16. Aku juga mencintaimu, Gus

771 33 1
                                    

Arland menatap sendu permainan dan juga peralatan mengaji Musa. Penglihatannya kembali mengabur, matanya berkaca-kaca seiring dengan batinnya yang terasa di koyak-koyak. Rasanya, ia sudah terlalu gagal.

"Punya siapa itu, Mas?"

Pria itu tidak mengindahkan, ia menaruh belanjaannya di bagasi mobil dengan segera. "Apa kalian bisa kembali naik taksi?saya ada urusan," ujarnya.

Ameera yang sudah hampir masuk ke dalam mobil lantas menggeleng,"Gak ya, habis ini kita harus singgah makan dulu. Kak Safiyyah sudah lapar Mas, Mas tega calon istri Mas kelaparan?" ujarnya sambil memiringkan kepalanya dan menganggkat alisnya naik turun dengan bergantian.

"Saya mohon, Ameera."

"Ameera, jangan seperti itu. Gus pasti ada urusan penting."

"Gak ada yang lebih penting dari kakak ipar Ameera, jangan banyak alasan Mas Arland."

Arland menghela napasnya pelan. Wajahnya memerah menahan amarah. Karena kesal, Arland menutup bagasi mobil dengan tenaga ekstra. Di kepalanya, hanya memikirkan keadaan Musa. Melihatnya begitu kecewa membuat Arland benar-benar tidak tega. Apalagi jika melihat sikap keras Keisari, rasanya terlalu sakit melihat putranya harus menerima perlakuan keras dari wanita itu. Arland berasal dari pengasuhan yang cukup keras, ia bisa merasakan sedihnya berada di posisi putranya.

"Maaf kalau Gus keberatan, saya dan Ameera sebaiknya naik taksi,"ujar Safiyyah tidak enak sambil membuka pintu kembali.

Arland yang melihatnya menarik cepat pintu itu untuk segera tertutup. Namun, secara otomatis badan dan lengan Arland berada di depan gadis itu hingga membuat jarak menipis. Mata Safiyyah terbelalak, nafasnya tertahan hingga lengan dan badan Arland kembali untuk tegap.

"Duduk," titah Arland.

"Barusan Ameera tidak melihat adegan dewasa kan? Astagfirullah."

Sontak saja Arland menatap Ameera sinis. Arland benar-benar kewalahan mengatasi kejahilan Ameera. Tanpa sepatah kata lagi, Arland mengemudikan mobilnya menjauh dari pasar dan berharap Keisari dan Musa pulang dalam keadaan baik dan aman sampai di rumah.

"Singgah makan ya, Mas."

Arland menyapu lembut dagu yang di tumbuhi bulu halus. Ia harus benar-benar harus lebih sabar menghadapi adiknya sendiri. Ketika ujung mata Arland melirik Safiyyah, di dapatinya wajah itu memias. Pikirnya, gadis itu tengah ketakutan melihatnya.

"Maaf sudah membuatmu takut, duduklah dengan nyaman,""ujarnya dan membuat gadis itu menganguk dengan malu.

"Gus, Maaf tentang baju tadi. Saya tidak bermaksud," ujar Safiyyah.

"Cie, baikan. Tuh, singgah di restaurant Mas, itu tempat kesukaan Ameera,"ujar Ameera sambil menunjuk sebuah restaurant yang berdiri tak jauh dari lampu merah.

Seharusnya, Arland menolak sejak tadi. Ia tidak seharusnya menuruti Ameera. Alhasil, ia terjebak dalam jebakan gadis itu.

Setengah hati Arland mengantar kedua gadis itu. Sesampainya di restaurant, pikiran Arland tidak bisa tenang, ia terus saja memikirkan bagaimana caranya agar Musa mau memaafkannya. Anak itu sangat mudah tersakiti, juga sangat rawan tersinggung. Arland menyadari itu sifat yang menurun darinya. Ternyata, sangat sulit menghadapi sifat sendiri. Belum lagi dengan sikap keras Keisari, rasanya Arland benar-benar dilema.

Tapi Arland tetap bersyukur Keisari merawat dan mendidiknya dengan baik, bahkan Arland tidak menyangka. Seingatnya gadis itu benar-benar ceroboh, juga tidak suka belajar dan menghafal. Meskipun Musa lahir karena kesalahan Arland, Keisari tetap menyayangi dan mendidik putranya. Kadang, Arland merasa bersalah pada Keisari, gadis yang dulunya ceria dengan sejuta kenakalannya kini menjadi wanita dewasa dengan beban seorang anak. Bagi Arland, Keisari berhasil menjadi seorang ibu dan Arland benar-benar berutang banyak padanya.

Rahasia Gus (TAMAT 🕊️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang