III - Stalker

406 107 7
                                    

Vote dulu sebelum membaca

Happy Reading

Gangbuk, 2 Desember 2021

Gyeoul datang kembali ke arcade. Duduk di pojok selera sembari menanti kedatangan pemuda yang diincarnya. Tak lupa ia memesan beberapa menu sebagai pengganjal perutnya selama pengintaian.

Setelah itu dia menilik arloji di tangan kanannya. Memirsa angka yang ditunjuk oleh jarum pendek dan panjangnya. Ini jam 3 sore, ia agak tak yakin jika Taehoon akan datang ke arcade setelah pulang sekolah.

Lamun kalau pulang begitu saja. Dia bisa tak tahu kebiasaan pemuda itu di jam segini. Ia harus jadi stalker yang kompeten demi kelancaran misinya.

Tak berselang lama pintu arcade terbuka, menampilkan sosok yang menarik perhatiannya dari kemarin. Dia pun cepat-cepat mengambil selembar menu, menutupi wajahnya dengan kertas tersebut. Gyeoul tidak mau tertangkap basah, ia akan mengamati pemuda itu secara diam-diam.

"Pakaiannya agak beda.." lirihnya seraya menelisik penampilan pemuda itu dari atas ke bawah.

Taehoon hari ini mengenakan dobok dengan jaket merah beraksen putih sebagai tambahan. Dia bergumam, menyimpulkan jika pemuda itu sangat menyukai taekwondo.

Mengapa Gyeoul berpikir demikian? Lantaran siapa juga yang mau keluar dengan dobok sepanjang hari jika bukan taekwondoin.

Setelah itu ia memirsa Taehoon yang berjalan ke arah game Taekkwon 7. Sepertinya itu permainan yang digemarinya. Gyeoul harus mencatatnya supaya tidak lupa.

"Permisi.. ini pesanannya.."

"Terimakasih.."

Seluruh menu yang dipesannya telah terhidang di meja. Ia pun meneguk saliva hambar, tergiur dengan aroma lezat yang menguar dari aneka makanan tersebut. Dia meletakkan pena dan catatan kecilnya lalu menyantap hidangan di depan matanya.

"Monyet pink ini rakus juga," celetuk seseorang di depan vending machine.

Gyeoul mengernyit lantas mengadah, menilik Taehoon yang memandangnya datar. Dia mendengus lantas menyahut, "Barbie hidup haus ya?"

Taehoon mendelik. "Apa kau bilang tadi? Barbie? Kau kira aku boneka?!" sentaknya kesal.

Gyeoul menggeleng. "Tidak, cuma kecantikanmu kaya boneka. Kiw cantik~" sangkalnya sembari menggerling nakal.

Mode penggodanya sudah diaktifkan.

Taehoon bergidik. Lantas mendelik tajam, mencoba menakuti gadis itu dengan tatapannya. Namun semburat merah di telinganya justu membuat Gyeoul tertawa pelan. Dia berhasil menggoda kucing manis ini meskipun reaksinya agak lain.

"Berisik, monyet!" maki Taehoon sembari menunduk. Ia menanti vending machine mengeluarkan minuman kaleng yang dipilihnya.

"Kok nggak keluar ya?" gumamnya heran sambil berjongkok.

Gyeoul menelisik lalu menangkap koin 500 won yang digenggam pemuda itu. "Elah dalah. Koinnya belum dimasukin, cantik. Makanya nggak keluar," katanya.

Taehoon terhenyak lantas mengamati koin logam yang digenggamnya. Rona merah pun menyebar ke seluruh wajahnya membuatnya harus menunduk, menyembunyikan rasa malunya yang kentara.

Gyeoul terkikik. Kemudian menggodanya, "Duh yang lagi salting sampai lupa masukin koin."

"Bacot!"

Taehoon mengumpat. Lalu ia berdiri, menendang vending machine di depannya. Dia menyalahkan mesin tersebut atas rasa malu yang didapatkannya.

Arcade Boy {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang