24. Kehangatan di Edirne

948 35 2
                                    

Makan malam yang cukup hangat, wanita itu sudah mulai sedikit tersenyum ketika Musa dengan senang memakan masakannya yang kurang sedap. Keisari belum bisa menyesuaikan dengan bumbu masakan di sini.

"Tidak apa ibu, aku dan ayah akan menghabiskan ini!" serunya, dan Keisari Kembali tersenyum.

Wanita itu tersenyum sambil memandang putranya. Melihat Musa yang begitu bahagia bisa bersama ayahnya cukup membuat ego Keisari meredam. Perlahan ia mulai menerima keberadaan pria itu kembali, demi Musa. Setelah makan malam, Keisari membereskan bekas makan mereka. Sedangkan Arland, pria itu bersiap-siap dengan jaket tebal dan juga celana jeans-nya.

"Saya akan keluar sebentar" ujarnya, sembari menghampiri Keisari.

"Iya"

"Ada apa lagi"

Ketika wanita itu berbalik, sepasang bibir menempel di bibirnya hingga membuat wajahnya memias dengan mata melotot, kejadiannya begitu cepat sampai Keisari tidak sempat melakukan apapun sampai pria itu meninggalkannya dengan perasaan malu bercampur senang karena telah berhasil mencuri bibir istrinya. Keisari hanya dapat melihat punggungnya yang menghilang di balik pintu.

****

"You don't be like that, man, remember I'm very meritorious for you. I. Who found you a house. So according to me. work where I work, I've discussed it with my boss (Kau jangan begitu bung, ingat aku sangat berjasa bagimu. Aku. Yang mencarikanmu sebuah rumah. Jadi menurut padaku. bekerjalah ditempatku bekerja, aku sudah membicarakannya dengan bosku)"

Arland menghela napasnya pelan, ia lantas terkekeh. "If that's the case, I'll be indebted more and more (Jika begitu aku semakin menimbun utang budi)" ucapnya ketus.

"Yes you could say so (Ya, bisa dibilang begitu)" jenaka Nicholas.

"Thank you, I don't know how I would have done without you (Terimah kasih, saya tidak tau akan bagaimana lagi tanpamu)"

Arland sangat berterimakasih pada Nicholas, pasalnya ia benar-benar membutuhkan pekerjaan sekerang. Untuk kembali di kantor lamanya juga rasanya Arland tidak enak hati. Selain itu Arland juga mulai melihat nominal yang sekiranya agak tinggi mengingat ia tak lagi sendiri. Tabungannya yang mulai menipis membuat Arland khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan keluargnya. Apalagi jika winter seperti saat ini, bahan makanan cukup mahal karena hasil kebun mulai langka. Belum lagi dengan kondisi kesehatan Keisari yang akhir-akhir ini menurun membuat Arland semakin khawatir.

Untuk pulang kembali ke ruamhnya, Arland menembuh sekitar 2,5 jam dari Istanbul ke Edirne dengan jarak sekitar 260 kilometer, pria itu memakai bus metro untuk menuju kota itu kembali, malam telah larut dan suasana dingin benar-benar menusuk. Setelah bus, Arland berjalan sekitar 2 kilometer lagi untuk sampai kerumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam ketika Arland sampai di depan rumah. Diketuknya pintu sekali, lalu ia mengurungkan niatnya. Pikirnya Keisari mungkin sudah tertidur. Tapi tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan wajah cemas Keisari.

"Apa kau menunggu?"

Keisari terdiam, ia tidak mengindahkan pertanyaan Arland dan mulai membantu pria itu membuka jaket yang mengeras karena cuaca dingin. Setelahnya, ia menambahkan kayu di pembakaran agar apinya lebih menyala dan memberikan kehangatan pada suaminya. Setelah berpamitan tadi Keisari menunggu dengan cemas, apalagi dengan cuaca dingin di luar sana. Wanita itu cukup kesal karena Arland memutuskan keluar saat malam hari dan menghabiskan waktu siangnya hanya untuk memperbaiki kompor yang mendadak tidak bisa menyala.

"Di mana putra kita?"

"Tidur."

"Di kamarnya?"

"Iya."

Arland tersenyum kecil mendengarnya. Mungkin karena Arland pulang larut malam hingga membuat Musa memutuskan tidur di kamarnya karena lelah menunggu.

"Aku tau hal yang bisa menghangatkanku selain api itu."

****

Atas kejadian semalam, Musa benar-benar tidak bisa menerima ketika ia bangun dan menemukan dirinya tidur sendirian. "Ayah, Ibu! Kalian jahat! Aku tidur sendirian di kamar hingga pagi. Bagaimana kalau ada yang menculikku!" amuk Musa.

"Kau harus belajar tidur sendiri, kau sudah cukup besar untuk tidur dengan ibu"

Wanita itu hanya bisa menggeleng pelan mendengar perdebatan pagi ini. Keisari pikir ayah dan anak itu tidak akan bertengkar mengingat bagaimana romantisnya mereka ketika pertama kali bertemu. Tapi keadaannya sekarang rupanya berbeda, tidak satu hari pun Keisari lepas dari pertengkaran Arland dan Musa. Termasuk masalah tidur itu pun menjadi masalah besar. Kuping Keisari panas mendengar keduanya kembali bertengkar di depan meja makan.

Arland hanya bisa tersenyu mengejek mendengar Musa marah-marah. Ia sibuk memandang Keisari yang sedang membuat sarapan pagi ini, lengkap dengan sorbet dan juga rambutnya yang di sanggul. Sangat cantik.

"Ayah bahkan sudah cukup tua untuk tidur dengan Ibu" protesnya.

"Kau sudah tidur dengan ibu dari kecil, itu tidak adil untuk ayah. Konsep itu cukup jelas dan tidak perlu di bantah" ujar Arland tak terima.

"Tapi ayah—"

"Sudah, ayo sarapan" ujar Keisari dengan nada perintah hingga membuat keduanya bungkam dan memilih mengambil roti dan susu yang Keisari berikan. .

Melihat keduanya makan, Keisari tersenyum kecil dengan sorot mata pilu. Berat rasanya hidup seperti ini, terasingkan oleh keluarga yang selama ini memberikan naungan dan kasih sayang, hidup di atas kebencian orang-orang yang dulu sangat mencintai. Dan sekarang mereka hanya tinggal bertiga, saling mencintai dan saling menguatkan satu sama lain.

****

Assalamu'alaikum, hy gimana part kali ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Assalamu'alaikum, hy gimana part kali ini?

Setelah cerita ini tamat, aku pasti rindu banget sama keluarga mereka lagi, kangen nulis kisah mereka lagi. Kalian gimana? Ada yang berkesan gak selama baca kisah Arland dan Keisari?

Salam hangat dariku.

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

Rahasia Gus (TAMAT 🕊️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang