Part 09

3.8K 386 20
                                    

Part 09

"Kenapa tidak memakai cincinmu?"

Pertanyaan singkat Damian mengagetkan Delisa, setelah berada dalam keheningan sepanjang perjalanan pulang pria itu baru membuka mulut begitu mobil mereka tiba di rumah.

"Aku lupa memakainya lagi setelah mandi," jawab Delisa seraya mengusap-usap jari manisnya.

Senyuman miring membingkai wajah Damian. "Bukannya tadi pagi kau memakainya?"

"Hah?" Delisa menoleh, terperanjat pada pertanyaan Damian yang seperti tuduhan.

"Kenapa melepasnya?" Damian menoleh, memberi Delisa tatapan tajamnya. "Malu ketahuan sudah menikah?"

Delisa tercengang, tidak menyangka jika Damian dapat membaca pikirannya. "Aku hanya butuh waktu." Ia lantas memalingkan wajahnya ke jendela mobil, tadi pagi ia memang sengaja melepaskan cincin itu dan berniat akan memakainya ketika pulang tapi malah lupa.

"Jika kau belum siap menikah seharusnya saat itu kau menolak pernikahan ini!" Damian membuka pintu mobil lalu keluar lebih dulu.

Delisa terdiam, kata-kata Damian seperti menamparnya. Pria itu benar, seharusnya ia menolak jika tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi bagaimana caranya jika ia saja terjebak dalam titah orang tua dan juga permintaan Alisya. Jangan lupakan juga Caisy yang membuatnya jatuh hati sejak pertama kali melihatnya. Keberadaan anak itu seakan menggenapi alasannya untuk menerima pernikahan ini.

Setelah kejadian malam itu Damian tidak pernah lagi menegurnya bahkan untuk sekedar menanyakan soal Caisy. Mereka kembali menjadi orang asing yang tidak saling bicara seperti sebelum terikat dalam pernikahan. Satu bulan pernikahan sudah dilalui, Damian lebih sering pergi ke luar kota untuk mengurusi kantornya yang lain. Jika pria itu tidak ada, Delisa dan Caisy akan pergi ke tempat Ratri dengan sopir tapi jika ada disini maka Damian sendiri yang akan tetap mengantar mereka sekalipun ia selalu mendiamkan Delisa.

Suatu ketika Delisa dan teman-teman satu divisinya baru keluar dari lift untuk makan siang. Rombongan mereka tidak sengaja berpapasan dengan Damian yang akan memasuki lift. Pria itu sempat melihat Delisa sekilas sebelum Delisa memalingkan wajahnya. Setelah menjawab singkat sapaan dari karyawan-karyawannya, Damian lantas memasuki lift.

"Pak Damian setelah menjadi duda auranya makin keluar ya?" ucap salah seorang rekan Delisa saat sosok Damian sudah menghilang di dalam lift.

"Kelihatan makin hot pastinya," timpal Rina sementara yang lain cekikikan menanggapi, tapi tidak dengan Delisa yang kelihatan menahan kesal. Bagaimana tidak, pria itu pernah menyinggungnya soal cincin, sekarang ia sendiri juga tidak mengenakannya. Seakan hanya dirinya saja yang melakukan kesalahan sementara Damian bisa berbuat semaunya tanpa khawatir ditegur olehnya.

Duda hot? Apanya yang hot? Mereka belum tahu saja betapa menjengkelkannya pria itu, pikir Delisa.

"Kira-kira dia lagi nyari calon istri nggak ya?" tanya Devi, entah serius atau hanya becanda.

"Sekalipun iya tapi wanita itu bukan kita-kita disini," jawab Rina retoris yang lantas di setujui oleh yang lain.

"Kalau nggak salah mendiang Ibu Alisya itu kan dulunya model, kalau mau jadi istrinya Pak Damian minimal kecantikan kalian harus setara Ibu Alisya."

Delisa ingat dulunya Alisya bekerja sebagai peragawati sebelum bertemu dengan Damian di salah satu peragaan busana di Singapur hingga Damian yang tertarik pada Alisya langsung mengontraknya sebagai brand ambassador untuk produk kosmetik miliknya. Setelah itu keduanya menjadi dekat dan berakhir dengan pernikahan keduanya. Saat itu terjadi Delisa baru bekerja di perusahaan ini. Kabar hubungan mereka sempat menggemparkan seisi kantor, dimana tidak ada yang menyangka jika Alisya akan semudah itu dapat meluluhkan hati Damian-bos mereka yang terkenal dengan sikapnya yang dingin.

Delisa (Naik Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang