Part 01

6.6K 531 17
                                    

"Anak pintar, enak makanannya ya, Nak?" Delisa berseru riang saat Caisy mau memakan suapan nasi tim yang dibuatnya sedari pagi. Tidak tanggung-tanggung, ia langsung memberi pelukannya pada bocah dua tahunan itu.

"Mama mau lagi."

Pelukan Delisa reflek terurai saat sebutan itu terdengar di telinganya. Dengan berkaca-kaca, ia menatap wajah keponakannya yang kini sibuk memainkan robot-robotan. Sejak ia merawat Caisy-tepatnya sejak ia memutuskan untuk menerima permintaan gila kedua orang tuanya untuk menggantikan Alisya-ini pertama kalinya ia mendengar anak itu menyebutnya Mama-sebutannya untuk Alisya. Bisa jadi Caisy menganggap dirinya adalah Alisya. Mungkin karena wajahnya sedikit mirip dengan Alisya sehingga Caisy mengira mamanya masih hidup. Sungguh malang nasib keponakannya, masih kecil sudah di tinggal oleh ibu kandungnya. Meski kini anak itu menganggapnya adalah Alisya, namun apakah bisa ia memberikan kasih sayang kepada Caisy seperti yang Alisya lakukan selama ini?

Sebenarnya sejak Alisya dan orang tua mereka memintanya untuk menjadi ibu sambung bagi Caisy, Delisa ragu dirinya bisa menjadi ibu yang baik bagi keponakannya itu mengingat ia tidak punya pengalaman merawat anak kecil sebelumnya. Apalagi sejak awal ia tidak pernah dekat dengan keponakannya itu. hubungannya dengan Alisya yang tidak begitu baik ketika dulu membuat Delisa selalu menjaga jarak dengan adiknya itu, pun dengan orang tuanya dan juga Damian. Bahkan saat datang menjenguk Alisya di rumah sakit atas permintaan sang ayah, itu adalah kali pertama ia melihat Caisy dan langsung jatuh hati pada keponakannya itu sehingga dengan terpaksa menyetujui permintaan mereka.

"A Mama Aaa...."

Delisa terkesiap dari renungannya, saat fokusnya kembali ia mendapati Caisy tengah membuka lebar mulutnya seolah meminta disuapi lagi olehnya. Dengan senyum, Delisa kembali menyuapi keponakannya itu. Tidak menyangka jika bubur tim buatannya akan disukai oleh Caisy. Padahal resepnya saja ia dadakan mencontek dari youtub. Mungkin besok dan untuk seterusnya ia akan mencoba menu yang berbeda agar Caisy tidak bosan.

Sesaat kemudian Delisa mengingat sesuatu, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana kulot crincle yang dipakainya lalu bersiap untuk memotret Caisy.

"Anak cantik lihat sini, Sayang!" pintanya seraya menolehkan wajah Caisy kearah kamera.

Untuk sedetik lamanya Caisy menurut, tapi sesaat berikutnya fokus anak itu kembali pada mainan yang ada di atas meja baby chair-nya.

"Sayang, ayo lihat Mama sini, Nak!" pinta Delisa sekali lagi.

Caisy menoleh, menatap Delisa dengan tatapan polosnya yang menggemaskan.

"Senyumnya mana senyumnya?"

Caisy akhirnya tersenyum, menunjukkan deretan gigi susunya. Saat merasa puas dengan hasil jepretannya, Delisa lalu selfy dengan Caisy. Ia mengambil beberapa kali jepretan gambar dirinya bersama Caisy di beberapa angle.

"Woah ... kamu kok manis banget sih?" ungkap Delisa saat melihat hasil foto Caisy yang ia ambil.

Usai menyuapi Caisy sekali lagi, ia kemudian mengirimkan beberapa foto anak itu kepada orang tuanya. Saat menyadari foto yang ada dirinya ikut terkirim, Delisa cepat-cepat menghapusnya. Untung saja belum di baca oleh mamanya. Lagipula hanya foto-foto Caisy yang orang tuanya inginkan, sedangkan kabar dirinya tidak penting bagi mereka. Tentu saja, bukankah bertahun-tahun tidak pulang saja mereka tidak pernah mencarinya?

Mengingat itu hanya akan membuka luka lama. Sebenarnya Delisa tidak ingin terus mengungkit-ungkit hal itu, meski tidak munafik ingatan itu selalu berhasil membuatnya merasa sedih dan tersisihkan.

Suara dehaman menyentak Delisa, saat menatap ke depan ia terkejut melihat Damian menarik kursi di seberang mereka. Pria itu memakai celana pendek serta kaos hitam yang mencetak jelas tubuh atletisnya. Delisa tertegun bukan karena sosok menawan pria itu melainkan pada kehadirannya. Tidak mengira jika pagi ini Damian akan keluar dari kamarnya.

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang