Bokuto berhenti berlari ketika dia merasa sudah jauh dari Kenma. Dia memegang lututnya yang terasa mati rasa itu. Arghhh... Harus berapa lama lagi dia berlari kesana kemari ketakutan pontang panting demi mencari Akaashi?!
Bokuto berdecak sebal memikirkan itu. Lagi pula, memangnya ada tempat di rumah ini yang bisa membuat seluruh permainan piano terdengar jelas di seisi rumah.
Bokuto mengatur nafasnya yang terengah-engah. Dia mendongakkan kepalanya. Menatap langit-langit lusuh dan kotor yang ada di atasnya itu. Ugh, jangan memandanginya terlalu lama Bokuto. Bisa saja langit-langit itu jatuh dan menimpamu.
Tunggu-langit-langit?
Bokuto mengerjapkan matanya beberapa kali memikirkan hal itu. Dia memiringkan kepalanya, mencoba untuk meneliti langit-langit itu.
Bokuto tersenyum ketika menyaksikan langit-langit itu kemudian berjalan santai menaiki tangga yang ada di sebelahnya.
"Gua rasa di rumah ini ada loteng. Gua rasa Akaashi ada di sana." Bokuto bergumam sambil terus melangkahkan kakinya menaiki deretan anak tangga yang cukup panjang itu.
Tereng tereng teng teng teng
Brakk
Bokuto mengusap wajahnya yang tiba-tiba saja terbentur pintu.
Kenapa?
KENAPA DI SINI BISA ADA PINTU?!
Padahal Bokuto sangat yakin bahwa dia tadi sedang menaiki tangga dan tidak ada pintu.
"Siapa kali yang naro pintu di sini, ckckck."
Bokuto berkata sambil membalikkan badannya. Mencoba menghiraukan kejadian janggal itu dan kembali mencari tangga yang ada di di sekitarnya dan berharap jika tangga itu dapat membawanya ke loteng.
"Nah itu tangga."
Bokuto kembali menaiki tangga itu untuk menuju loteng. Kali ini dia berjalan dengan santai hingga akhirnya piano itu kembali terdengar.
Terereng terereng
Bokuto yakin jika kaki kanannya ini telah menyentuh anak tangga beberapa saat yang lalu.
Lantas...
Mengapa tiba-tiba anak tangga itu menghilang?
"AAAAAA!!!" Bokuto berteriak histeris ketika dirinya jatuh dari tangga yang cukup tinggi itu hingga akhirnya dia mendarat tepat di atas bath up.
Bokuto meringis, sial apa-apaan itu? Mengapa dia merasa bahwa dirinya di sesatkan padahal dia hanya ingin menuju loteng.
Bokuto menggeram kesal. Dia mengangkat tangannya kemudian mengusap wajahnya.
Tapi... Tunggu.
Kenapa Bokuto mencium aroma anyir?
Bokuto segera memperhatikan sekelilingnya dan dapat di lihat olehnya bath up yang sedang di dudukinya itu di penuhi dengan darah segar dan juga beberapa organ dalam manusia.
Bokuto tersenyum kikuk menyaksikan itu.
Segitu marahnya, ya Akaashi sampai-sampai mengerjainya seperti ini?
"AAAAA DARAH!!!"
Bokuto berteriak dan tanpa banyak basa-basi dia keluar dari bath up itu dan berlari sekencang-kencangnya.
Hingga akhirnya dia kembali behenti di sebuah ruangan yang sangat tidak asing baginya.
Bokuto menyerngit heran melihat pintu ruangan yang tertutup itu. Tangannya bergerak spontan untuk mendorong pintu itu hingga pintu itu terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
House[✔]
HorrorRumah dengan harga miring? Tentu saja ada kisah di balik itu, kan?