-II- 🔞

2.5K 37 0
                                    


Angin bersepoi lembut memainkan anak rambut gadis cantik di hadapannya. Rerumputan dan bunga bergoyang seirama dengan denyut jantungnya yang perlahan-lahan semakin kencang. Berdentum-dentum seakan hendak melompat keluar dari dadanya.

"Kalau aku mati, apa kamu juga akan mati?" Gadis mungil dengan mata sendu dan senyum sedih itu menatapnya dalam dalam. Tangannya yang ringkih dan pucat meraih wajah Aldi dan mengusapnya lembut. "Kamu terlalu baik buat aku."

Aldi membelalakkan matanya lebar-lebar, berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya. Jantungnya masih berdentum dengan kencang. Ia meremas dadanya erat-erat dan mengerang tertahan.


Sakit.


Rasanya sakit sekali.


Kapan terakhir kali ini memimpikan Lyona? Cinta pertamanya. Barangkali juga cinta sejatinya.

Ia pikir ia telah sembuh. Ia pikir ia sudah berhasil menghapus bayangan gadis itu dari pikirannya. Dokter bilang ia sudah sembuh. Sembuh dengan cara melupakan Lyona. Barangkali ini tidak adil bagi Lyona tapi ini satu satunya cara bagi Aldi untuk melanjutkan hidup.

Aldi bangkit dari tidurnya. Peluh menetes dari keningnya jatuh menetes ke sprei putih tempat tidurnya. Ia terbiasa telanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer ketika tidur malam. Kata dokter mengenakan sesedikit mungkin pakaian baik untuk meredakan kecemasan. Tapi ternyata toh gagal.

Lyona kembali mendatangi mimpinya.

Semua karena Rama.

Sesuatu dalam diri Rama mengingatkannya pada Lyona. Kelembutan dan jari jarinya yang lentik. Hidungnya yang kecil dan sedikit mencuat di ujungnya. Juga bibirnya yang... ah...

Tanpa sadar Aldi menyentuh bibirnya sendiri dan membayangkan bibir ranum berwarna pink itu menekan miliknya. Hangat. Lembut. Dan juga basah.


Matanya terpejam.


Bayangan Rama semakin jelas di kepalanya. Seakan-akan Rama memang tinggal di sana. Di dalam kepalanya. Tidak pernah pergi sejak pertama mereka bertemu pada pembacaan pertama skenario film mereka.

Tangan lentik nan pucat itu meraba dada telanjangnya dan menelusup memasuki celana boxernya. Menggenggam sesuatu yang liar, panas dan terasa purba.

Aldi mengerang. Kali ini semakin kencang. Peluh menetes semakin deras.

Rama meletakkan dagunya ke bahunya dan mulai menciumi lekuk lehernya. Rambutnya yang panjang dan halus kecokelatan bergesekan dengan rambutnya yang pendek dan berujung kasar. Betapa kontras bentuk fisik mereka sehingga seperti melengkapi satu sama lainnya.

Sesuatu dalam celana boxernya semakin intens dan liar. Sekujur tubuhnya panas dan mulai gemeter. Sesuatu seperti kembang api di kepalanya menyeruak kegelapan di kepalanya dan...


DUARRRR


Ia bisa melihat ledakan kembang api berwarna warni di langit hitam yang kelam dan gelap. Begitu kontras. Begitu indah.


Rama tersenyum.


Aldi membuka mata.


Tidak ada siapapun di kamarnya malam itu.


Ia sendirian.


Perlahan ia mengeluarkan tangannya dari dalam celana boxer hitamnya.


Terkejut terhadap kenyataan bahwa cairan kental keputihan itu membasahi seluruh kepalan tangannya.


Malam itu Rama telah menyelamatkannya dari Lyona.Meski dengan cara yang aneh.

[ Boys Love ] The UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang