Oikawa berhenti berlari ketika dia sudah merasa jauh dari Iwaizumi. Dia melepaskan tangan kirinya yang sedari tadi ia gunakan untuk menutup tangan kanannya yang bersimbah darah.
Sial, luka ini perih.
Oikawa meringis pelan kemudian merobek sebuah hordeng yang ada di sana lalu menutup lukanya. Sudah lah ini saja cukup, kan? Setidaknya dia tidak akan mati karena kehabisan darah.
Oikawa mengangguk pelan memikirkan itu. Dia terduduk di lantai yang kotor itu.
"Tuh setan.... Kenapa coba dia mau ngebunuh gua?" gumam Oikawa sambil menatap tangan kanannya yang di balut hordeng itu.
Teneng teneneng teng teng teng terereng
Oikawa mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara itu. Suara piano yang terus menerus berbunyi tanpa henti sedari tadi.
Dia mengerang kesal mendengar itu. Ini hanya firasat Oikawa saja, atau memang....
Setiap piano itu berbunyi, tiap bagian rumah ini selalu berubah.
Brakkk
Oikawa yang tadinya sedang bersender pada tembok seketika terlentang pada lantai. Dia meringis pelan akibat itu.
Ck, benar perkiraannya. Ini semua sebab suara piano itu.
"Huh.... Bokuto belum nemuin Akaashi apa, ya?" gumamnya sambil menatap langit-langit itu.
"Kuroo juga udah nemuin Kenma apa belum?"
Oikawa menghela nafasnya memikirkan hal itu. Setelah dia pikir-pikir ulang...
KENAPA KEDUA TEMANNYA SANGAT ENAK SEKALI HARUS MENANGKAP SETAN YANG TIDAK MEMBAWA SENJATA. TIDAK SEPERTI OIKAWA.
Dia tersenyum kesal memikirkan itu. Sial, jika nanti mereka sudah berkumpul kembali. Oikawa akan mencaci maki kedua sahabatnya itu.
Jika mereka berhasil berkumpul kembali, lebih tepatnya.
GRENGGGG
Oikawa segera bangkit dari tidurnya ketika mendengar suara gergaji itu. Dia menatap ke pintu masuk seolah menunggu siapa yang akan datang dari sana.
Tak lama kemudian, muncul Iwaizumi dengan gergaji kesayangannya yang dia seret di lantai. Ah tentu saja di tangan kirinya terdapat sebuah gunting.
Oikawa tersenyum kikuk menyaksikan itu. Bingung harus berbuat apa lagi agar setan ini mau di pulangkan ke alamnya. Terlebih dia tidak segan-segan untuk membunuh Oikawa.
Oikawa meneguk ludahnya kasar ketika Iwaizumi mulai melangkah mendekat padanya.
"Ke-te-mu."
Oikawa hanya diam sambil memperhatikan Iwaizumi.
Apa?
Apa yang harus dia lakukan agar bisa membawa Iwaizumi ke gudang?
Terereng terereng terereng
Teng
Teng
Biasanya, jika lagu itu sudah mencapai akhir. Dia akan kembali berputar dari awal.
Namun, kali ini tidak.
Lagu itu benar-benar terhenti.
Dan berkat hal itu. Iwaizumi pun menghentikan langkahnya.
"Berhenti?" gumam Oikawa.
Iwaizumi mengeratkan genggamannya pada gergaji yang ia pegang itu. Dia menatap Oikawa dan mengeluarkan aura yang mengintimidasi. Tentu saja hal itu membuat Oikawa merinding ketakutan.
"Siapa?"
"Siapa yang nemuin Akaashi?" Iwaizumi bertanya kepada Oikawa.
Oikawa yang mendengar itu tertegun. Sesaat kemudian dia dapat menyimpulkan satu hal.
BOKUTO BERHASIL MENEMUKAN AKAASHI!!
Dia menghela nafasnya atas pemikiran itu. Perlahan dia bangkit dari duduknya dan menatap Iwaizumi.
Terlintas sebuah ide di otaknya saat ini.
"Kira-kira... Siapa, ya?" ucap Oikawa dengan nada main-mainnya.
"Saya serius, beri tahu saya dan saya bakalan bunuh dia."
Oikawa melotot mendengar itu. Gila ini setan ngomong kayak gitu terang-terangan di depan Oikawa.
Oikawa menggeleng mendengar itu. "Gua gak bakal ngasih tau."
"Sampe lu mau ikut gua buat balik ke alam lu." Oikawa berkata sambil menyeringai tipis. Dia melihat sedikit cahaya untuk keluar dari situasi ini.
"Dari tadi..."
"Dari tadi..."
"Selalu aja..."
"Balik balik balik balik balik."
"Itu terus yang keluar dari mulutmu, gak ada kata-kata lain selain itu?!" Iwaizumi berkata dengan sedikit meninggikan intonasinya.
Oikawa menggeleng. "Gak, karena tujuan gua emang mau lu bertiga balik!"
"Normalnya juga ini emang bukan alam lu! Gak usah maksa ada di sini terlalu lama."
"Gak kasian sama diri lu sendiri? Hidup di alam yang gak seharusnya itu butuh energi besar, kan?!" tanpa sadar, Oikawa juga ikut meninggikan intonasinya dan perlahan mulai mendekat kepada Iwaizumi.
"Gak usah egois sama diri lu sendiri."
"Gak selamanya ego lu itu benar."
Oikawa berhenti tepat di hadapan Iwaizumi. Dia menggerakkan kedua tangannya untuk memegang kepala Iwaizumi, dan....
BUGHH
Dia membenturkan kepala Iwaizumi pada kepalanya sendiri.
"Balik, gua bakal pulangin lu."
Iwaizumi gemetar sekali lagi ketika mendengar itu. Gergaji dan gunting yang selalu ia pegang perlahan terjatuh bebas di lantai. Tangannya bergerak memegang tangan Oikawa yang dingin akibat takut itu.
"Adek saya gak mau pulang, saya gak bisa pulang sendirian."
Hati Oikawa terasa sesak mendengar itu.
Ah... Iwaizumi ini....
Sangat menyayangi adiknya, ya?
"Temen gua lagi nyari mereka."
"Mereka pasti bisa bujuk adek lu."
"Gua yakin..."
Oikawa menempelkan dahinya pada dahi Iwaizumi. "Maka dari itu...."
"Lu harus pulang."
Dapat Oikawa rasakan tangan Iwaizumi yang bergetar hebat dan perlahan melepaskan tangannya. Kepalanya perlahan bergerak keatas kebawah dengan pelan seolah mengiyakan perkataan Oikawa.
"Iya," Iwaizumi berkata lirih dan terdiam beberapa saat.
Dia sudah mati.
Benar-benar sudah mati.
Namun dia masih bisa merasakan sakit yang menjalar di hatinya. Bahkan dadanya saja merasakan sesak ketika mendengar perkataan Oikawa.
"Saya bakalan pulang." dia menyambung perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
House[✔]
HorrorRumah dengan harga miring? Tentu saja ada kisah di balik itu, kan?