18. Tes

4.2K 182 0
                                    

Mention kalau ada typo.

Happy reading💐

🥀☕️

Masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan. Marva, Jigel, dan para pekerja yang lain, mereka di izinkan untuk pulang duluan. Setelah sampai di Jakarta semua pasrah untuk mengikuti peraturan pemerintah yaitu di karantina terlebih dahulu selama empat belas hari.

Dalam empat belas hari itu Marva tak pernah absen mengabari kekasihnya, Fawnia. Terus mengabari jika dirinya baik-baik saja. Virus ini membuat banyak orang sampai lupa hari. Bahkan perpisahan antara Fawnia dan Marva di tengah pandemi ini tak terasa sudah kurang lebih dua tahun. Dan mereka sama-sama berumur 33 tahun sekarang.

Dari 2020 sampai tahun 2022. Dalam jarak jauh yang harus menyebrangi lautan, mereka tetap saling berkabar lewat alat canggih berbentuk pipih.

Caitlyn akhirnya berani mengambil keputusan jika semua para relawan sudah bisa pulang ke Ibu kota. Rumah sakit Kasena resmi di buka, Caitlyn pun terbang ke Jayapura untuk merengkrut banyak dokter, suster, dan lainnya yang berpengalaman atau non pengalaman.

Sementara Fawnia beserta para relawan lain pun akhirnya pulang. Sebagai ucapan terima kasih, Caitlyn selaku boss juga direktur rumah sakit memberikan hadiah berupa Premarital check up atau medical check up (MCU) pranikah adalah serangkaian pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum menikah untuk mengetahui kondisi kesehatan calon pasangan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk:

• Mencegah penularan penyakit kepada pasangan dan keturunan

• Membantu calon pengantin memahami kondisi kesehatan masing-masing

• Membantu merencanakan kehamilan dan persalinan yang sehat

• Menemukan penyakit lebih dini sehingga bisa segera ditangani

"Soal tes itu, kamu mau?" Fawnia bertanya. Di sebuah cafe di ibu kota pada sore hari mereka sama-sama menyempatkan diri untuk meluangkan waktu di tengah kesibukan.

"Premarital check up itu?" Marva bertanya memastikan setelah nenyedot es kopinya.

Fawnia mengangguk. "Kamu mau?"

Terkekeh pelanlah pria itu. Tangannya bertumpu pada meja, wajahnya sedikit maju mendekat, lalu tersenyum tipis. "Emang ada alasan negatif untuk menolak? Itukan bagus, jadi kita bisa sama-sama tau kalo seandainya ada penyakit menular. Biar pasangannya nggak sampe terkena juga."

Tentu saja Marva mau. Itu adalah kesehatan. Mindset pria itu maju, bukan hanya memperlajari soal bangunan saja. Tapi ada beberapa dunia kesehatan yang wajib ia tahu juga. Contohnya seperti tes ini. Tanpa pikir panjang dia pun setuju. Ini demi kebaikan bersama dan untuk diri sendiri. Mengetahui kesehatan tubuh sendiri bukanlah hal yang memalukan bukan?

Bukan Psikiater dan Arsitek itu saja yang setuju. Pasangan lain, Dokter dan Detektif juga mau menerima dengan senang hati hadiah percuma dari Caitlyn. Devka, Detektif itu sudah kembali dinas di Jakarta. Ia di tugaskan ke papua hanya untuk menangkap Pedro saja. Setelah itu ia pun di tugaskan kembali ke ibu kota.

Tidak langsung semua pekerja melakukan tes itu. Mereka harus menunggu sekitar beberapa hari tepat pada nomor antriannya barulah mereka bisa melakukan tes tersebut. Fawnia, Marva, Devka, dan Kira melakukan tes di hari yang sama. Masuklah mereka berempat ke ruangan masing-masing.

Sebelum melakukan tes, dokter sudah menyarankan kepada mereka untuk melakukan puasa terlebih dahulu selama 10-12 jam. Hal pertama yang akan di lakukan Dokter pada mereka setelah berada di dalam ruangan adalah pemeriksaan dasar fisik, seperti pemeriksaan hematologi dan pemeriksa golongan darah.

Kedua, Pemeriksaan penyakit keturunan dan kelainan genetik.

Ketiga, Pemeriksaan penyakit infeksi dan menular untuk mengetahui penyakit hepatitis B dan C, klamidia, sipilis, serta HIV/AIDS.

Keempat, pemeriksaan organ reproduksi. Bagi calon mempelai wanita, pemeriksaan ginekologi bertujuan untuk membantu mendeteksi kondisi dan kelainan ginekologi yang dapat memengaruhi kesuburan dan kemungkinan kehamilan. Sementara untuk pria, pemeriksaan organ reproduksi dapat mencakup analisis sperma untuk mengetahui kelayakan kualitas sperma.

Kelima, pemeriksaan alergi.

Secara umum, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tes tersebut membutuhkan beberapa jam hingga satu hari.

Beberapa hari setelah melakukan tes tersebut hasilnya pun keluar. Jantung berdebar kencang. nafas tertahan. Bulu kudu merinding. Keringat keluar dari pori-pori tanpa permisi. Di banding menanti hasil ujian semester, menanti hasil dari tes pranikah jauh lebih mendebarkan.

Di ruang tunggu Fawnia dan Marva duduk. Menunggu mereka di panggil oleh dokter. Saling berpegangan tangan, menguatkan, dan menenangkan satu sama lain. Kaki Fawnia terus menghentak-hendak lantai dan tak bisa diam. Tidak ada kata motivasi untuk tenang yang bisa di terima keduanya.

Beberapa menit kemudian, dokter yang menangani mereka pada tes itu pun akhirnya memanggil. Masuklah kedua pasangan itu kedalam ruangan sang dokter. Serentak keduanya menjatuhkan bokong ke atas kursi. Mencoba untuk rileks walau wajah sudah hampir pucat fasih.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" Fawnia bertanya langsung. Dia sudah tak tahan untuk tidak penasaran.

Dokter wanita di hadapan mereka tersenyum bertanda tidak ada berita yang menyedihkan. "Hasil dari tes Dokter Fawnia semua sehat. Fisik, Golongan darah, Keturunan kelainan genetik, Infeksi menular, dan sampai Organ reproduksi semuanya normal dan sehat."

Nafas yang sejak tadi tertahan di hidung pun akhirnya bisa keluar dengan normal, Fawnia bisa bernafas lega. Tubuhnya pun runtuh dan sudah tak setegang tadi. Kedua sudut bibirnya terangkat tersenyum begitu manis.

Sama halnya seperti Marva. Pria itu juga bernafas lega pada saat tahu wanitanya sehat-sehat saja.

Mereka tersenyum bahagia. Tapi Fawnia jauh lebih bahagia. Wajahnya tidak bisa bohong. "Dok, maaf. Kalau hasil pemeriksaan Marva gimana, ya?" Fawnia bertanya. Masih dengan senyum bahagia yang tidak luntur dari bibirnya.

Wajah senang dari Dokter itu tiba-tiba saja lenyap. Hal itu membuat Fawnia bertanya-tanya dalam hati.

"Dok?" Fawnia memanggil, senyumnya juga ikut memudar. Memandang si dokter dengan tatapan bingung.

"Begini, Dokter Fawnia dan Pak Marva." Dokter wanita itu terlihat ragu untuk menjelaskan. Sanking ragunya, ia terus menunda-nunda untuk bicara.

"Ada apa, Dok?" Fawnia bertanya, menekan nada suaranya. Sebagai Psikiater, Fawnia sangat ahli dalam membaca gerakan tubuh.

Dokter wanita itu menghela nafas panjang. Ia lipat bibirnya lalu mengembungkan pipi. Mencoba untuk menenangkan diri sebelum memberitahukan hal yang bisa saja membuat pasiennga terkejut. "Begini dok, dari hasil Premarital tes Pak Marva semuanya normal dan sehat."

Normal dan sehat. Tapi mimik wajahnya tidak seperti apa yang di katakan.

"Tapi hasil organ reproduksinya...—" Dokter itu menggantungkan kalimatnya. Wajahnya semakin membuat tak yakin jika akan memberitahukan hal yang baik.

"Hasilnya apa, Dok?" Fawnia bertanya dengan tatapan penasaran. Tak sabar menunggu dokter itu untuk segera menjelaskan. Bahkan Marva di samping pun juga ikut penasaran.

Helahan nafas panjang meluncur dari bibir Dokter wanita itu untuk kesekian kalinya. Dengan perasaan gugup serta takut, mau tidak mau dia harus memberitahukan hal ini pada kedua pasangan tersebut. "Pak Marva mengidap Azoospermia."

[Azoospermia adalah kondisi tidak adanya sperma dalam air mani saat pria berejakulasi. Azoospermia dapat terjadi karena kelainan genetik, penyumbatan pada saluran testis, gangguan hormon, atau gangguan pada testis. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kemandulan pada pria.]






Terima kasih banyak sudah membaca.

rosekopi🥀☕️

TETAP BERSAMA [DIROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang