Part 15

4.9K 400 21
                                    

Part 15

"Nyonya yang itu garam, kenapa Nyonya malah menambahkannya ke dalam adonan?"

Teriakan panik Neni membuat Delisa tersentak. "Astaga...." Ia langsung buru-buru menyendoki garam dari dalam adonan. "Kenapa kamu baru kasih tahu?"

"Aku kan tadi udah bilang untuk tambahkan gula, Nyonya malah memasukkan garam," jawab Neni.

Delisa mencebik. "Semoga rasanya masih bisa di selamatkan," gumamnya sambil terus mengambil butiran-butiran garam yang belum tercampur ke adonan.

"Sepertinya dari tadi Nyonya tidak fokus. Apa Nyonya baik-baik saja?" Neni memperhatikan Delisa dengan khawatir.

"Eh tidak kok, aku baik-baik saja." Delisa menyengir, lalu kembali menyalakan mixer untuk melanjutkan mengaduk adonan.

Neni tentu tidak percaya, pasalnya sejak pagi sang Nyonya terlihat banyak melamun. Dan wajahnya terlihat muram tidak seceria biasanya. "Kalau Nyonya sedang tidak enak badan, sini biar saya saja yang buatkan kuenya."

"Aku beneran baik-baik aja kok Nen. Lagian aku sudah janji sama Caisy hari ini mau membuat pancake kesukaannya." Delisa tersenyum lembut pada pelayannya itu, lalu ia mengusap wajah Caisy yang kini tengah sibuk bermain tepung diatas meja dapur. Rambut, wajah serta bajunya di penuhi tepung dan cream strawberry yang telah selesai dibuat oleh mereka beberapa saat lama.

Tak lama dari itu, mereka tersentak oleh suara dering ponsel yang berbunyi. Delisa memeriksa ponselnya yang menyala diatas meja dan memperdengarkan lagu favoritnya. Seketika itu juga ia melihat nama Damian tertera di layar benda pipih tersebut. ang kini tergeletak diatas meja.

"Kamu yang angkat!" titahnya pada Neni.

"Tapi Nyonya...."

"Udah angkat aja, lagian juga paling dia Cuma mau nanyain soal Caisy." Delisa langsung menyambar tangan Neni dan menjejalkan ponsel miliknya ke telapak tangan pelayannya itu.

Dengan terpaksa Neni mengangkat panggilan video itu. "Halo Tuan," sapanya dengan canggung.

"Nen?" Sosok Damian sontak memenuhi seisi layar.

"Saya Tuan." Neni meringis. "Tuan mau lihat Non Caisy ya, sebentar ya Tuan." Tanpa menunggu jawaban Damian, ia mengarahkan ponsel tersebut ke hadapan Caisy. "Non, ini Papa mau bicara," ucapnya pada batita itu.

"Papa ... Icy kangen." Nada bicara Caisy yang manja membuat Delisa menggeleng-geleng, diam-diam ia juga tersenyum. Keponakannya itu benar-benar mirip dengan mendiang Alisya yang juga kerap bersikap manja pada semua orang. Mungkin hal itu juga yang membuatnya langsung jatuh hati pada keponakannya itu di pertemuan pertama mereka.

"Papa lebih lebih kangen sama Icy." Damian menjawab jujur. "Icy sedang apa disana? Kenapa pakai bedak tebal sekali?"

"Ini bukan bedak, Pa. Ini tepung. Masa Papa nggak tahu tepung?"

Delisa lagi-lagi mengulum senyum. Sejak pertama kali menjadi ibu sambung Caisy, anak itu belum terlalu lancar berbicara tapi sekarang Caisy bisa mengucapkan kata apapun dengan jelas dan bahkan kosakata anak itu semakin bertambah banyak. Delisa merasa bangga karena itu berkat dirinya yang setiap hari selalu melatihnya mengucapkan kata dan juga membacakannya cerita di malam hari.

"Tentu saja Papa tahu, Sayang. Maksud Papa kenapa Icy bermain tepung, apa tidak gatal?"

"Kata Mama nggak apa-apa," balas Caisy dengan polosnya. "Nanti bisa mandi lagi kata Mama."

"Dimana Mamamu sekarang?" tanya Damian yang seketika membuat Delisa membelalak.

"Ada tuh lagi buat kue untuk Icy."

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang