Part 08

3.9K 341 8
                                    

Part 08

Di kantor, kemunculan Delisa setelah libur panjangnya seketika mendapat banyak pertanyaan dari para rekannya. Pasalnya setelah empat tahun bekerja di kantor ini, baru kali ini Delisa mengambil cuti. Delisa terkenal sebagai karyawan yang sangat loyal, selain tanggal merah dan sakit ia hampir tidak pernah libur ngantor. Bahkan untuk sehari-hari, Delisa selalu paling awal datang dan pulang paling akhir. Hal itu ia lakukan bukan karena ingin mendapatkan simpatik atasannya, sungguh Delisa bukan orang seperti itu mengingat ia pernah menolak saat akan di promosikan untuk naik jabatan. Ia menghabiskan hampir sebagian waktunya di kantor demi mengusir kesepiannya saat tinggal seorang diri di kamar kos. Seringnya Jerry melarangnya agar ia berhenti melakukan itu, terutama saat kekasihnya itu mengkhawatirkannya yang bekerja bagai kuda tanpa kenal waktu.

Jerry?

Sedang apa pria itu sekarang ya? Sejak beberapa jam lalu kedatangannya di kantor ini, Delisa belum sempat bertemu dengan Jerry. Jerry pasti marah padanya yang telah menghilang dalam dua minggu ini. Mengingat hal itu membuat Delisa di penuhi perasaan bersalah. Apa yang harus ia jelaskan nanti kepada Jerry?

Delisa berusaha fokus dengan pekerjaannya dan menepikan permasalahan cintanya. Bagaimanapun ia harus tetap bersikap professional selama berada di kantor seperti yang ia dan Jerry lakukan dalam tujuh bulan belakangan ini. Keduanya memutuskan untuk tidak terlalu mengekspose hubungan mereka di kalangan rekan-rekan, terlebih status Jerry yang merupakan atasannya di kantor membuat Delisa merasa kurang nyaman. Meski begitu bukan berarti tidak ada yang tahu, mengingat hubungan mereka sudah menyebar ke seantereo kantor berkat salah seorang teman kantor mereka yang mengaku sempat memergoki keduanya berkencan.

"Del, yuk buruan!"

Panggilan temannya yang bernama Rina menyentak Delisa dari fokus utamanya, ia yang tengah memasukkan data-data penjualan di kantor seketika menatap rekannya itu dengan penuh tanya.

"Kemana?"

"Ih elo ya! Nggak dengar apa gimana tadi ada pengumuman di suruh kumpul di Aula."

Delisa menangkap raut kesal sekaligus gemas di wajah Lina. "Masa sih?"

"Yaelah, ngapain gue bohong? Ayo buru! Noh yang lain udah pada duluan."

Delisa sontak melempar pandangannya ke meja teman-temannya yang kini telah kosong.

"Ayo, kok malah bengong?" sungut Rina dengan tak sabar.

"Iya iya sebentar." Delisa lantas menyimpan hasil kerjanya yang baru setengah, mematikan computer sebelum berjalan terburu-buru saat lengannya di tarik oleh Rina. Membiarkan wanita itu menariknya hingga ke lift.

"Pokoknya kalau kita terlambat ini gara-gara elo ya Del!"

Celotehan Rina tidak di tanggapi oleh Delisa, ia lebih memilih bersandar pada dinding lift mengabaikan gerutuan teman akrabnya itu. Otak Delisa penuh akan kekhawatiran, di aula nanti ia akan bertemu dengan Jerry. Satu sisi Delisa rindu bertemu pria itu tapi di sisi lain Delisa merasa bingung karena Jerry tentu mengharapkan penjelasan darinya.

Oh Tuhan, ia sungguh merasa berdosa pada Jerry. Mengingat selama dua minggu ini, ia selalu mengabaikan chat maupun panggilan dari pria itu. Ia tidak bermaksud menyiksa Jerry dengan menghilang beberapa waktu, sesungguhnya ia hanya sedang menyiapkan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran tanpa melukai pria itu. Tapi bisakah itu?

"Elo sih enak terlambat juga kagak mungkin dimarahin, secara lo kan ehem ehemnya Pak Jerry."

Keluar dari lift, Rina terus membeo. Sementara Delisa berkecamuk dengan pemikirannya sendiri hingga tidak menyadari jika kalimat Rina barusan terdengar oleh serombongan orang yang baru saja keluar dari lift satunya dan kini berjalan di belakang mereka.

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang