T w e n t y T w o

1.3K 46 1
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING

"Ibu kenapa menangis lagi!" pekikku tak percaya. Sejak subuh tadi Ibu tak berhenti menangis melihat ku. Mulai dai berias hingga sekarang telah mengenakan wedding dress-ku ia menangis lagi.

Yes. Today is the day. I'll be Mrs. Bowen. Istri dari Arthur Bowen. Setelah penantian selama satu bulan kami pun sampai pada hari pemberkatan ini.

Aku bersama Ibu dan adik-adikku, kecuali Julian, ia tahan oleh Shopie untuk terus bersamanya, berada di dalam ruang khusus bride. Mereka menemani ku hingga saatnya aku bertemu dengan groom-ku. Aku sangat bersyukur keluarga Arthur juga menerima keluargaku. Mereka semua menyukai adik-adikku bahkan merawat mereka seperti anggota keluarga mereka sendiri. Apalagi Ibu Arthur, ia sangat menyukai anak-anak itu.

"Ibu, jangan menangis lagi dong. Makeupnya luntur lagi" protes Emma sambil menyeka air mata Ibu.

"Kau sangat cantik" puji Ibu.

Aku tersenyum dan mengangguk pelan. "Kau juga" balasku.

"Maafkan aku karena kau harus berjalan sendiri menuju altar" ucap Ibu dengan suara bergetar.

"Ibu berbicara apa! Kau tidak boleh meminta maaf karena itu. Aku juga senang berjalan seorang diri menuju altar" aku menenangkan Ibu sambil mengelus punggung tangannya.

Tiba-tiba pintu ruanganku terbuka dan salah seorang pegawai RWO menghampiri kami. "Sudah waktunya" ucap wanita itu. Aku mengangguk sekali dan berjalan perlahan menuju area pernikahan kami.

Ketika aku berada di depan area pernikahan kami, seluruh perhatian berpusat kepada ku. Aku berjalan seorang diri menuju altar pelaminan kami, dimana Arthur berdiri menunggu dengan tegang. Ketika melihat ku berjalan mendekatinya tanpa aku duga ia mengusap matanya kasar. Ia menyeka air mata? Aku tidak menyangka sama sekali!

Sorak-sorak aku dengar sepanjang perjalananku menuju altar. Aku memasang senyuman yang tulus dengan tatapan mata yang fokus kepada Arthur. Aku terlalu gugup untuk sekedar menoleh melihat para tamu.

Sesampai di altar tersebut, tangan Arthur terulur menyambut ku. Aku menggenggam tangan pria itu dan kami pun berdiri berhadapan. Dengan kedua tangan yang saling bergandengan.

Pendeta memberi sepatah kata sebelum memulai pemberkatan kami. dan setelah menyebutkan kedua nama kami, ia pun mulai memberkati pernikahan kami. mengucapkan janji suci satu sama lain. Untuk saling menjaga dan mencintai hingga akhir khayat kami.

"I do"

"I do"

Aku dan Arthur bersedia menerima satu sama lain.

And we are officially married!

"Kau bisa mencium pengantin wanita" ujar sang pendeta kepada Arthur.

TEMPTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang