01. Arlandyo Ibrahim

3.4K 84 11
                                    

Istanbul, Turki

Istanbul, Turki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah lebih dari satu jam Arland menunggu Nicholas di depan gerbang utama Istanbul University. Nampak wajah pria itu memerah karena lama menunggu. Suhu sebernarnya tidak begitu panas. Arland merasa gerah saja menunggu lama. Pasalnya, Nicholas pamit hanya untuk buang air kecil.

"Kemana Niko, bisa-bisanya membuatku menunggu," Arland menggerutu.

Karena merasa pegal menunggu tepat di depan gerbang, Arland memutuskan untuk duduk di tangga sembari menikmati indahnya taman yang di tumbuhi dengan pohon dan rerumputan hijau. Daun-daun terlihat hijau terang, seperti halnya daun itu baru tumbuh kemarin. Beberapa mahasiswa dan turis banyak yang melintas. Bahkan, tak jarangg di antaranya berfoto dan bersenda gurau. Dari jauh, Nicholas memamerkan giginya menatap kawannya menunggu dengan wajah kesal. Pria itu baru saja kembali dari panggilan alamnya.

"Geç kaldığım için üzgünüm (Maaf terlambat)."

Dengan kesal Arkand menatapnya "Nerelerdeydin? (kau dari mana saja?)."

"Sadece merak ediyorum.(Mau tau saja)," balas Nicholas di sertai kekehan jenaka di ujungnya. Ia senang mengerjai Arland.

"Temel (Dasar)"

Di sore hari, jalanan Istanbul ramai dengan pelancong maupun mahasiswa dari berbagai negara dan banyak juga penduduk sekitar yang melakukan aktivitas. Taman dan bangunan yang indah cukup membuat Arland kembali kagum dengan kota ini. Sudah lama ia berada di kota ini. Merantau nun jauh dari tanah kelahiran. Bus Metro sore terkadang begitu ramai hingga Arlandn Nicholas hanya bisa berdiri. Sesekali, keduanya betukar candaan di sela-sela kepenatan. Pria berkebangsaan Jerman itu adalah satu-satunya teman akrab Arland di sini. Ada banyak mahasiswa dari Indonesia yang melanjutkan studinya di sini. Hanya saja Arland cukup canggung, ia tidak pandai menjalin hubungan sosial.

****

Malam sudah larut. Arland baru saja selesai membuat secangkir kopi duduk di sofa Apartement dengan pakaian santai. Waktu luangnya ini ia pakai untuk bersantai dan Muroja'ah hafalan. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an memenuhi sisi Apartement yang hanya di huni oleh dirinya sendiri. Sesekali Arland menikmati secangkir kopi yang masih mengepul.

"Yorgunum (Aku capek)," ujarnya ketika lelah memuroja'ah.

Arland menyandarkan kepalanya pada kepala sofa, netra abu-abunya menatap balkon cukup lama. Hening. Namun, kepalanya berisik. Suara dering ponsel membuat Arland buru-buru meraihnya. Sebelumnya, ia menatap sekilas nama dari sang penelfon. Arland menghembuskan napasnya pelan ketika mengetahui adiknya sang penelfon itu. Apalgi yang akan Ameera tanyakan selain pulang?

"Merhaba?(Halo?),"ujarnya.

"Assalamu'alaikum, salam dulu nak," tegur seseorang di ujung sana.

"Wa'alaikumussalam, ada apa Baba?"

Rahasia Gus (TAMAT 🕊️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang