X - Nickname

289 101 2
                                    

Tolong vote nya ya!^^

Happy Reading

Gangbuk, 15 Desember 2021

Manik delima mengembara di angkasa, menilik rintik putih yang berguguran dengan anggun. Gyeoul tersenyum, menadah beberapa kristal halus yang meleleh di telapak tangan kanannya. Setelah itu ia berpaling, memandang Taehoon yang mendekat ke arahnya.

"Ngapain kau di luar?" Taehoon bertanya sembari memirsa penampilan Gyeoul dari atas ke bawah.

"Menunggumu," balas Gyeoul dengan senyum di wajahnya.

"Kau bisa tunggu di dalam, kan?"

Gyeoul menggeleng. Dia memang bisa menunggu di dalam arcade. Namun penantiannya bukan hanya tuk berjumpa dengan Taehoon. Melainkan mengajak pemuda itu untuk jalan-jalan, makan angin.

"Aku menunggumu untuk mengajakmu jalan-jalan atau sekedar makan yang hangat-hangat. Kau mau?" ajaknya seraya mengulurkan tangan kanannya. Ia sudah seperti pengeran yang hendak mengajak seorang putri tuk berdansa.

Taehoon membisu. Ia menimang ajakan yang terlontar dari mulut gadis itu. Terdengar menggiurkan dan menguntungkan. Lamun dingin yang menusuk kulitnya membuatnya urung, enggan menerima ajakan tersebut.

"Maaf, lain kali aja. Aku mau main game," tolaknya sambil berdalih.

Gyeoul mengerucutkan bibirnya lalu memutar otak. Mencari sesuatu yang bisa membuat pemuda itu menerima ajakannya tadi.

"Aku turutin semua yang kamu mau, deh!" bujuknya.

"Deal!"

'Sial, disogok baru mau!' maki Gyeoul dalam hati.

Lamun tak apa. Dompetnya nggak akan terkuras sepersen pun karena ia sudah mengambil blackcard sang kakak untuk modal jalan-jalan mereka. Gyeoul itu mau untung, tapi buat orang buntung.

"Ya, udah let's go!" seru Gyeoul girang lantaran rencana PDKT-nya sudah naik dua level. Ternyata menaklukkan kucing liar tak seberat yang ia bayangkan. Cuma dia harus siap sedia menerima tendangan dari pemuda itu jikalau berhasil menggodanya.

Lantaran Taehoon saltingnya nggak hanya blushing, tapi juga nendang. Kemarin ia sampai harus dipijat bibi-nya gara-gara pinggangnya encok. Pemuda itu menendangnya kuat sekali sampai bagian belakangnya membentur sudut meja.

Sakitnya bukan main, malu nggak tanggung-tanggung.

Beruntung Taehoon masih memiliki setitik rasa bersalah. Jadi, ia menggendong Gyeoul pulang ke rumah. Meskipun sepanjang jalan pemuda itu mengomel tentang berat badan yang ringan semangka.

"Hei.." Taehoon memanggil dari arah belakang.

Gyeoul berbalik, berjalan mundur sambil memandang Taehoon yang berulang kali menggosok kedua telapak tangannya. Ia mengernyit, kenapa pemuda ini mengenakan jaket tipis di tengah hawa dingin yang memakan raga.

"Kau tidak ada jaket lain, kah?" Gyeoul bertanya seraya berhenti, membuat Taehoon pun ikut menghentikan langkahnya.

Taehoon menggeleng, membalas pertanyaan tersebut dengan gerakan kepala. Gyeoul mendengus lalu melepas mantel bulunya yang ia kenakan. Kemudian memberikannya kepada figure di depannya.

"Nih..!"

"Hah?"

"Kau kedinginan. Jadi, pakai aja mantel buluku!" ujarnya dengan senyum lima jari.

Taehoon menggeleng. Ia menolak halus pemberian Gyeoul lantaran sungkan menelan rasa dinginnya. Dia tak mau gadis itu kenapa-napa cuma gara-gara meminjamkan mantel bulunya kepadanya.

Arcade Boy {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang