Part 7

3.7K 350 10
                                    

Part 07

"Besok aku akan bicara pada ibu...."

"Tidak perlu!" Delisa kembali manatap Damian, ada kepanikan didalam sorot matanya. "Lagipula ada ataupun tanpa masalah ini hubunganku dan ibu memang sudah buruk."

Mendengar itu Damian seketika terpekur. Tidak mengerti mengapa ia merasa iba pada wanita yang kini menjadi istrinya itu? Bisa jadi karena wajah Delisa yang sekalipun memperlihatkan senyum tapi matanya menampakkan sebaliknya. Seketika ingatan Damian melayang ke kejadian di rumah sakit beberapa hari lalu saat menyaksikan Ratri menampar Delisa hanya karena kesalahpahaman. Kini hal yang sama kembali terjadi, Ratri kembali menyalahkan Delisa untuk hal yang merupakan kesalahannya. Terlepas dari hubungan mereka yang sudah tidak baik sejak dulu tapi karena campur tangan dirinya kini hubungan antara ibu dan anak itu semakin memburuk.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku bercerita bukan untuk menarik simpatik Anda." Delisa mendengkus pelan saat ditatap dengan iba oleh Damian.

"Aku tahu." Damian menghela napasnya seraya memalingkan wajahnya. "Tapi kamu membuatku merasa bersalah."

Delisa mengerutkan kening sebelum melontarkan kekehan keringnya. "Merasa bersalah? Padaku?"

Damian tidak berkutik, mulutnya seketika terkunci rapat-rapat. Apa Delisa berharap Damian akan meminta maaf? Tapi Damian tidak pandai dalam mengucapkan kata maaf, sejak kecil ia bukanlah anak yang kerap berbuat ulah hingga memancing kemarahan kedua orang tua. Ia justru menjadi anak kebanggaan mereka. Bahkan ketika tumbuh dewasa, Damian selalu berhati-hati dalam melangkah, semua keputusannya di dalam perusahaan selalu dipertimbangkan dengan matang hingga hampir tidak pernah mengalami kerugian. Dan satu-satunya orang yang sering mendapatkan kata maaf dari Damian adalah Alisya, itu pun karena mendiang istrinya itu kerap cemburu pada kedekatannya dengan Yuri sehingga karena hal itu Damian memutuskan untuk menjaga jarak dengan sepupunya itu. Kata maaf terakhir yang ia lontarkan adalah saat Alisya menghembuskan napas terakhirnya, ia memohon maaf karena tidak bisa menepati janjinya untuk membuat mendiang istrinya sembuh.

"Perlukah aku meminta maaf?"

Delisa tersenyum miris. "Simpan saja maaf Anda, karena aku yakin ini bukan yang terakhir ibu akan memarahiku karena ulah Anda!"

Wanita itu kemudian meninggalkan ruangan, tanpa sadar jika kata-katanya berhasil menohok hati Damian.

***

Waktu berlalu dengan begitu cepat, melihat kondisi Caisy yang kian membaik dari hari ke hari membuat Delisa akhirnya memutuskan untuk kembali berangkat bekerja setelah mengambil cuti sekian lama. Kemarin ia sudah di telepon oleh atasannya mengingat sudah terlalu lama ia mengambil cuti, terhitung sudah empat belas hari ia libur bekerja. Kantor mana yang memberikan cuti sebanyak itu pada karyawannya?

Atasan yang baik, rekan-rekan yang juga sudah seperti keluarga serta gaji yang terbilang cukup untuk membiayai kehidupannya selama ini membuat Delisa tidak mau kehilangan pekerjaannya yang sekarang. Meski kini statusnya adalah istri Damian-bos di kantornya-tapi tak lantas membuat Delisa terlena. Ia sadar diri jika dirinya berada dirumah ini adalah untuk menjaga Caisy. Bukan untuk menikmati kekayaan Damian. Lagipula status menjadi istri Damian takan ia sandang selamanya. Karena sewaktu-waktu bisa saja Damian akan menendangnya atau mungkin ia yang akan melarikan diri dari pernikahan ini? Maka itu Delisa harus tetap berdiri diatas kakinya sendiri-seperti yang dilakukannya selama ini.

"Kamu nggak mau masuk dulu, Nak?" tanya Bayu saat Delisa menyerahkan Caisy di teras rumah.

"Lisa buru-buru Yah. Takut nanti terlambat," sahut Delisa seraya menyelipkan mainan ke tangan Caisy yang kini berada di gendongan Bayu.

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang