-XVII-

394 13 1
                                    


Angin bertiup kencang, daun-daun berguguran membuat Rama merapatkan jaket coklat panjangnya. Tampak asik duduk di teras sebuah café kecil menyesap kopi hitam panas memandang orang-orang berlalu-lalang. Sampai satu orang datang mengganggu penglihatannya.

"Rama?" lelaki tinggi berambut pirang bermata biru dengan hidung mancung itu duduk tanpa diundang.


"And you?" sahut Rama ketus. Perasaannya tidak enak saat orang asing menyapa dirinya.


"Alfred.. Alfred smith"

Rama langsung berdiri hendak kabur saat lelaki itu menangkap lengannya dengan cengkraman yang cukup keras. Detik itu Rama tahu ia tak bisa melawan, pasrah ia duduk kembali.


"What do you want?"


"Talk" jawabnya sambil mencopot sarung tangan hitam, memanggil pelayan dan memesan kopi panas.


"Why am i so unlucky"


"I want to know what my husband doing with you yesterday"

Pria ini menatap Rama tajam seperti pertanyaaannya tanpa basa basi.


"He— why don't you ask him directly?"


"Stop trash talking, just answer"

Rama merutuki dirinya lagi, ia pindah ke luar negeri agar hidupnya tentram sekarang malah muncul orang-orang pembawa masalah ke hidupnya.


'Andai lo disini' kata-kata Aldi terngiang-ngiang di otaknya. Membuatnya ingin kembali ke Indonesia sekarang juga.


"He—"

Dengan berat hati ia menceritakan secara garis besar apa yang terjadi kemarin. Sebisa mungkin tanpa membuat manusia di depannya ini marah.


"Huft, that psycho. Too bad I love him" sesal Alfred meski ia bertekad untuk menghajar suaminya saat pulang nanti.


"I know his fantasies and obsessions. But can't you just date Aldi so he can end his crazy story?"

Pertanyaan macam apa itu, pasangan ini sama gilanya, Rama sama sekali tidak ingin berhubungan dengan mereka lagi meski dibayar sepuluh milyar.


"He has a girlfriend", Rama menegak kopinya dengan cepat.


"And we aren't....... we don't love each other." Rama merasa ada yang salah.


[ Boys Love ] The UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang