Part 17

4.9K 399 17
                                    

Part 17

"Ayo lihat sini Sayang!" ucap Delisa pada Caisy yang berada di atas high chair. "Senyumnya mana?" Bocah itu tersenyum lebar-memamerkan deretan gigi susunya kearah kamera.

"Ih cantik banget sih kamu," gumamnya senang saat melihat hasil jepretannya yang sempurna. Sebuah kecupan disematkannya di pipi gembil Caisy.

"Namanya juga bibit unggul, Nyonya. Siapa dulu orang tuanya," timpal Neni yang duduk di seberang meja.

Ketiganya kini berada di salah satu café yang ada di mall. Delisa sengaja membawa keduanya berjalan-jalan mengingat kemarin usaha onlinenya mendapat banyak sekali orderan sehingga keuntungan yang di hasilkan ia gunakan untuk berjalan-jalan.

"Yah, Caisy adalah perpaduan Alisya dengan Damian." Sambil menatap Caisy, Delisa tersenyum lembut.

"Saya yakin nanti anak kalian juga sama seperti Nona Caisy cantiknya, kalau misal lahirnya cowok pasti ganteng juga seperti Tuan Damian," celetuk Neni.

Delisa seketika memberi lirikan tajam pada pelayannya itu.

"Maaf Nyonya atas kelancangan saya," sahut Neni dengan wajah menyesal.

Delisa berdecak. "Awas ya kalau ngomong begitu lagi!" sahutnya lalu kembali mengutak-atik ponselnya.

"Baik Nyonya, tapi memangnya Anda tidak ingin punya anak dari Tuan?"

Delisa menarik napas dengan panjang sebelum memberi Neni tatapan kesalnya. "Apa Ibuku yang nyuruh kamu bicara seperti itu?"

"Eh nggak kok Nyonya."

"Jangan bohong!" Delisa menyipitkan matanya-seakan ingin menyelami isi pikiran Neni yang kini terlihat gugup.

"Benar kok Nyonya, saya tidak bohong!"

Delisa menghembuskan napasnya dengan keras seraya menyenderkan punggungnya ke kursi. "Terus kenapa dari kemarin kamu membahas itu terus?"

"Ya saya pengin aja lihat Nyonya dan Tuan punya anak. Siapa tahu nanti setelah punya anak Anda berdua jadi nggak berantem-berantem lagi."

Delisa ternganga. "Memangnya siapa yang berantem? Kita hanya saling menjaga jarak!" tegasnya

"Iya itu maksud saya, Nyonya!" balas Neni. "Saya hanya khawatir nanti Tuan akan tertarik dengan wanita lain. Belum lagi ada Nona Yuri yang kegatelan, saya mah kemungkinan akan berhenti kerja kalau sampai Tuan bercerai dari Anda dan menikah dengan Nona Yuri."

Wajah Delisa yang sebelumnya tampak kesal seketika berubah menjadi geli saat mendengar kata-kata pelayannya itu.

"Awas loh nanti kedengaran sama orangnya, bisa-bisa dia ngamuk di katain kamu kegatelan."

Neni sontak membekap mulutnya dengan tangan sambil menengok ke kanan dan ke kiri, memastikan jika dirinya aman. "Saya kan bicara fakta Nyonya, kok ada ya wanita nggak tahu malu seperti itu! Udah jelas-jelas Tuan nggak suka, tapi tetap aja ngejar-ngejar Tuan!"

Kening Delisa mengerut. "Memangnya kamu tahu Damian nggak suka dari mana? Siapa tahu dia memang suka sama wanita itu tapi cintanya terhalang oleh hubungan kami!" ucapnya dengan murung, tiba-tiba ia teringat saat Yuri datang ke rumah beberapa hari yang lalu. Wanita itu mengajak Damian serta Caisy berjalan-jalan, Damian mengiyakan ajakan itu tanpa meminta ijin dulu padanya. Rasanya seperti pria itu tidak menghargai keberadaannya disana, memang sejak peristiwa di kolam renang itu mereka kembali saling mendiamkan, tapi kan apa salahnya bertanya dulu padanya. Toh, dia juga tidak mungkin melarang mereka pergi. Memangnya siapa ia?

"Buktinya kemarin aja, dia nggak nolak waktu di ajak jalan-jalan?" sambungnya.

"Itu kayaknya Tuan cuma pengen bikin Nyonya cemburu,"

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang