T w e n t y

1.5K 55 0
                                    

HAPPY READING

"Apa maksudmu kau takut menikah dengan ku?" tanya Arthur tak mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa maksudmu kau takut menikah dengan ku?" tanya Arthur tak mengerti.

Aku menghapus air mata di pipiku, dan berusaha menahan isakan tangisku. "Aku... takut suatu hari kau akan meninggalkan ku"

"Aku tidak akan meninggalkan mu Elena" timpah Arthur cepat. Aku menggelengkan kepalaku. "Bagaimana aku bisa meninggalkan mu kalau aku sangat mencintai mu"

"Kau bisa mengatakan itu sekarang, tapi tidak ada yang tau bagaimana perasaanmu nanti. Besok, tahun depan, atau bahkan bertahun-tahun kedepannya. Kau bisa meninggalkan ku kapan saja, tidak ada jaminan untuk perasaan itu sama sekali" tuturku pelan.

Arthur menghela napas berat. Ia menyentuh pipiku, mengelusnya pelan sambil menatap ku sayu. "Kau meragukan perasaanku" lirihnya.

Aku menggeleng. "Tidak seperti itu. Aku hanya... takut. Kau akan meninggalkan ku disaat aku membutuhkan dirimu" balasku cepat. "Seperti semua pria di sekitar ku" lirihku lagi.

"Elena aku mengatakan kepadamu," ia menatap mataku serius. "Aku berjanji jika aku meninggalkan mu ataupun tidak mencintaimu lagi aku akan memberikan semua milikku kepadamu" katanya dengan sangat yakin.

Aku menatapnya tak mengerti. "Aku akan memberikan seluruh hartaku kepadamu. Tak bersisa apapun. Semuanya untukmu. Itu jaminan untuk perasaanku kepadamu" jelas Arthur perlahan untuk membuat aku mengerti.

Tetapi. Aku tidak bisa langsung mempercayainya.

Arthur memperhatikan wajahku, dan sepertinya ia melihat keraguan di mataku. "Apa kita harus membuat surat perjanjian agar kau mempercayai ku?" tanya Arthur serius.

Aku mengangguk pelan.

Arthur pun menyentuh tanganku dan menyuruh ku untuk mengikutinya. Kami berjalan menuju ruang kerjanya dan ia menarik sebuah kursi ke samping kursi kerjanya.

"Duduk di sini" Arthur menarikku pelan, duduk di sebelahnya dengan ia yang mulai menyalakan komputernya.

Ia lalu membuka aplikasi word dan mengetikkan judul dari lembar kosong tersebut 'Perjanjian Sakral antara Arthur dan Elena'. Jika saja aku tidak sedang bersedih, aku yakin akan tertawa membaca tulisan tersebut.

"Bukan perjanjian pra nikah?" gumamku heran.

Arthur menoleh, "Apakah itu sebutannya?" tanya nya dengan wajah bingung.

Aku mengangguk-anggukan kepala. "Sepertinya itu. Stella pernah memberitahu ku" jawabku cukup yakin sebab Stella dan Thomas pun memiliki hal yang sama. Walau mengingat Thomas adalah pengacara nomor satu di firma hukum terkenal.

"Apa Stella dan Thomas juga memiliki perjajian pra nikah?" Arthur menghapus tulisannya tadi dan menggantinya dengan 'Perjanjian Pra Nikah Athur Bowen dan Elena Moore'

TEMPTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang