Part 16

4.4K 395 17
                                    

Part 16

Delisa mengangguk. "Bisa tolong ambilkan handuk, aku kedinginan," pintanya dengan sepasang mata yang tidak berani menatap Damian.

Damian tersenyum tipis sebelum meraih handuk dari atas meja, berjongkok di hadapan Delisa lalu menyampirkan handuk ke tubuh wanita itu.

"Te-terimakasih," gagap Delisa seraya memegangi kedua sisi handuk di area dadanya. Sial, ia salah ambil, seharusnya yang ia butuhkan adalah bathrobe.

Damian hanya mengangguk. "Mau aku gendong ke dalam?" tawarnya datar.

"Eh, tidak usah. Aku ... bisa jalan sendiri." Delisa terlihat panic sebelum menunduk karena gugup.

Damian menatap Delisa sangat dalam, seakan ia sangsi pada ucapan wanita itu. "Beneran?"

"I-iya. Anda duluan saja, nanti aku menyusul," sahut Delisa berusaha terlihat meyakinkan.

Mulanya Damian tampak ragu, tapi kemudian ia mengiyakan. Sebelum beranjak ia meraih bathrobe di atas meja lalu memakainya sembari melangkah masuk. Sementara Delisa hanya bisa melongo menyadari bathrobe itu adalah miliknya yang ia bawa, tapi kenapa Damian memakainya dan malah memberinya handuk biasa? Delisa ingin memprotes tapi urung, bisa jadi Damian tidak sadar jika bathrobe yang ia pakai adalah miliknya.

Sepeninggal Damian kedalam, Delisa berusaha mengurut kakinya sendiri. Kram di kakinya memang sudah tidak semenyakitkan sebelumnya tapi masih membuatnya cukup tidak nyaman. Sebenarnya, ia tidak yakin saat ini dirinya bisa berjalan hingga ke kamar tanpa bantuan orang lain, tapi meski sudah menyadarinya ia tidak mau di bantu oleh Damian, membayangkan pria itu menggendongnya sungguh membuat jantungnya tidak nyaman. Kini ia berharap Neni atau pelayan lainnya akan datang lalu membantunya berjalan.

Setengah jam berlalu, rasa dingin kian menusuk hingga ke tulang. Delisa tidak bisa duduk diam saja disana-menunggu kedatangan Neni yang nampaknya sudah berada di alam mimpi, bisa-bisa ia terserang masuk angin. Dengan terpaksa ia menyeret kakinya ke dalam dan mengabaikan rasa ngilunya yang tak juga hilang.

"Ayo Delisa, kamu pasti bisa!"

Delisa menguatkan dirinya, setelah melakukan satu kali tarikan napas ia lalu menyeret langkahnya susah payah. Tapi saat kaki akan dihela, tiba-tiba langkahnya terpeleset karena lantai sekitar kolam yang licin. Ia yang tidak bisa menjaga keseimbangan sontak tergelincir dan terjatuh ke dalam kolam. Ia berusaha muncul ke permukaan tapi tidak bisa, rasa kram membuat kakinya tidak bisa berpijak di lantai kolam sehingga membuatnya tenggelam. Tangannya berusaha meraih apapun untuk dijadikan pegangan namun hanya air dan udara kosong yang ia temukan. Sungguh kali ini ia sudah tidak sanggup lagi, paru-parunya sudah penuh akan air. Ia bahkan sudah mulai berhalusinasi. Disaat ia akan menyerah tiba-tiba ada yang menarik tubuhnya, ia tidak bisa melihat siapa yang melakukannya mengingat kini ia sudah hilang kesadaran.

Di lain pihak, Damian buru-buru membawa Delisa ke permukaan. Saat wanita itu terjatuh ke kolam, Damian melihatnya dari balkon. Kebetulan kamar Damian tepat menghadap ke kolam, jadi ia bisa tahu apapun yang wanita itu lakukan sedari tadi. Tanpa pikir panjang, Damian segera berlari menuju kolam untuk menyelamatkan wanita itu. Ia sudah tahu jika kram yang wanita itu rasakan belum sepenuhnya hilang, maka itu ia tetap mengawasi dan berjaga-jaga jika pertolongannya kembali di butuhkan.

Delisa yang sudah berhasil di bawa ke daratan, segera di beri napas buatan olehnya. Wanita itu kemudian terbatuk-batuk dan memuntahkan banyak air ketika ia menekan-nekan perutnya.

"A-aku dimana?" tanya Delisa, nampak belum sadar sepenuhnya. "Apa aku sudah mati?"

Damian tersenyum tipis. Lalu menyentil kepala Delisa. "Ya, kau akan mati jika kembali membohongiku," balasnya sebelum menggendong Delisa.

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang