Part 13

4.2K 386 13
                                    

Part 13

"Membuat anak?"

Suara Damian tiba-tiba muncul di belakang punggungnya-membuatnya terkejut bukan kepalang saat membalik tubuhnya dan menemukan wajah pria itu tepat didepan mata kepalanya.

"Siapa yang kau bicarakan?"

"Astaga, kenapa Anda selalu tiba-tiba muncul? Mengagetkan saja!" ujar Delisa seraya memundurkan langkah.

Damian tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat oleh Delisa. "Aku sudah mengetuk, kau yang saja tidak dengar!" sahutnya sebelum mendekat ke ranjang hanya untuk mengecup Caisy yang kini tertidur.

Benarkah? Ini pasti karena telepon dari ibunya yang membuat tegang sehingga ia tidak fokus pada sekitar.

Damian melirik jemari Delisa yang saling remas, tanpa sadar senyuman tipis terkulum di bibirnya. "Apa Ibu memintamu untuk memberiku anak?"

"Dari mana Anda tahu?" Tak menunggu lama, Delisa langsung menyesali pertanyaannya. Bukankah seharusnya ia mengelak agar tidak malu?

Tatapan Damian menajam, sehingga Delisa langsung membuang pandangannya. "Kenapa tidak jujur jika kita belum pernah tidur bersama?"

Delisa berdecak. "Itu namanya cari mati!"

"Kalau begitu kenapa kita tidak membuatnya saja?" Damian mengulum senyum, dan ini pertama kalinya wajah muram itu menampakkan senyumnya.

Delisa sempat terpukau tapi ekspresinya langsung berubah kala menyadari Damian sedang menggodanya. "Tidak terimakasih, kasihan nanti anakku terlahir dari orang tua yang tidak saling mencintai!" Ia lalu beranjak ke tengah ruangan, berjongkok untuk membereskan mainan-mainan Caisy yang berserakan-memasukkannya kedalam container.

Damian tertegun, jawaban yang Delisa berikan seperti menamparnya. "Setidaknya jika ada seorang anak yang terlahir diantara kita, ku pastikan dia takan kekurangan kasih sayang dariku. Aku akan tetap menyayanginya sebagaimana aku menyayangi Caisy."

"Apa Anda pikir aku akan percaya? Tuan Damian yang terhormat, aku ini adalah korban dari pilih kasih orang tua padahal aku terlahir dari orang tua yang saling mencintai. Tapi tetap saja kasih sayang yang aku dapatkan dari mereka tidak sebanyak yang mereka curahkan kepada Alisya." Delisa menggeleng, merasa jika ucapan Damian terlalu mengada-ada.

Damian berjalan mendekat, lalu ikut memunguti mainan sang anak. "Rasanya pasti berat jadi kamu, aku tidak pernah berada di posisimu jadi aku tidak tahu sesakit apa rasanya." Meski Delisa menutupinya, tapi Damian menangkap kepedihan di nada suara wanita itu.

Delisa tercenung sejenak lamanya. "Bersyukurlah karena Anda memiliki Ibu yang menyayangi Anda, meski Nyonya Rachel selalu bersikap buruk padaku tapi aku tahu beliau semata hanya ingin melindungi Anda." Senyuman miris lantas terulas di bibirnya saat mengingat perlakuan Rachel padanya. "Yeah meski sebenarnya aku tidak mengerti dia ingin melindungi Anda dari apa? Jika aku yang beliau takutkan, itu jelas sangat berlebihan. Keberadaanku disini hanya untuk merawat Caisy, tidak ada sama sekali niatku untuk menguasai Anda."

Damian menatap lekat Delisa yang kini sibuk membenahi boneka ke dalam rak. "Sebenarnya sejak awal Mama memang tidak setuju aku menikahi Alisya. Mama ingin aku menikah dengan Yuri. Jadi tidak aneh jika Mama juga tidak menyukaimu."

"Ah, kalian memang pasangan serasi," balas Delisa mendadak kesal mendengar Damian menyebut nama wanita itu. "Tapi memangnya tidak apa-apa ya menikah dengan sepupu sendiri?"

"Yuri bukan sepupuku, lebih tepatnya dia hanyalah sepupu tiriku. Yuri adalah keponakan dari papa tiriku."

"Apa?" Pengakuan Damian sangat mengejutkan Delisa, ia baru mengetahui fakta itu dan seketika bertanya-tanya apakah keluarganya juga tahu? Disaat kepalanya sibuk berpikir tiba-tiba jemari tangannya tersengat sesuatu, hingga ia reflek memekik kesakitan.

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang