XII - Revenge

298 94 6
                                    

Vote dulu ya jangan lupa

Happy Reading

Gangbuk, 19 Desember 2021

Kanvas hitam membentang di segala penjuru bumantara. Berhias mega, bertabur medalion cahaya dimana-mana. Mempercantik panorama alam yang mampu bersanding dengan keindahan rembulan.

Gyeoul bersenandung, memandang hamparan hitam dengan senyum datar yang senantiasa melekat di wajahnya. Lantas ia berjalan, menelusuri gang sunyi nan gelap yang hampir tak pernah dilewati seorangpun. Lantaran kondisinya jauh dari kata terawat, membuat hidungnya mati-matian membangun dinding, menghalau aroma tak sedap yang timbul dari sampah basah di sekitarnya.

"Boss!!! Dia beneran datang!!" seru seorang pemuda berpakaian seragam lengkap dengan cat pilot dimana-mana.

Gyeoul tersenyum. Ia merasa kehadirannya sangat dinantikan oleh mereka. Terbukti dari sekumpulan siswa yang langsung mengambil senjata setelah melihat kedatangannya.

"Wih.. lagi ngumpul? Ikut dong, kita ¹malsel bareng!!"

"Punya nyali juga kau datang kemari!!" remeh seorang pemuda bernama Hyunsoo.

Gyeoul memiringkan kepala lalu mengelus dagunya seperti orang berpikir. "Iya, ya. Kenapa aku punya nyali datang ke sini??" Dia bermonolog, menyungging senyum tatkala melihat air muka mereka yang terlihat was-was.

"Tentu saja karena aku nggak takut sama sampah kaya kalian!!" serunya penuh makna.

Setelah itu ia berlari, menerjang salah satu komplotan dengan tendangan depan. Aksinya tersebut pun disambut oleh erangan dan rintihan pilu dari sang korban. Sementara rekan-rekannya mulai bersiap, berlari ke arahnya sembari mengayunkan tongkat dan pisau.

Gyeoul tersenyum. Darah dalam dirinya mendidih, merespon kenikmatan yang menjalar ke sekujur tubuhnya tatkala melihat lawannya terjabar di bawahnya. Dia pun bertarung, mengerahkan sebagian kemampuannya tuk melayani SMA Mabuk yang berani menggali kapak peperangan padanya.

Buagh.

Bugh.

Satu per satu musuh pun tumbang bagaikan pohon yang ditebang. Mereka tak mampu menandingi kemampuan bertarung Gyeoul yang sudah terbiasa dengan pertarungan jalanan. Gadis itu benar-benar terlihat seperti iblis bukan malaikat dalam kegelapan yang menjadi buah bibir masyarakat.

Serangan demi serangan Gyeoul selalu mengacu pada titik vital. Membuat lawannya seketika tumbang dalam sekali serang. Dia tak ingin membuang masa, membuang tenaga, ataupun membuang tekniknya hanya karena melawan mereka.

Setidaknya ia mempratikkan apa yang diajarkan gurunya padanya. Ini cukup untuk memberi pelajaran kepada mereka yang seenak udel menyerang Taehoon. Pemuda itu tak tahu menahu tentang masalahnya. Lamun terkena imbas lantaran berdekatan dengannya.

Bagh.

Pukulan keras mendarat di tengkuk belakangnya. Membuat aliran darahnya terhenti sejenak. Gyeoul membisu, menafsir gering yang menjalar ke kepalanya. Ia pun bersimpuh, menatap kosong tanah di bawahnya yang seolah mengejek.

"Bagaimana? Enak, kan?" tanya sang pelaku sembari menarik kasar rambut pink Gyeoul.

Gadis berambut merah muda itu meringis. Lalu menatap tajam sang pelaku yang menyeringai kepadanya. Pandangan pun terpaku pada tongkat kayu yang diangkat tinggi-tinggi. Siap meluncur ke kepalanya yang tak terlindungi oleh apapun.

Gyeoul menggeram lantas memegang tangan yang menjambak rambutnya. Dia pun mencakar, menancapkan kukunya yang sudah dipoles oleh kuteks. Membuat sang pelaku tiba-tiba menjerit kesakitan dan spontan melepas cengkramannya pada rambut Gyeoul.

Arcade Boy {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang