan makin menatap lekat Bokuto dan Akaashi yang ada di sana.
"Lagu itu menceritakan tentang orang yang tidak bisa bersama dengan orang yang di cintainya."
"Akaashi selalu mainin lagu itu buat ngungkapin perasaanya. Lagu itu dia tunjukkin buat Bokuto."
"Menurut kamu.... Bokuto sadar akan hal itu apa enggak?" Iwaizumi berkata sambil menolehkan pandangannya menjadi menatap Oikawa.
Oikawa diam beberapa saat, dia bingung harus merespon seperti apa. Namun akhirnya dia malah menjawab.
"Sadar."
"Habisnya.... Bokuto juga kayak Akaashi."
Iwaizumi menatapnya heran mendengar itu. "Kenapa kamu mikir gitu?"
Oikawa menggerakkan tangannya untuk menunjuk kearah Bokuto yang baru saja selesai mencium Akaashi dan tengah mengatur nafasnya yang sedikit terengah-engah.
"Bokuto keliatan cinta kok sama Akaashi. Buktinya ciuman yang baru aja mereka lakuin itu ciuman yang di landasin cinta."
Iwaizumi makin heran mendengarnya. "Emangnya ada ciuman yang gak di landasin cinta?"
Oikawa mengerjap beberapa saat kemudian terkekeh. "Iwaizumi.... Kamu ini...."
"Gak paham tentang percintaan, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
House[✔]
TerrorRumah dengan harga miring? Tentu saja ada kisah di balik itu, kan?