Part 10
"Kita tidak akan bercerai!"
"Damy!" Rachel menarik lengan Damian, menghadapkan wajah mereka. "Kamu sadar dengan yang kamu katakan? Bukankah kamu tidak mencintai wanita ini dan lagi pula wanita ini tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi Caisy. Ia lebih memilih pekerjaannya dari pada mengurus putrimu. Lalu mengapa kamu masih mempertahankan wanita tidak berguna ini?"
Masih membelakangi mereka, jemari Delisa mengepal-menahan gelombang emosi yang menerjang.
"Ini sudah keputusanku, Ma. Aku harap Mama bisa menerima dan berhenti mencampuri rumah tanggaku lagi!" Nada bicara Damian terucap pelan.
"Apa kamu bilang?" Rachel menggeleng, memandang sang putra dengan rasa tidak percaya.
"Maaf aku harus mengatakan ini pada Mama, tapi aku harap Mama bisa mengerti keputusanku."
"Mengerti kamu bilang! Justru Mama tidak mengerti jalan pikiranmu Damy, bagaimana mungkin kau bisa menikahi wanita yang tidak kamu cintai ini demi menuruti permintaan mantan istrimu yang pesakitan itu?"
"Berhenti membicarakan tentang Alisya seperti itu, Ma! Apalagi Alisya adalah ibu dari putriku!" Damian lantas merebut Caisy dari Rachel yang terlihat syok setelah di bentak olehnya. Ia lalu berteriak memanggil pelayan dan menyuruhnya untuk membawa Caisy ke kamarnya.
"Memang itu kenyataannya, wanita itu biang masalah! Setelah merebutmu dari Mama, dia bahkan tidak bisa menjadi istri yang baik bagimu. Dia selalu membebanimu dengan penyakitnya, dan kini bahkan setelah ia tiada ia malah memberimu tanggung jawab besar dengan memintamu menikahi kakaknya. Alisya benar-benar pembawa sial!"
"Cukup Ma! Atau aku akan...." Damian yang tersulut emosi spontan mengangkat telapak tangannya, tapi urung karena ia dengan segera dapat mengendalikan luapan amarahnya.
"Atau apa? Mau tampar Mama? Ayo tampar!" Rachel menarik tangan Damian. "Tampar Mama, Damy!" raungnya sembari terisak.
Sementara Delisa yang sejak tadi menyaksikan perdebatan keduanya, berdiri dengan serba salah. Amarah yang terpeta sangat jelas di wajah Damian seketika membuatnya salut melihat pria itu berhasil menahannya.
Rachel kemudian meluruh kelantai dan terisak-isak setelahnya. Delisa yang menyaksikan itu seketika teringat pada ibunya, perdebatan mereka tidak pernah sekalipun membuat sang ibu menangisinya seperti yang di lakukan oleh Rachel. Bahkan saat ia tidak pulang ke rumah bertahun-tahun, Ratri tidak pernah bersedih. Selain ayahnya, sang ibu tidak sekalipun berusaha menemuinya.
Tiba-tiba sudut pandang Delisa pada Rachel seketika berubah. Terlepas dari sikap Rachel yang buruk dalam memperlakukannya, tapi ia bisa melihat kasih sayang wanita itu yang begitu besar kepada Damian. Rachel hanya sedang mengkhawatirkan putranya, meski kekhawatirannya terlalu berlebihan dan merendahkan keluarganya. Intinya Damian beruntung memiliki ibu yang peduli padanya.
"Jangan menangis Nyonya." Entah apa yang merasukinya, tahu-tahu Delisa sudah berjongkok di hadapan Rachel dan mengusap air mata di wajahnya. "Anda jangan khawatir, karena saya akan pergi dari rumah ini dan segera bercerai dari putra Anda."
Sebelum Rachel sadar dari rasa kagetnya atas apa yang di lakukan oleh Delisa, sekejap mata Damian sudah menarik tangan Delisa. Memaksa wanita itu untuk berdiri dan menghadapkan tubuh mereka.
"Kamu tidak mendengar ucapanku, kita tidak akan bercerai!" tekan Damian dengan tatapannya yang menyala-nyala.
"Ibu Anda benar, pernikahan ini untuk apa di pertahankan jika aku saja tidak bisa menjalankan amanat Alisya untuk merawat Caisy! Aku akan bicara pada orang tuaku soal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Delisa (Naik Ranjang)
RomanceBlurb Menikah dengan Damian dan menjadi ibu sambung dari keponakannya adalah dua hal yang tidak pernah dipikirkan oleh Delisa. Tapi disinilah Delisa berada saat ini, menjadi istri dari mantan adik iparnya demi memenuhi permintaan terakhir sang adik...