HAPPY READING
Beberapa menit berlalu, aku melihat Ibu telah menyelesaikan masakannya. Aku pun menghampirinya dan berdiri di sampingnya.
"Ibu," panggilku. Ibu yang tengah menata makanan di atas meja pun menoleh ke arahku. "Duduklah, biar aku yang menatanya" aku mendorong ibu pelan hingga duduk di kursinya lalu aku serta Emma menata makanan di atas meja.
Ketika kami semua telah duduk di meja masing-masing, bahkan Julian telah memulai makannya, aku menoleh ke arah Arthur dan pria itu mengangguk memberi insyarat untuk aku berbicara dengan ibu.
"Bu," panggilku pelan.
"Ya? Kau tidak menyukai makanannya?"
"Bukan begitu Bu. Aku sangat menyukai masakan ibu" kataku cepat.
"Lalu?" ibu menatapku heran.
"Aku ingin mengatakan alasan kami ke sini, selain karena aku merindukan kalian" ibu melepas alat makannya dan menatapku serius. "Aku dan Arthur ingin meminta restu dari ibu" lanjutku dengan sangat hati-hati.
"Aku sudah merestui kalian" ucap ibu tanpa pikir panjang.
"Iya Bu, tetapi bukan hanya sekedar restu untuk hubungan kami, tetapi restu untuk menikah... kami akan segera menikah" aku memperhatikan wajah ibu, raut yang sebelumnya tersenyum berubah murung, bahkan ibu menatap kami datar.
"Kalau kalian ingin menikah tiga atau empat tahun lagi, ibu akan merestui. Tetapi jika kalian ingin menikah segera... Ibu tidak merestui kalian!" ibu berdiri dari kursinya dan meninggalkan meja makan.
Aku sangat terkejut mendengar perkataan ibu. Tanpa segaja aku dan Arthur saling bertatapan, ia sama terkejutnya denganku, ia tidak dapat berbicara dan hanya menatap ku khawatir. Kekhawatirannya terlihat jelas di wajahnya.
Aku berdiri dari kursiku dan hendak mengejar ibu, tetapi Hanna menahanku. Ia menatapku cemas dan menggeleng. "Biar aku yang menghampiri ibu. Ibu masih marah denganmu, ia pasti tidak ingin berbicara denganmu" kata Hanna.
Aku menghembuskan napas berat dan mengangguk. Hanna benar. Ibu marah denganku dan ia pasti tidak ingin menemui ku, apalagi berbicara denganku. Mengejarnya bukan pilihan yang baik untuk saat ini.
Hanna pun melepaskan tanganku dan berjalan menuju kamar ibu. Ia mengetuknya beberapa kali lalu membuka pintu tersebut. Ketika Hanna telah masuk, aku pun kembali ke kursiku dan menutup wajahku menggunakan kedua telapak tanganku.
"Elena, kau tidak usah sedih ibu tidak akan memarahimu. Ibu sangat menyayangimu" kata Julian dengan mulut yang penuh makanan. Aku seketika tertawa kecil melihat kelucuan itu. Aku mengambil tisue di ujung meja dan mengelap bibir pria kecil itu.
"Arthur, bagaimana ini? Ibu sepertinya marah denganku" kataku takut.
"Kita tunggu hingga Ibumu tenang lalu kita akan berbicara dengannya baik-baik. aku tau dia terkejut mendengar pengakuanmu, dia pasti belum siap melepaskanmu" aku mengangguk pelan mendengar perkataan Arthur dan kami pun melanjutkan makan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED
Romance❗FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA❗ [Update setiap Rabu & Sabtu] Elena tidak pernah menyangka jika kedatangannya ke pernikahan sahabatnya membawa ia ke sebuah hubungan romantis dengan seorang hot billionaire. Setelah pengkhianatan sang mantan kekasih, Ele...