12.

5.3K 386 110
                                    

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Haechan terbangun saat sinar matahari memaksa masuk ke celah jendelanya. Tubuhnya melenguh pelan kemudian memaksa untuk membuka matanya.

"Sudah siang.." lirihnya kemudian melirik ke samping ranjangnya.

Kosong, tidak ada Mark disana. Tubuh kecil itu perlahan bangun dan membersihkan dirinya, kemudian sarapan.

Terdengar hembusan nafas lirih yang terdengar dari mulut si manis. "Rasanya sepi sekali" ucapnya kemudian mengeluarkan ponsel dan mencoba menelfon suaminya.

Tut.... Tut...


'haloo..'

Dahi submisive itu berkerut saat mendengar jawaban telfon dari suaminya. Suara wanita.

"Kak Mark.."

'ini yeri'

Yeri? Kak Mark bersama Yeri? Batin haechan.

"Yeri.. dimana kak Mark?" Tanya haechan lagi.

'sedang mandi.. sudah ya kau sangat menganggu'

Tepat setelah mengatakan itu Yeri langsung mematikan telfon itu sepihak.

"Kak Mark bersama Yeri..?" Lirihnya menatap sendu ponselnya. Dadanya sesak saat mengetahui bahwa suaminya sedang bersama teman kecil itu.

"S-sakit..." keluhnya meremat dadanya erat.

Perlahan submisive itu bangkit. Berusaha menahan rasa sakit di dadanya.

Dia harus memeriksa kondisi tubuhnya. Harus, setidaknya penyakitnya ini tidak menurun ke bayinya kelak.










"Kau menelfon siapa?" Tanya Mark yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengusak rambut basahnya.

Yeri meletakkan ponsel suaminya kemudian berbalik menatap Mark "istri pertamamu." Ucapnya santai.

Mata Mark membola kemudian dengan cepat mengambil ponsel itu dan melihat panggilkan masuk.

"Kenapa lancang sekali membuka ponsel ku" ucap Mark

"Itu berisik sayang.. aku tak tahan jadi ya sudah.. aku angkat saja"

"Haechan bisa curiga kau tau" timpal Mark menatap tak percaya pada Yeri.

"Bukannya itu bagus? Sudah dulu yaa.. aku akan membersihkan diriku dulu.." ucap Yeri kemudian berlalu menuju kamar mandi.

"Haechana.. haruskah aku kembali menelfonnya.." cicit Mark. "Sebaiknya tidak usah" lanjutnya lagi kemudian meletakkan ponsel itu kembali di atas meja.











.





"Sebaiknya kita tidak usah ikut campur na.. aku tau posisi Mark salah disini, tapi ini masalah rumah tangga Mereka"

Jaemin menggeleng menatap tak percaya pada kekasihnya. "Kenapa kalian para dominant selalu bertingkah sesukanya? Kalian bahkan tak pernah memikirkan kami." Ucapan jaemin membuat Jeno terdiam.

"Aku akan memberitahu haechan jika kau tak juga bicara pada si brengsek itu" ucap jaemin.

"Na.."

"Jeno.. aku tau Mark itu sepupu mu tapi jangan lupakan jika haechan juga teman kita!" Ucap jaemin dengan emosi yang menyala.

"Aku akan membawa haechan jauh dari kalian lihat saja nanti" lanjutnya kemudian kembali menatap ponselnya.

Terdengar hembusan nafas kasar dari  Jeno, tapi jaemin tak memperdulikan itu.









"Kondisi mu memburuk haechan.. aku sudah mengatakan tubuhmu tidak akan tahan.."

Haechan mendengar dengan jelas ucapan dokter di depannya dengan serius. "Bayiku? Apa penyakitku akan menurun ke bayiku dok?"

Dokter itu menghembuskan nafasnya pelan "tidak.. bayimu akan baik baik saja, aku lebih mengkhawatirkan kondisimu saat ini."

Haechan tersenyum mendengarnya. "Mark harus tau soal ini.. aku membutuhkan keputusannya"

Senyum haechan luntur setelah mendengar ucapan sang dokter "aku.. aku akan memperjuangkan bayiku" ucap haechan.

"Aku tidak akan memaksakanmu, tapi dengar ucapan ku.. berbincanglah dengan suamimu.. mengerti.. dia tau yang terbaik untukmu aku yakin itu" jelas dokter itu memegang tangan submisive itu pelan.

Haechan menatap mata dokter itu kemudian mengangguk. "Terima kasih dokter Wendy" ucapnya.


Haechan keluar dari rumah sakit, tujuan selanjutnya adalah kantor suaminya. Submisive itu ragu sebenarnya tapi dia membutuhkan penjelasan dari suaminya kenapa bisa Yeri yang mengangkat telfon nya tadi pagi.

Haechan berjalan dengan santai menuju ruangan suaminya kemudian langsung membuka pintunya tanpa mengetuk pintunya.

Mark, suaminya itu terlihat santai dengan kacamata yang bertengger di hidungnya menatap laptop di depannya.

Mark melirik sekilas haechan kemudian kembali pada laptopnya. "Kak.."

"Aku sedang sibuk, jika kau ingin bicara bicara saja" ucap Mark tanpa melihat istrinya.

Haechan meremat tangannya saat mendengar suara dingin yang mark keluarkan.

"H-haechan tadi dari rumah sakit.."

Pergerakan tangan dominant itu terhenti kemudian menatap istrinya. "Dokter Wendy bilang.. penyakit haechan tidak akan menurun ke baby" jelasnya.

"Haechan.." panggil Mark yang membuat haechan memandang wajah tampan itu.

"Kak Mark.. t-tunggu.. masih ada satu hal lagi yang ingin haechan tanyakan" ucap submisive itu.

"Hmm.. apa?"

"Tadi pagi.. haechan menelfon kakak dan.. Yeri yang mengangkat telfonnya... Apa kakak bersama Yeri semalam?" Tanya haechan.

Mark terdiam beberapa detik kemudian menghembuskan nafasnya "haechan.. ayo gugurkan saja bayi itu"




Deg












TBC



Ini Minggu ya? Healing kemana nih kalian?


Next? 100 koment


Bye bye...!!

Dia Akan Tetap Bersamaku? Kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang