Selama perjalanan Arland menenangkan dirinya dengan terus beristigfar. Arland berharap bisa memenuhi janjinya pada Keisari. Kereta cepat itu melaju di tengah rel panjang menghubungkan dua kota. Tekadnya sudah benar-benar bulat meski berulang kali Arland mengumpulkan keberaniannya. Sesampainya di pondok pesantren, pria itu di sambut oleh Abdi yang langsung memeluknya. Arland merasa bersyukur memiliki sahabat seperti Abdi. Jika bukan karena bantuan Abdi juga, mungkin hidupnya tidak seperti sekarang.
Setelah lima tahun di tinggalkan, pesantren rasanya masih terlihat sama. Bahkan, rasanya pesantren yang ayah dan kakeknya dirikan ini mulai terlihat sepi dengan bangunan yang tidak begitu terawat lagi. Kata Abdi, dua tahun setelah Arland pergi Pesantren mengalami penurunan drastis karena kurangnya tenaga pengajar dan juga peserta didik yang memilih bersekolah di pesantren yang lebih modern dengan fasilitas yang bagus.
Sesampainya di ndalem, Arland menghela napasnya pelan sebelum akhirnya memutuskan untuk memberi salam. Tidak lama setelah itu, Kiai Husen muncul di depannya dengan mata menyipit sambil berusaha melihat Arland.
"Gus Arland?"
"Maafkan saya."
Pria itu bersimpuh sujud di kaki Kiai Husen. Rasanya Arland sudah terlalu berdosa pada pria tua itu. Usai menghancurkan nama baiknya di keluarga Ustadz Abdullah, ia menikah pula tanpa restu. Pantaslah Arland tidak mendapatkan maaf.
"Apa kau sendiri?"
"Apa kau datang sendiri?" ulang Kiai Husein.
"Dimana anak dan istrimu?" tanya pria tua itu lagi sambil mencari-cari seseorang di belakang Arland dengan tongkatnya.
Arland terdiam, ia lantas menengadah menatap wajah Kiai Husein. Mata pria tua itu telah memutih, jelas ia tidak dapat lagi melihat Arland dengan jelas.
"Gus Arland!"
Arland tertegun, ia tersenyum pahit mendengar panggilan itu lagi. Ia tetap terdiam sampai sebuah tongkat menghantam punggungnya.
"Apa kau tidak bisa lagi berbicara!"
"Maafkan saya"
"Dimana mereka?"
"Tidak, s, saya tidak membawa mereka" ujarnya pelan.
"Apa kau mau menungguku mati baru kau akan membawa mereka kemari Gus Arland!"
Arland lantas bungkam, ia diam dan tertunduk sampai sebuah tongkat kembali menghantam dirinya.
"Jangan pernah kembali tanpa mereka, pergi!" usir Kiai Husein, ia lantas memukulkan tongkatnya dibeberapa bagian tubuh Arland yang dapat terkena pukulannya.
"Mas!"
"Baba, baba cukup. Kasian Mas Arland."
"Usir dia, usir. Jangan biarkan dia masuk sebelum membawa istrinya itu ke sini."
****
"Ada apa, Dyo?"
Melihat Arland hanya terdiam sejak tadi membuat Keisari mulai berpikir buruk. Ini sudah yang kesekian kalinya Keisari bertanya, dan ia kembali di abaikan. Arland, pria itu mendekapnya dengan erat sambil menahan perih luka lebam di punggungnya.
"Jangan membuatku khawatir, Dyo."
"AYAH!"
"Awh"
Arland yang baru saja menerima pelukan Ais meringis pelan. Gadis kecil itu langsung melompat dan memeluk Arland dari belakang hingga membuat luka lebam di punggungnya semakin terasa nyeri. Sedangkan tangan kecil putrinya memeluk leher Arland dan mulai bergelantungan di tubuh ayahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/302063249-288-k968951.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Gus (TAMAT 🕊️)
RomanceGus Arland adalah seorang cucu kiyai, penerus pesantren yang sangat di hormati. Namun, di balik itu ia memiliki masa lalu yang cukup kelam. Masa lalu Gus Arland ini membuatnya tidak bisa menjalani hidup. Sekitar 10 tahun yang lalu, ia menjalin hubun...