Note:
Cerita pasaran dengan alur manusia yang suka sama setan yang bisa kalian jumpai di mana-mana.
Jadi...
~Selamat Membaca~
-
-
-
-
-Bangunan berukuran sedang yang sedikit kumuh tetapi masih layak huni itu terpampang jelas di hadapan tiga laki-laki bertubuh jangkung itu. Membuat mereka tidak heran kenapa rumah ini di jual dengan harga miring melihat kondisinya yang seperti ini.
Lelaki bersurai hitam yang mencuat kebelakang itu mengeluarkan kunci dari saku celananya kemudian membuka rumah itu.
Kriettt
Suara pintu yang seolah sudah lama tidak di buka itu melengking di indra pendengaran mereka. Membuat mereka meringis karena ngilu.
"Minimal ini pintu di kasih oli lah biar gak bunyi kayak gini." ucap lelaki bersurai coklat bernama Oikawa yang melengos memasuki rumah itu.
Kuroo-lelaki yang membuka pintu-menyipitkan matanya mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Ya elah namanya juga rumah murah, lu jangan ngarep lebih deh dari rumah murah gini." ucapnya kemudian ikut melangkah memasuki rumah itu.
Temannya yang bernama Bokuto masih memperhatikan rumah itu dari luar. Belum berniat masuk. Matanya menyusuri sekelilingnya dengan teliti, kemudian pandangannya tertuju pada pohon ceri besar yang ada di halaman rumah.
Kuroo yang merasa Bokuto tak kunjung masuk langsung menoleh ke belakang dan berkata. "Bok, jangan liatin luarnya doang. Liatin dalemnya juga."
Mendengar perkataan Kuroo, Bokuto segera beralih menatap kearah dalam rumah itu. Dimana ada Kuroo yang menunggunya tepat di depan pintu dan Oikawa yang memasuki kamar yang ada di lantai bawah.
"Iya iya." Bokuto melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah itu.
Tepat setelah ia melangkah masuk, hawa dingin langsung menyambutnya. Bokuto memaklumi hal itu, rumah ini sudah tidak terpakai bahkan pemiliknya saja hanya berkunjung beberapa bulan sekali. Maklum jika hawa rumah ini dingin.
Bokuto memasukkan tangannya ke kantung hoodie-nya guna mengurangi rasa dingin yang menusuk kulitnya.
"Dingin banget gila..." ucapnya.
Kuroo melangkah menuju ke sebuah ruangan yang terlihat seperti dapur. "Namanya juga udah sore."
Bokuto hanya menganggukkan kepalanya, ia mengintili Kuroo dari belakang. Ia juga penasaran dengan seisi rumah itu. Tapi apalah daya, Bokuto sedikit takut dengan rumah ini.
"Huek....." Oikawa yang baru saja keluar dari kamar segera menutup mulutnya, dia merasa ingin muntah akibat bau kamar itu. "Bau banget anjir kamarnya."
"Makanya bersihin." ucap Kuroo sambil terus melihat-lihat seisi dapur itu.
Bokuto berjalan kearah kamar mandi di dekat dapur itu, ia memasuki kamar mandi itu. Cukup besar dan bagus, tetapi sangat kotor.
"Iya sih, ini rumah kalo di bersihin pasti bagus." ucap Bokuto.
Kuroo mengangguk, "Emang."
Oikawa membuka kulkas yang ada di sana kemudian menutup hidungnya karena banyak makanan yang sudah membusuk dan lewat dari tanggal kadaluarsa.
"Plis, ini banyak makanan kenapa gak di buang aja sih?" kesalnya sambil menutup pintu kulkas itu cukup kuat.
Kuroo menoleh kearahnya kemudian berjalan lalu membuka kembali kulkas yang baru saja Oikawa tutup itu. Tak ada lima detik ia membukanya, Kuroo langsung menutupnya lagi.
"BAU BET!!"
"Ya lu bego Kur, orang Kawa aja dah kebauan malah lu buka lagi."
Kuroo hanya menggaruk tengkuknya kemudian cengengesan. Setelah itu pandangannya tertuju pada tangga yang berada diantara ruang tamu dan dapur itu. Tangga yang menghubungkan lantai 1 dan lantai 2.
"Eh, kita gak mau liat lantai dua?" baru saja Kuroo ingin bertanya, Bokuto sudah mewakilkannya.
"Liat lah!!" jawab Oikawa dengan penuh semangat 45 kemudian berjalan terlebih dahulu menuju kearah tangga diikuti Kuroo dan Bokuto di belakangnya.
Sesampainya di lantai 2 mereka menatap 3 pintu yang ada di sana. 2 berhadapan dan 1 paling ujung. Lantai ini sangat sempit, bahkan hanya ada 3 kamar saja di lantai itu.
Oikawa membuka salah satu kamar itu dan memasukinya. Dan ia di sambut oleh kamar yang sangat amat berantakan dan kotor. Begitu pula di kamar lainnya yang Kuroo dan Bokuto lihat.
Setelah puas melihat lantai 2, ketiganya kembali turun ke lantai 1. Mereka rasa sudah cukup melihat-lihatnya.
"Eh iya, lu tau gak? Tadi kamar yang gua masukin masa pelafonnya jebol." ucap Kuroo.
"Kucing jatoh keknya deh, soalnya kan ini rumah kayak udah rapuh gitu." balas Bokuto.
"Bisa jadi sih." ucap Kuroo sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Nanti di renovasi aja, gua yakin pasti ini rumah banyak yang bocor. Dan ini catnya juga udah pada pudar. Nanti kita cat ulang aja!" ucap Oikawa.
Bokuto dan Kuroo mengangguk setuju. Ya... Mereka rasa tidak masalah membeli rumah ini, lagi pula mereka hanya harus merenovasinya sedikit dan membersihkannya rumah ini pasti akan terlihat bagus dan jadi layak untuk di huni mereka bertiga.
"Oh iya, nanti ruangan ini jadiin gudang aja kali, ya?" tanya Oikawa sambil menunjuk ruangan yang pertama kali ia masuki tadi.
"Manut gua mah." jawab Bokuto.
"Setuju! Berarti kamar kita di atas semua, kan?" tanya Kuroo.
Oikawa mengangguk, kemudian ia menatap kedua temannya itu dengan tatapan tajam. "Gua gak mau kamar yang berhadapan! Gua mau kamar yang gua masukin tadi!"
Bokuto menyipitkan matanya mendengar itu kemudian mencibir. "Pasti tuh kamar lebih gede dari kamar lainnya."
Oikawa menepuk pundaknya dan tertawa renyah. "Tauan aja lu."
"Lu kan emang ngincer yang luas-luas." timpal Kuroo.
Oikawa tak menggubrisnya dan malah berkata. "Ya udah kita beli ya ini rumah?"
Kuroo dan Bokuto tersenyum kemudian mengangguk cepat. "Yoi!"
Setelah berkata seperti itu ketiganya segera berjalan keluar meninggalkan rumah itu. Tak lupa Kuroo menguncinya kembali dan mereka pun masuk kedalam mobil dan melesat pergi meninggalkan rumah itu.
Tepat sesaat mereka meninggalkan rumah itu. Angin berhembus kencang membuat pohon ceri besar itu bergoyang kesana kemari hingga terlihat sosok hitam yang berdiri di sebelah pohon ceri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
House[✔]
HororRumah dengan harga miring? Tentu saja ada kisah di balik itu, kan?