🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Jeno Dan Mark berdiri di depan nisan yang bertuliskan 'Lee haechan' terdapat pula waktu kelahiran dan kematian submisive itu.
Mark membeku saat pertama kali melihatnya. Seakan akan dominant itu tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"J-jen.."
Jeno menepuk bahu Mark "gue tunggu di mobil" ucap Jeno kemudian meninggalkan Mark sendirian.
Mark berlutut di depan makam itu setelah Jeno meninggalkannya. "H-haechan..." Lirih Mark.
"Ini bohong... Hiks.. haechan...." Mark menangis di makam itu, Jeno dan jaemin memperhatikannya dari dalam mobil yang tak jauh terparkir dari sana.
"Mark hancur" ucap jaemin menatap ke depan.
Jeno tak menjawab, dia hanya melihat bagaimana Mark kembali rapuh untuk yang kedua kali, yang pertama adalah dimana haechan drop hingga sempat kritis di masa sekolah dulu.
"Haechan.... Hiks.. maaf... Maaf.. haechan... Kembali hiks.. kumohon...." Isaknya.
Wajah dominant itu telah memerah dengan air mata yang yang terus mengalir deras.
Cukup lama dia menangis di makam istrinya hingga langit sudah gelap serta angin kencang bertanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan namun seorang Mark Lee tidak mau pergi dari sana.
Tak lama air hujan turun dengan begitu derasnya menyamarkan air mata Mark untuk haechan.
Jeno menghembuskan nafasnya, sepupu Mark itu keluar dari mobil dengan menggunakan payung dan berjalan mendekati kakak sepupunya.
"Mau sampai kapan disini? Ayo pulang" ucap Jeno pada Mark.
"Sampai haechan bangun.." ucap Mark dengan suara seraknya.
Jeno terdiam memandang Mark. "haechan akan marah jika melihat mu begini.., kau sudah mengakui kesalahan mu itu sudah cukup" ucap Jeno berusaha untuk membujuk Mark.
"Haechan pasti sangat marah.. aku tak ada waktu dia berjuang melahirkan anakku.. Jen.. aku ingin menyusul haechan" ucap Mark terdengar sendu di kalimat terakhir.
"Jangan gila, ayo pulang. Kau akan sakit nanti, itu merepotkan" ucap Jeno menarik tangan kakak sepupunya.
"Mark..." Ucapnya berusaha membuat Mark untuk berdiri.
Mark tersenyum kecil, melepaskan pegangan tangan Jeno padanya, dominant itu memeluk makam itu. "Aku akan pulang fullsun.. besok aku mengunjungi mu lagi... Jangan kemana mana aku pasti datang." Ucap Mark mengecup nisan haechan di akhir kalimatnya.
Jeno menatap sendu Mark, hingga akhirnya Mark berdiri baju nya terlihat kotor, jelas saja Mark memeluk Makam itu.
Mark masuk ke bagian belakang kursi mobil dan Jeno yang menyetir, jaemin yang duduk di samping Jeno memandang Mark dari kaca.
Kacau dan berantakan. Itu yang dapat di simpulkan saat melihat Mark.
Mobil itu melaju tanpa ada percakapan di antara mereka hingga sampai di apartemen Jeno.
Chenle berlari menghampiri pintu saat terdengar bunyi dari pin yang di pencet.
"Buna!!!" Teriak chenle melompat ke dalam pelukan jaemin. Jaemin dengan cepat langsung menangkap nya.
"Buna sama Daddy lama celayi.. lele indu.." ucapnya mengusak wajahnya di dada jaemin.
Jaemin tersenyum kecil dan mengusak rambut anaknya pelan.
Gerakan anak itu terhenti saat melihat Mark berjalan masuk tanpa ada semangat, "buna aman itu tunapa?" Tanya bocah itu menunjuk Mark yang duduk di sofa dengan tatapan kosong.
Jaemin menatap sendu pada Mark "paman sedang sedih.." balas jaemin dengan berbisik
"Eung.. cedih? Aman itu nangis ya buna? Lele juga seling nangis talo cedih" ucap chenle polos menatap bunanya.
Jaemin tersenyum kecil kemudian mengangguk. Chenle kembali melirik Mark. "Buna.. lele mau tuyun.." ucapnya berusaha menggerakkan tubuhnya supaya jaemin melepaskannya.
Jaemin langsung menurunkan putranya. Dan anak itu langsung berlari ke arah Mark dan berdiri di depan dominant itu.
"Aman..." Panggil chenle membuat Mark yang tadinya menunduk kini mendongak menatap anak kecil di depannya.
"Aman nangis ya?" Ucap polos bocah itu, namun Mark tak menjawab. Dia hanya menatap chenle dengan tatapan kosong.
Chenle melirik kedua mata Mark secara bergantian. "Anan nangis aman" ucapnya, tangan kecil itu terangkat mengelus pipi Mark, Mark memang sedang menangis.
"Angan cedih.." ucap nya lagi menatap dalam pada Mark.
Mark berkedip beberapa kali saat menatap chenle, hingga tanpa sadar air matanya kembali deras mengalir.
"H-haechan.." lirihnya memandang chenle.
"Eung.., ini lele..?" Ucap chenle bingun saat Mark mengucapkan nama yang jelas itu bukan namanya
"Haechan.. wajahmu mirip dengan wajah istriku haechan" ucap Mark lagi, dominant itu kemudian memegang wajah kecil chenle dengan kedua tangannya.
"Haechan... Hiks.. haechanku..." Mark langsung menarik chenle ke dalam pelukannya dan memeluknya erat sambil menangis menyebut nama haechan.
Anehnya chenle tak merasa takut, anak kecil itu malah membalas pelukan Mark, tangan mungilnya berusaha menyentuh punggung Mark dan mengelusnya pelan.
Chenle pernah melihat buna nya melakukan ini pada Daddynya dan dengan pintarnya, chenle melakukan hal yang sama pada 'paman' di depannya yang sedang menangis.
TBC
Spam koment!
(No absen!)100 koment next again!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Akan Tetap Bersamaku? Kan?
FanfictionLee haechan, istri dari seorang Mark Lee pengusaha terkenal di Korea dan Canada. haechan tak pernah lupa mengucapkan kata syukur setiap melihat Mark. Mark menemaninya saat dia sakit bahkan saat dia telah sembuh seperti sekarang. lantas? apakah cinta...