27. Ruang Introgasi

2.9K 123 0
                                    

Mention kalau ada typo.

Aku revisi 2 chapter hari ini.

Happy reading💐

🥀☕️

Seorang wanita bertopi hitam melangkah masuk kedalam kantor polisi. Dia menghampiri salah satu polisi yang bekerja disana.

"Permisi," sapanya.

"Iya? Ada apa, mbak?" Polisi itu berdiri menyambut sopan si wanita.

"Saya mau menyerahkan diri atas penembakan yang telah saya lakukan." Hari itu, tepat di hari ke tiga dari kesempatan yang di beri Kira, Zelin menyerahkan diri kepada polisi.

Kabar itu pun tersebar. Kira-lah orang pertama yang mengetahuinya. Tergesa-gesa ia berlari masuk ke dalam rumah langsung menuju kamar sahabatnya yang berada di lantai dua. "Fawnia!" Tanpa mengetuk atau permisi ia buka pintu kamar itu.

Terlihat Fawnia sedang bersantai sambil membaca buku di tempat tidurnya dengan posisi bersandar. "Lo bisa nggak sih ketuk dulu sebelum masuk?" Fawnia lumayan terkejut mendapati Kira main masuk saja ke dalam kamarnya seperti habis di kejar anjing.

"Lo harus ikut gue." Kira menghampiri Fawnia, kemudian menarik tangan perempuan itu secara paksa.

"Ke?" Fawnia bertanya kebingungan. Kedua alisnya sampai menyerngit.

"Kantor polisi."

"Ada apa sih?" Fawnia tepis pelan tangan Kira dari lengannya karena terus di tarik padahal jelas-jelas ia ingin bersantai.

Kira berbalik badan hingga kini benar-benar berdiri menghadap kepada sahabatnya yang duduk di kasur. "Orang yang nusuk lo adalah Zelin."

Fawnia bergeming. Nafasnya tertahan di hidung. Diam perempuan itu dengan kedua mata mendelik. Segitu bencinya Zelin dengan Fawnia sampai rela melanggar sumpahnya sebagai seorang dokter?

"Ayo, Faw." Kembali Kira menarik tangan Fawnia secara paksa.

"Gue belum bisa jalan normal. Masih harus pake tongkat." Fawnia memberitahu. Dia belum bisa untuk cepat-cepat bangkit. Butuh alat bernama tongkat untuknya berjalan.

"Yaudah ayo!" Langsung dan telaten Kira membantu Fawnia untuk mengganti baju. Ia siapkan segala kebutuhan sahabatnya saat itu juga. Tak lupa memakaikan sepatu yang biasa Fawnia kenakan. Lalu setelah itu keduanya pergi secepat kilat menuju kantor polisi.

Di perjalanan Fawnia hanya diam saja sembari memandang kearah luar jendela. Sesekali terdengar suara kendaraan dari luar. Fawnia masih tidak menyangka jika orang yang melakukan hal itu padanya adalah Zelin.

Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di kantor polisi. Kira membantu Fawnia untuk turun dari mobilnya, dan mereka berdua pun melangkah masuk bersama.

Di dalam kantor polisi, ternyata sudah ada Marva dan Jigel. Tentu saja kedua pria itu mengetahui hal ini melalui Devka.

Begitu melihat kekasihnya terlihat kesusahan untuk berjalan. Langsung saja Marva menghampirinya. "Kenapa datang?" Pria itu bertanya lembut. Kedua tangannya memegang pinggang ramping Fawnia, membantu perempuan itu untuk berdiri. Seolah tongkat di kedua sisi tangan Fawnia tak ada artinya.

TETAP BERSAMA [DIROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang