Oikawa dan Bokuto membuka kelopak matanya secara bersamaan. Nafas mereka menderu tak beraturan seolah habis mengalami suatu hal yang buruk.
Oikawa mengatur nafasnya yang tak beraturan itu, dia sedang berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Sial, apa yang di lihatnya barusan?
Oikawa menutup mulutnya lagi, rasa mual mulai menggerogotinya lagi. Sungguh, dia sangat mual mengingat penyiksaan yang di lihatnya secara langsung itu.
"Huek...."
Bokuto menoleh ke sebelahnya akibat mendengar suara orang yang menahan muntah. Dapat di lihatnya Oikawa yang sedang menutup mulut dengan wajah pucatnya.
Ada apa dengan Oikawa? Itu yang terlintas pertama kali di benak Bokuto.
Dia segera bergeser agar lebih dekat pada Oikawa. "Wa, lu kenapa?!"
Oikawa yang mendengar suara tak asing itu segera menoleh dan betapa terkejutnya dia melihat Bokuto berada di sebelahnya.
"B-ok?" Oikawa bertanya dengan lirih sambil menatap Bokuto tak percaya.
Karena Oikawa tak membalas perkataannya, Bokuto kembali bertanya. "Lu kenapa Wa? Muka lu pucet banget, lu sakit? Kalo sakit bentar gua panggil dokter du-"
Puk
Tanpa aba-aba Oikawa memeluk Bokuto dengan erat. "HUAAAA BOK LU DAH SADAR BOK?!"
Bokuto yang di peluk tiba-tiba tentu saja merasa heran, apa lagi dengan Oikawa yang teriak-teriak tidak jelas seperti ini.
"BOK GUA KIRA LU BAKALAN NINGGALIN GUA KEK KUROO ANJIR!! UNTUNG LU SADAR BOK!!!" Oikawa terus berkata sambil memeluk Bokuto senang. Bahkan, ujung matanya sampai mengeluarkan cairan bening.
"Hah? Maksud lu apa anjir??" tanya Bokuto yang tak paham. Sungguh, dia tidak paham apa maksud perkataan Oikawa.
Oikawa melepas pelukannya kemudian menyeka air matanya yang tadi keluar dari ujung matanya. "Lu tadi di nyatain koma."
Bokuto menganga mendengar itu. "Kok bisa?"
Oikawa menggeleng. "Gak tau, dan harusnya gua yang nanya kayak gitu!"
"Tapi gua cuman tidur doang Wa, kok bisa tetiba koma?"
Oikawa mengedikan bahunya tak tahu. "Gua juga gak tau."
"Tapi yang jelas lu koma, dan untung aja lu dah sadar." Oikawa berkata sambil menatap Bokuto dari ujung kepala hingga kaki.
"Oke, gua rasa lu masih komplit!"
"Heh, lu kata gua bakso apa komplat komplit?!" kesal Bokuto.
"Dan lu..... Kenapa? Kok muka lu pucet banget tadi?" tanya Bokuto sambil menatap Oikawa penuh tanda tanya.
Oikawa terdiam beberapa detik sebelum akhirnya berbicara. "Gua mimpi."
"Mimpi apa?"
"Tiga orang di siksa sampe mati di depan mata gua."
"Gua sampe mual ngingetnya." ucap Oikawa sambil menutup mulutnya kembali.
Bokuto meneguk ludahnya kasar mendengar itu. "Siapa? Yang di siksa siapa?"
Oikawa menggeleng. "Gua gak tau."
"Tapi salah satu dari mereka kayak gak asing di mata gua."
"Kuroo?"
"Gak ada untungnya orang nyiksa Kuroo." malas Oikawa.
Oikawa mengerlingkan pandangannya menjadi menatap sekeliling. Tapi tunggu tunggu. Seperti ada yang tidak benar di sini.
Oikawa mengerjabkan matanya beberapa kali ketika menyadari sesuatu yang janggal.
Terakhir kali ia ingat bahwa dia sedang berada di ruang rawat Bokuto dan menunggu Bokuto bangun dari komanya.
Tetapi, mengapa sekarang ia malah berada di kamarnya?!
Pupilnya membesar mengetahui hal itu, dia segera menepuk paha Bokuto yang ada di sebelahnya. "KOK KITA DI RUMAH?!"
Bokuto yang mendengar itu hanya menatapnya heran. "Hah? Rumah?"
Oikawa mengangguk. "Iya!" dia menunjuk sekeliling kamarnya untuk meyakinkan Bokuto atas perkataannya.
Bokuto terbelalak menyadari itu. "Lah, iya..."
"Kok bisa?!" panik Oikawa.
Kenapa? Kenapa dia bisa berada di sini?
Bokuto menggeleng. "Gak tau!"
Grengggg
Suara yang tidak asing bagi Oikawa.
Keduanya seketika diam mendengar suara nyaring itu.
"Hihihihi." dapat di dengar oleh mereka ada suara cekikikan dari luar kamar.
Padahal, keduanya yakin hanya mereka yang ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
House[✔]
TerrorRumah dengan harga miring? Tentu saja ada kisah di balik itu, kan?