Part 11

4K 386 20
                                    

Part 11

Delisa menarik napasnya dalam-dalam. "Baiklah." Ia lantas bangkit namun tiba-tiba saja pandangannya seperti berputar, saat selanjutnya ia tidak dapat melihat objek apapun lagi saat kesadarannya menghilang seutuhnya.

***

Suara bising dari ponsel yang berdering menyentak tidur Delisa. Tangannya reflek meraba-raba ranjang, mencari keberadaan benda pipih yang bersuara nyaring.

"Nyonya sudah bangun?"

Delisa mengernyit, pandangannya masih terasa silau untuk fokus pada siapa yang datang. Secarik kain basah di kening ditarik tanpa ia sadari.

"Biar saya bantu, Nyonya."

Delisa yang berusaha bangun langsung di pegangi oleh Neni. " Terimakasih," ucapnya saat berhasil menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. "Tolong ambilkan ponselku, Nen!"

Tanpa di perintah dua kali, Neni langsung meraih ponsel dari atas nakas dan menyerahkannya pada Delisa.

Nama sang ibu seketika menghiasi layarnya, ia belum sempat menjawab sebab panggilan itu keburu mati.

"Dimana Caisy?" tanyanya yang seakan baru mengingat sesuatu.

"Caisy bersama Tuan, Nyonya."

"Apa Caisy rewel?"

"Tadi sempat rewel, Nona terus memanggil-manggil Anda. Tapi sekarang sudah lebih tenang."

"Dimana mereka sekarang?" Delisa menyibak selimutnya-hendak bangkit namun di tahan oleh Neni.

"Anda mau kemana?"

"Aku harus ke Caisy, dia pasti membutuhkanku. Kenapa tidak ada yang membangunkanku sih?" sewot Delisa, ia tidak bisa membayangkan serewel apa Caisy tanpa ia dan Ratri mengingat anak itu tidak terlalu dekat dengan Damian.

"Tapi Nyonya, Anda sedang sakit. Tadi pagi saja Anda pingsan. Lebih baik sekarang Anda beristirahat saja. Tuan Damian memerintahkan saya untuk merawat Anda disini."

Penuturan Neni membuat Delisa tertegun, coba mengumpulkan kesadaran demi meraih ingatan. Kejadian tadi pagi seketika terbayang, bagaimana dirinya pingsan dan lupa segalanya.

Ia lantas menoleh ke jam dinding, sekarang sudah pukul dua siang. Astaga, selama itukah ia tidak sadarkan diri?

"Di makan dulu buburnya Nyonya, setelah itu minum obat supaya kondisi Anda cepat pulih."

Ia melirik mangkuk bubur yang berada di tangan Neni dan juga beberapa bungkusan obat yang tergeletak di atas nakas.

"Tadi Tuan yang manggil dokter kemari." Neni menerangkan seakan bisa membaca pikiran Delisa.

"Aku akan mengucapkan terimakasih padanya," ucap Delisa sembari tersenyum kecil.

"Umm, Anda juga harus tahu jika yang menggendong Anda saat pingsan adalah Tuan."

Uhuk uhuk.

Delisa tersedak bubur yang tengah di kunyahnya. Informasi yang Neni sampaikan membuatnya terkejut.

"Anda tidak apa-apa Nyonya?" Dengan khawatir Neni mengusap-usap punggung Delisa seraya menyodorkan segelas air.

Delisa memberi isyarat jika ia baik-baik saja. "Kamu serius, Damian melakukan itu?" tanyanya usai menyiram tenggorokkannya dengan air.

"Benar Nyonya." Neni kembali menyuapi Delisa. "Saya lihat sendiri Tuan melakukannya."

Tiba-tiba wajah Delisa terasa panas membayangkan tubuhnya di sentuh dan di gendong oleh pria itu. Apa yang kau pikirkan Delisa? Kau pingsan di hadapannya, jadi mana mungkin Damian mengabaikanmu?

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang