24. Belajar Jalan 2

3K 140 0
                                    

Mention kalau ada typo.

Happy reading💐

2012 kata.

🥀☕️

Kira dan Jigel sudah janjian untuk bertemu di sebuah cafe sepulang kerja. Jigel telah mendapatkan rekaman cctv lalu lintas tepat saat orang misterius itu berada.

Kira sedang menonton rekaman cctv itu lewat ponselnya. "Mukanya nggak keliatan," keluh Kira. Karena memang jarak cctv dan tempat kejadian itu lumayan jauh.

"Itulah, gue juga udah berkali-kali coba fokus ke postur tubuh dan cara jalannya. Tapi tetap aja gue nggak kenal sama sekali." Jigel juga merasakan hal yang sama.

Kira terus memutar ulang vidio rekaman cctv itu di ponselnya.

"Tapi, Kira. Salah satu cctv terlihat jelas menyorot si pelaku." Jigel mengitak-atik ponselnya untuk segera mengirimkan file vidio tersebut kepada Kira.

Tidak butuh waktu lama. File itu pun terkirim dan Kira langsung memutarnya di ponsel.

"Memang nggak terlalu keliatan. Tapi gue yakin 80% dia cewe. Walau di tutupi dengan jubah hitam dan masker." Jigel menunjukan sisi-sisi orang misterius di layar ponsel Kira.

Kira fokus memperhatikan. Bener, keliatan jelas dia adalah perempuan.

"Apa ada kabar dari polisi?" Kira bertanya. Kepalanya tegak menatap Jigel di hadapannya. Sudah sangat frustasi karena tidak mengetahui siapa orang misterius itu.

"Sama sekali belum ada."

"Apa sebenarnya yang di inginkan orang ini?" gumam Kira sembari terus memutar ulang vidio cctv itu beberapa kali.

°~°~°~°~°

Mobil jeep wrangler baru saja masuk ke parkiran rumah sakit Aneska. Turunlah seorang pria bertubuh tegap dari sana. Siapa lagi kalau bukan Marva. Sebenarnya, mobil jeep wrangler ini akan dia gunakan hanya untuk keluar kota saja. Tapi, entah mengapa kali ini dirinya lebih senang memakai mobil jeep wrangler di area kota.

Marva mengetuk pintu kamar rawat kekasihnya sebelum masuk. "Halo sayang.."

"Hey! Ini rumah sakit. Panggil nama aja." Fawnia cukup terkejut mendapati Marva masuk sambil memanggilnya seperti itu. Perempuan itu duduk bersandar di brankarnya.

"Biarin. Biar semua tau aku sayang sama kamu." Marva melangkah masuk. Tak lupa menutup pintu dan berjalan menghampiri sang wanita. "Udah sarapan?"

"Udah."

"Udah mandi?"

"Udah."

"Masa sih?" Langsung Marva mendekatkan wajahnya ke puncuk kepala Fawnia. Mengendusnya sekali tapi kuat. "Kok masih bau?"

"Udah ya!" Fawnia membentak. Menarik segenggam rambutnya untuk dia endus juga. "Wangi kok."

Marva terkekeh pelan, "Iya-iya wangi. Aku bercanda, Sayang."

"Tuh, kan, Sayang lagi."

TETAP BERSAMA [DIROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang