Part 06
"Papa ... Papa...." Suara lembut Caisy membelai telinga Damian hingga membangunkannya dari tidur. Matanya reflek terbuka ketika merasakan pipinya di kecup oleh sang putri.
"Caisy...." Tanpa ragu Damian meraup putrinya ke dalam pelukan. Ia membubuhkan kecupannya beberapa kali di kening dan kedua pipi anak itu.
"Papa geli," gumam Caisy sambil menggeliat geli.
"Biar aja, suruh siapa bangunin Papa." Damian tidak berhenti, ia terus menciumi Caisy hingga anak itu cekikikan menahan geli.
"Ini sudah siang, Anda memangnya mau bangun jam berapa? Anda bahkan sudah melewatkan sarapan Anda." Delisa menimbrung.
Tampaknya Damian lupa dengan keberadaan Delisa di ruangan itu terbukti ia nampak terkejut usai wanita itu berbicara. Tapi di banding menanggapi cibiran wanita itu, Damian memilih mengecek ponselnya untuk melihat waktu.
"Kenapa kamu tidak membangunkanku dari tadi?" tuntut Damian yang terkejut melihat waktu. Ia menyeret tubuhnya agar bisa duduk bersandar pada kepala ranjang.
Delisa celingukan ke sudut-sudut kamar. "Disini ada CCTV, aku akan meminta pihak keamanan untuk menunjukkan rekamannya pada Anda. Jadi Anda bisa lihat, aku sudah coba membangunkan Anda berulang kali," sahutnya dengan kesal.
"Benarkah?" Damian tampak malu. Tapi ia menutupinya dengan mengajak Caisy mengobrol-berusaha tidak mempedulikan Delisa. "Anak Papa sudah sembuh?"
"Udah." Caisy mengangguk semangat. "Kepala Ici udah nggak pusing lagi sekarang," imbuhnya sambil memegangi keningnya.
Damian ikut menyentuh kening Caisy meski sebenarnya dengan hanya bersentuhan kulit, Damian sudah menyadari kondisi kesehatan putrinya yang sudah membaik. "Oh iyaya anak Papa sudah tidak lagi demam."
Caisy kembali mengangguk, kali ini wajahnya tidak sesemangat sebelumnya. "Kalau Papa udah sembuh juga belum?"
Damian tersenyum lembut, membelai rambut putrinya sejenak sebelum merengkuhnya kembali. "Sudah dong, kan Papa juga mau sembuh seperti Caisy."
Caisy tersenyum lebar, ia mendongakkan wajahnya hanya untuk menatap sang papa. "Kalau gitu kita minta pulang sekarang aja, Pa!" pintanya dengan kedua binar penuh harap di kedua bola matanya.
"Tentu saja, nanti Papa akan minta pada dokter untuk memulangkan kita hari ini," sahut Damian tanpa ragu, seakan hal itu sudah ia rencanakan sebelumnya.
"Kalian baru saja sembuh, tunggulah sampai satu atau dua hari lagi untuk pulang." Delisa bersedekap di hadapan ayah dan anak itu.
"Aku sudah baik-baik saja saat ini, aku rasa dokter juga tidak akan keberatan memulangkan...."
"Anda mungkin merasa tubuh Anda sudah sehat, dan bisa melakukan pemulihan dirumah dengan istirahat dan makan yang cukup. Tapi Caisy tidak, pagi ini saja Caisy masih menolak untuk makan. Satu-satunya asupan makanan yang masuk ke tubuhnya hanya dari cairan infus. Jadi bisa tidak, tidak bersikap egois, karena jika Anda meminta pulang Caisy pasti ingin pulang juga!"
"Aku bisa menyewa perawat untuk merawat Caisy di rumah dan memintanya untuk menginfus putriku," tekan Damian dengan nadanya yang tidak ingin dibantah. Seakan pendapatnya adalah sebuah jalan keluar terbaik yang bisa ia berikan.
"Aku tahu! Tapi percayalah perawatan disini jauh lebih baik dari pada di rumah," timpal Delisa dengan kukuh mempertahankan pendapatnya.
Sembari memangku Caisy, Damian menyandarkan kepalanya ke kepala ranjang. "Aku benci tempat ini," gumamnya pelan seraya menarik napasnya dengan raut muram. "Di tempat ini aku pernah kehilangan wanita yang aku cintai."
![](https://img.wattpad.com/cover/319055125-288-k199504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Delisa (Naik Ranjang)
RomanceBlurb Menikah dengan Damian dan menjadi ibu sambung dari keponakannya adalah dua hal yang tidak pernah dipikirkan oleh Delisa. Tapi disinilah Delisa berada saat ini, menjadi istri dari mantan adik iparnya demi memenuhi permintaan terakhir sang adik...