E l e v e n

3.2K 87 0
                                    

HAPPY READING

Kringg kringg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kringg kringg.

Ponselku tiba-tiba berdering. Terdapat panggilan telepon dari Arthur. Aku pun mengangkatnya dan bersadar di kursi sambil menatap keluar jendela mobil.

"Halo" kataku memulai percakapan kami.

"Kau dimana? Apa kau ingin aku jemput?" tanya Arthur.

"Tidak usah, aku sudah di jalan menuju apartemenmu" jawabku.

"Elena," tegur Arthur. "Itu adalah rumah kita. Biasakan mengucapkan kata 'kita' yes?"

Aku tertawa kecil. "Yes. Aku berada di jalan ke rumah kita" kataku. Entah bagaimana aku seperti bisa merasakan Arthur tersenyum di seberang sana.

"Oke. Sampai bertemu di rumah kita" Arthur pun memutuskan panggilan telepon kami. Aku menyimpan kembali ponselku dan tidak lama kami pun sampai di gedung apartemen kami. Aku tertawa ketika mengingat hal tersebut.

Aku memasuki lift khusus penghuni apartemen tersebut. Men-scan kartu yang Arthur berikan kemarin, dan lift tersebut pun bergerak naik hingga ke lantai paling atas. Dimana unit apartemen Arthur berada.

Aku segera menuju kamarku, menggantung dress yang baru kami beli di depan lemariku. Aku juga menaruh heels tersebut di dekat dress itu. Kemudian, aku mengganti bajuku menggunakan pakaian yang lebih santai. Lalu aku pun turun ke bawah, menuju ruang tengah, menunggu Arthur sambil menonton televisi.

"I'm home!" seru Arthur dan diikuti dengan dirinya yang muncul dari balik tembok.

"You cut your hair?!" aku terkejut melihat rambut panjang Arthur kini menjadi lebih pendek. Bahkan kedua telinganya kini terlihat.

"Ya. Tidak bagus yah?" lirihnya.

"No! sangat cocok denganmu" kataku cepat. "You looks hot" pujiku sambil tertawa kecil.

Arthur duduk di atas karpet tepat di bawahku. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap ku. Tanganku bergerak menyentuh rambut barunya, membuatnya sedikit berantakan. Rambut hitam lebat itu terasa halus di telapak tanganku.

"I know" sahut Arthur. Tawaku seketika pecah. Ia tersenyum lebar sambil menyandarkan kepalanya di atas pahaku.

"Lelah?" tanyaku pelan. Aku menundukkan kepalaku dan wajah kami hanya berjarak 5 cm.

"Iya" jawab Arthur dengan bergumam. Ia menarik kepalaku dan mengecup bibirku singkat.

"Kalau gitu acara sebentar malam dibatalkan saja" bisikku tepat di telinganya.

Arthur langsung menegakkan tubuhnya dan berbalik menghadapku. "Tetap jadi dong baby" katanya seperti merengek.

"Katanya lelah" godaku.

TEMPTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang