Mention kalau ada typo.
Happy reading💐
🥀☕️
Tepat pada waktu malam, selesailah shift kerja Kira. Dokter bedah umum itu pun sambil terkantuk-kantuk dengan sisa energi yang tinggal beberapa watt melangkah pelan-pelan menuju loker, ingin mengambil tas serta mengganti baju.
Niat awalnya memang seperti itu. Namun, pada pintu loker sebelah yang terbuka sedikit membuat Kira penasaran. Penasaran dalam arti apa yang membuat pintu itu tak tertutup rapat?
Bukan bermaksud lancang ingin membuka, tapi baru sedikit saja ingin mendorong pintu loker tersebut agar tertutup rapat tiba-tiba barang di dalamnya keluar dan jatuh berantakan pada lantai.
Kira pun terkaget lantas menunduk melihat kepada barang-barang yang berantakan di bawah. Cepat Kira menutup mulutnya menggunakan kedua tangan agar dirinya tak berteriak. Bagaimana tidak? Barang-barang yang keluar dari loker tersebut berupa pisau, masker, serta pakaian serba hitam.
Di depan pintu loker terpasang rapi nama sang pemilik. Zelin. Mendelik mata Kira memandang kepada ukiran nama tersebut. Buru-buru dia menutup pintu, menguncinya serapat mungkin agar tak ada orang yang bisa masuk ke dalam ruangan.
Sekali lagi Kira membekap mulutnya sendiri. Tak bisa di percaya. Langsung kepalanya terlintas kepada rekaman cctv lalu lintas yang menampilkan sang pelaku yang telah membuat Fawnia terluka. Pisau di lantai itu pun di bungkus oleh plastik bening dan masih terdapat bekas merah-merah darah.
Punggung Kira yang bersandar pada pintu pun perlahan merosot hingga menjadi berjongkok dengan pandangan masih lurus kepada barang-barang berserakan di lantai. Kepalanya geleng-geleng tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
Barang bukti kuat jika Zelin adalah pelaku yang telah membuat Fawnia celaka.
°~°~°~°~°~°
Di atas brankar, dua manusia tak sempurna itu tertidur bersama. Matahari belum muncul, namun cahayanya sudah tersebar luas hingga seorang wanita pun berhasil terbangun dari tidurnya yang nyenyak.
Di satu bantal yang sama Fawnia terbangun dan mendapati Marva yang masih tertidur di sampingnya. Nyenyak pria itu menjelajah mimpi. Sama sekali tak ada niat untuk membangunkan si pria. Fawnia pandangi wajah Marva sepuas mungkin.
Wajah tampan Marva selalu membuat Fawnia takjub meski sedang tertidur. Nampak memang pria itu kelelahan meski tak di tunjukan. Dari nafas serta mata yang tertutup rapat saja Fawnia tahu jika Marva kelelahan karena sudah merawatnya sepanjang hari.
Gerak-gerak mata pria itu. Pelan-pelan terbuka hingga pandangan mereka pun bertemu. Di sudut bibir Marva tersenyum kecil. Seolah tengah memandang seorang bidadari.
Tangan pria itu terangkat dan mendarat pada sisi kepala Fawnia.
"Pagi," serak baru bangun tidur Marva berkata.
Tak hanya diam. Fawnia juga melakukan hal yang mirip, ia daratkan tangannya pada permukaan pipi Marva. "Pagi juga."
Sayu dan masih ngantuk Marva memandang kekasihnya. Kantung matanya hampir menghitam. Terdapat kelelahan di matanya.
"Kamu capek?" Ibu jari Fawnia mengusap-usap pelan permukaan pipi Marva.
"Enggak tuh." Marva tersenyum sambil menggeleng kecil.
Fawnia mengernyit tanda menyelidiki. "Bohong."
"Beneran. Aku nggak capek. Masa baru bangun tidur capek." Marva meyakinkan. Masih terus mengusap-usap sisi kepala kekasihnya. Memberikan kasih sayangnya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TETAP BERSAMA [DIROMBAK]
Teen FictionFawnia, dia adalah seorang Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa. Dia bekerja di rumah sakit milik Kakaknya. Berita mengenai kecelakaan proyek tak sampai di telinga Fawnia maka saat ia berniat menemui sahabatnya, Kira di IGD. Psikiater itu pun terkejut me...