-X-

676 20 1
                                    


"TIDAAAAAAAKKKK"


Aldi terbangun penuh keringat dingin, celananya basah akibat mimpi liar yang baru saja dialami. Mimpi seliar itu, apakah ini karma telah berani mencium sahabatnya sendiri?

Aldi memegang kepalanya seolah mau pecah, ketimpangan moral karena telah mengkhianati Lita muncul. Ia melihat Rama yang masih terbaring nyaman di sampingnya. Kerasukan apa dia sampai segila itu? Mengutamakan birahi dibanding Nurani, sampai nekat menggunakan sahabatnya sendiri, Aldi merasa dilema.

Segera ia mengecek handphone yang telah ia campakkan semalam. Puluhan chat dan panggilan tak terjawab menghiasi layarnya.


-Aku tahu apa yang kamu lakukan, yang-


Satu chat terakhir dari Lita membuat keringat dingin mengalir deras sekali lagi. Mungkinkah yang semalam bukan mimpi tapi sebuah peringatan .


.

.


Rama bangun melihat sisinya kosong, belum sempat panik, ia rasakan secarik kertas berada di genggaman tangannya.


-Cari sarapan bentar-


Oh


Rona merah di pipinya menyala ketika mengingat kejadian semalam. Bisa-bisanya ia ketiduran pada saat Aldi mulai menyesap satu demi satu bekas keunguan yang ditinggalkan Tarigan. Dengan kesal Rama menyalahkan obat injeksi yang diberikan oleh suster kemarin saat merawat tangannya.

Rama memegang bibirnya yang sedikit bengkak, bukan mimpi pikirnya, Bagaimana ini? Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap kalau Aldi kembali. Apa alasannya mencium sahabatnya sendiri? Rama menghela napas panjang. Malas berpikir, kalau Aldi minta penjelasan akan ia salahkan obat kemarin. Sebaiknya Aldi pura pura tidak terjadi apa-apa kemarin.

Tapi ciuman kemarin manis dan nikmat. Mau lagi. Mau dihabisin lagi.


Eh.


Sontak Rama memukul kepalanya sendiri. Bodoh sekali, yang kemarin terjadi karena Aldi frustasi. Dan dia mungkin juga frustasi karena lagi jomblo.

.

.


Aldi menelan ludah, dihadapannya duduk gadis manis berambut sebahu dengan penuh percaya diri sedang menenggak kopi hitamnya. Crop top, denim dan high heels yang dipakai menambah aura girlbossnya

"Sayang kapan sampai?"


"Barusan" jawabnya dingin.


"Ehmmmm.."


"Aku tau yang"


"Tau apa?"


"Seharusnya kamu kasih tau aku lebih dulu!" sahutnya ketus menatap lurus ke arah pemuda tinggi itu.


Mampus.

Ugh, sampai mati mau pura-pura ga tahu pokoknya.

[ Boys Love ] The UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang