5. Relawanan

8.7K 336 0
                                    

Mention kalau ada typo.

Happy reading💐

🥀☕️

Kasena Hospital, adalah rumah sakit yang di buat oleh Arsitek bernama lengkap Marva Kennedy. Rumah sakit milik Caitlyn yang kedua.

Sesampainya di Jayapura, Fawnia langsung menelpon sang kakak untuk meminta penjelasan mengenai semua ini. Kenapa bisa ada Marva di sini? Dan bagaimana cara Caitlyn menghubungi Marva?

Ternyata Caitlyn sudah sejak lama berhubungan dengan perusahaan tempat Marva bekerja. Karena tidak terlalu memperdulikan siapa Arsitek yang akan memegang kendali rumah sakitnya, biasa di sebut dengan istilah terima bersih. Caitlyn pun terkejut saat mengetahui jika Kasena Hospital akan di pegang oleh Marva.

Di rekomendasikan langsung oleh perusahaan itu. Tanpa banyak bicara dan berpikir dua kali, saat Marva masih di rawat di Aneska. Di sanalah pria itu menemui Caitlyn ke ruangan untuk membicarakan bisnis mereka yang sempat tertunda karena Marva begitu banyak pekerjaan.

Ada beberapa gambar desain rumah sakit yang sempat Marva tunjukan pada Caitlyn. Desainnya sangat bagus dan sesuai selera Caitlyn.

Pada hari pertama di Jayapura, Fawnia bangun lebih pagi dari biasanya sebab tadi malam dia tidur lumayan cepat. Dengan handuk yang melingkar di leher dan rambut sedikit acak-acakan bertanda baru bangun tidur, berjalanlah dia menuju toilet.

Berniat untuk sikat gigi dan cuci muka. Matanya masih berat untuk di buka lebar, maka dari itu Fawnia menyikat gigi pelan-pelan sambil terkantuk-kantuk memandang dirinya sendiri di cermin. Tiba-tiba pintu toilet di belakang terbuka lebar menampakan Marva telanjang dan hanya di tutupi handuk di bagian pinggang sampai lutut.

Refleks Fawnia menjerit saat itu juga seakan baru saja melihat setan. Fawnia berbalik badan, cepat mendorong Marva kembali masuk ke dalam toilet.

Hampir saja pria itu terpelesat jika tidak berpegangan pada dinding. "Fawnia!" teriak Marva dari dalam.

"Gila lo ya!" Fawnia lepas sikat gigi dari mulutnya agar dapat berbicara jelas. Dia tahan pintu itu sekuat tenaga dari luar agar Marva tak bisa kemana-mana. "Ngapain lo ada di sini? Ini toilet cewek!"

Di dalam sana, Marva mengulas senyuman kecil dan geleng-geleng. Dia maju mendekat pada pintu. "Toilet cewek dan cowok di gabung."

Fawnia naikan satu alisnya bingung. "Jelas-jelas sebelum masuk gue ngeliat tulisan kalo toilet ini adalah toilet cewek."

"Memang, ini toilet cewek. Tapi untuk sementara, ini jadi toilet bersama sampai toilet cowok selesai di bangun." Lembut Marva menjelaskan. "Buka pintunya, Faw. Gue harus pake baju."

"Lo bakal keluar dari toilet dengan penampilan kayak gitu?" tanya Fawnia. Kedua matanya mendelik tidak percaya. Gila saja. Dengan penampilan telanjang dada seperti itu Marva akan keluar dan memamerkan perut sixpacknya kepada orang-orang.

"Kenapa? Nggak boleh?" Di dalam sana tanpa di lihat oleh Fawnia, sudut bibir pria itu terangkat tersenyum menggoda.

Terdiamlah Fawnia di sana. Masih tetap menahan pintu dari luar. Pertanyaan pria itu barusan berhasil membuat Fawnia tak tahu harus menjawab apa. Dia juga bingung pada dirinya sendiri.

Helahan nafas panjang meluncur dari bibir Fawnia guna menenangkan dirinya. "Jangan keluar dulu sebelum gue selesai sikat gigi dan cuci muka."

Di dalam sana Marva mengangguk sebelum menjawab, "Hm, gue tunggu."

Seperti pria yang dapat memegang ucapannya. Seperti itulah Marva. Dia tetap di sana, berdiri menunggu sang wanita selesai. Padahal kalau di pikir-pikir bisa saja Fawnia keluar terlebih dahulu lalu setelah itu di susul Marva. Namun, entah apa yang membuat Fawnia tetap mengurungnya di dalam kamar mandi hingga si wanita selesai menyikat gigi dan cuci muka.

TETAP BERSAMA [DIROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang