Suara jam berdetak sangat lambat sedari tadi. Rasanya lama banget hari ini berlalu menurut gue. Gue menunggu pak Jaehyun dengan resah. Sejujurnya ada rasa takut ketika dia tidak menemui papa hari ini mengingat sejak tadi pagi dia sama sekali belum membalas pesan gue.
Suara deru mobil di halaman depan membuat gue berdiri lalu menghampiri sumber suara tersebut, bersyukur mendapati seorang laki-laki tinggi masih lengkap menggunakan setelan jas menghampiri gue yang sukses membuat gue mematung seketika.
"Gue nggak salah liat 'kan? Beneran ini pak Jaehyun?"
Pak Jaehyun berdiri tepat di depan gue, dengan kacamatanya yang bertengger manis di hidung mancungnya. "Y/N?" panggilnya, tangannya menggoyang lengan gue pelan.
"Pa-k Jaehyun. Bapak, ini beneran bisa ada di sini?" cicit gue pelan. Gue mengedarkan pandangan melihat sekitar mencari keberadaan seseorang yang ternyata sepi.
"Kamu kenapa? Kamu yang minta saya buat bantu kamu," jelasnya.
"Tapi pak, saya masih nggak percaya kalau bapak kakak kandung Joana."
"Nanti akan saya jelaskan. Biarkan saya masuk dan menyelesaikan tugas saya untuk membantu kamu karena saya sudah terlanjur janji dengan Joana, pantang bagi saya untuk melanggar janji."
Gue menelan saliva gue kasar. "Ah gila, gue suka yang begini," jerit gue dalam hati.
"Okay, tapi tolong buat papa saya yakin kalau bapak itu pacar saya karena saya takut Bapak nggak masuk kriteria papa," jelas gue.
"Kamu harus lihat nanti, saya yakin papa kamu bakal batalin pertunangan tapi kamu harus tahu saya melakukan ini nggak gratis. Kamu harus bayar nanti setelah pertunangan kamu dengan Sena batal," jelasnya. Tanpa pikir panjang gue mengiyakan ucapannya.
"Okay sayang, biarkan saya masuk karena saya haus sejak tadi." Dia pergi meninggalkan gue memasuki rumah. Sebenarnya yang tuan rumah itu siapa?
Gue melirik papa yang menatap pak Jaehyun sejak tadi tanpa berkedip. "Jadi ini nak Jaehyun yang diceritakan anak saya?"
"Iya Om. Maaf saya baru sempat berkunjung karena saya sedikit sibuk dengan project saya bersama dosen-dosen lain," jelasnya.
"Oh nak Jaehyun ini pengajar juga sama seperti Sena?"
"Iya Om. Y/N juga anak didik saya," jawabnya santai, bisa-bisanya pak Jaehyun sesantai itu sedangkan gue di sini merasa cemas setengah mampus.
"Project apa yang kamu maksud?" tanya papa ingin tahu.
"Project kecil sih Om, saya ingin membantu anak-anak yang kurang mampu dengan cara memberikan mata kuliah online secara gratis kepada mereka yang tidak bisa melanjutkan kuliah. Tidak hanya saya saja yang mengajar, banyak dosen dari luar negeri juga ikut membantu mengajar untuk mensukseskan project ini. Selain itu, kami juga sedang mencari donatur untuk membantu membiayai anak-anak yang kurang mampu di tingkat SD-SMA," jelasnya.
"Wah bagus sekali project kamu nak. Kalau boleh nanti Om mau menjadi donatur tetap di project kamu.
Kamu bisa kirimkan proposal dan minta email Om ke Y/N biar nanti Om juga bisa bantu kamu untuk share ke teman-teman Om. Barangkali mereka juga bisa membantu menjadi donatur kalian," ucap papa membuat gue sedikit lega."Kamu bantu mama siapkan makan malam, Papa mau bicara dulu dengan nak Jaehyun."
Gue beralih menatap pak Jaehyun. "Aku tinggal dulu ya Mas," pamit gue dan dihadiahi dengan senyuman manis dari pak Jaehyun yang belum pernah gue lihat.
"Gila manis banget bisa kalah manisnya gula." gumam gue pelan.
Chandra datang menghampiri gue dan mama yang sedang fokus menata makanan di meja makan.
"Di depan ada tamunya siapa Ma?" tanyanya.
"Pacar gue," balas gue.
"Serius lo? Tapi kok kayak udah berumur."
"Lo ngatain pacar gue tua?" sahut gue nggak terima.
"Ini kenapa kalian jadi ribut sih? Chandra kamu panggil abang di kamar suruh dia turun sebentar lagi makan malam."
"Iya Ma."
"Kamu panggil papa sama pacar kamu," perintah mama ke gue.
Gue menghampiri papa dan juga pak Jaehyun yang sedang asik bermain catur di ruang tengah. Sejak kapan mereka jadi akrab begini?
"Om kalah lagi."
"Boleh juga kamu Jae, lain kali ajarin Om main catur biar bisa sehebat kamu."
"Om bisa aja. Nanti kalau ada waktu saya main ke sini lagi, boleh Om?"
"Tentu saja boleh. Kapanpun rumah ini terbuka buat kamu."
"Serius banget," sela gue karena dari tadi gue duduk diatara mereka nggak ada yang menggubris gue seakan gue nggak kasat mata.
"Loh kamu sejak kapan di situ?" tanya pak Jaehyun.
"Nggak tahu," balas gue ketus.
"Jangan cemburu sama catur dong, malu kamu sama nak Jaehyun. Makan malam udah siap?" tanya Papa, gue mengangguk pelan.
"Udah, Papa sama Mas Jae disuruh mama makan malam dulu."
"Ayok nak kita makan dulu. Ajak pacar kamu makan dulu." Papa meninggalkan gue dan pak Jaehyun di ruang tamu.
"Gimana Pak?" tanya gue ke Pak Jaehyun.
"Menurut kamu?" ucapnya balik bertanya.
"Lampu hijau?" Pak Jaehyun tersenyum membuat gue kegirangan sampai gue tak sadar kalau sudah memeluk dia. "Makasih ya Pak— Mas Jae."
"Ehemm." Deheman Papa membuat gue menoleh ke arahnya. "Udah di tunggu yang lain di ruang makan."
Gue tersenyum canggung ke arah pak Jaehyun. "Sorry ya Mas," cicit gue pelan.
"Jangan lupa, ini nggak gratis," katanya lalu meninggalkan gue.
Gue nggak tahu apa yang dibicarakan Papa dan Pak Jaehyun sampai membuat mereka bisa akrab seperti itu dalam kurun waktu 2 jam.
Setelah makan dan di meja makan pun mereka masih asik mengobrol ditambah bang Taeyong dan Chandra juga ikut nimbrung dengan obrolan mereka.
"Pakai pelet apa sih dia?" monolog gue pelan.
"Y/N, Papa bakal batalin pertunangan kamu dengan Sena. Kamu tetap bertunangan lusa dengan nak Jaehyun, dia juga sudah setuju dan ingin pernikahan kalian dipercepat," jelas Papa membuat gue membeku di tempat.
Apa-apaan ini? Keluar dari kandang macan malah masuk ke kandang Singa? Yang bener aja. Bahkan pak Jaehyun belum mengatakan apapun ke gue.
Published,
Beepunyacerita | 12 Desember 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...