Jangan lupa vote.
Jangan lupa komen, sebiji doang gol
Jangan lupa follow yuk
Genapin jadi 200 yuk!Jangan lupa baca book lainnya ya
Happy Reading
"TAEMOON"
Nit..nit..
Ah, mimpi itu lagi.
Mimpi buruk yang berkepanjangan. Sudah berapa kali ia bermimpi tentang itu?
Gyeoul tak tahu pasti, tapi itu cukup mengganggu jam tidurnya akhir-akhir ini. Ia pun mengusap wajah kasar, menyeka bulir-bulir air yang terus keluar dari pelupuk matanya. Dia mengalami insomnia akut sejak peristiwa berdarah itu.
Kini ditambah dengan bayangan naas yang terus menghantui bunga tidurnya. Sebenarnya apa salahnya? Dosa apa yang diperbuatnya sehingga nasib malang menimpa keluarganya?
Sudahlah. Ia tak perlu memikirkannya untuk saat ini. Namun kenapa air di matanya tak berhenti mengalir? Padahal dia sudah menyekanya berulang kali.
Apa ini reaksi biologis atau psikologis? Atau mungkin keduanya?
Gyeoul tak tahu pasti.
"Sudah jam 7 pagi?"
Dia menatap jam digital yang ada di atas nakasnya. Kemudian ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, ini tidak bagus. Terbangun secara spontan tanpa tahap yang benar bisa memberi efek samping. Salah satunya pusing yang berkepanjangan.
Beruntung Gyeoul tidak pingsan karena melewatkan beberapa fase tidur. Dia perlu beberapa saat untuk mengumpulkan nyawa dan melenyapkan rasa nyeri yang menyerang hati. Ia tahu penyebabnya, bukan masalah serius yang mengancam nyawa.
Namun nyeri ini bisa membuat kesehatan mentalnya menurun. Lamun ia tak risau dengan kondisinya lantaran dia tahu bahwa trauma bisa sembuh kapan saja.
Setelah itu Gyeoul menatap sisi ranjangnya yang telah kosong. Ia merasa ada sesuatu yang menikam tatkala menyadari dia tidur sendirian sekarang. Dia pun menghela napas panjang kemudian melongok ke arah pintu yang terbuka perlahan.
"Buna..?"
Gyeoul tersenyum kala kepala putranya menyembul dari balik pintu. Terlihat menggemaskan dan lugu. Namun justru mencatuk lara di benaknya. Apa ini karena efek mimpi tadi?
Kalau begitu, ini sulit.
"Moonie bole masuk nda?"
Taemoon meminta izin kepada ibunya yang menatapnya penuh kasih dan sayang. Lamun entah mengapa tatapan kali ini tersirat kepedihan yang mendalam. Itu membuat jantungnya berdenyut lara ketika melihatnya.
"Boleh, tidak ada yang melarang kamu untuk masuk ke kamar buna."
"Ayah melarang Moonie.." cicit Taemoon sembari menunduk.
Wajah Gyeoul menyendu tatkala sang anak berkata demikian. Namun tak lama kemudian ia mengubah gurat sendunya menjadi senyum lebar yang berarti. Dia tidak boleh kelihatan sedih atau kesal di depan putra semata wayangnya.
"Kemarilah, Nak.." pintanya.
Taemoon mengadah lantas berjalan masuk ke kamar ibunya yang nampak bersih dan rapi. Tak seperti ruang pribadinya yang berantakan, penuh mainan dan stiker.
Setelah itu dia naik ke atas ranjang lalu memeluk tubuh sang ibu. Ia sempat khawatir lantaran Gyeoul pingsan tatkala membuka pintu rumah mereka. Taemoon merasa ada yang janggal dan memirsa gurat sendu ibunya.
Sebelum ia bisa bertanya apapun. Sang ibu sudah jatuh pingsan. Itu membuatnya panik setengah mati dan berteriak meminta tolong pada tetangga. Taemoon pikir Gyeoul sudah baik-baik saja. Makanya dia mengajak malaikat hidupnya tuk berjalan-jalan, makan angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcade Boy {Fem!Dom}
Fanfiction🎈follow dulu sebelum baca Gyeoul sering ke arcade game. Sayangnya di sana dia nggak main apa-apa. Ia datang hanya untuk melihat cowok yang ditaksirnya. "Kiw cantik~" - HGO "Anjing, pinky!" - STH Chara milik Park Taejoon. Aku hanya meminjamnya! Don'...