5. Bertemu Gamakata

34 9 21
                                    

Hari-hariku cukup sibuk setelah bertemu dengan psikiater. Mengurusi teater dan latihannya. Karena semua kegiatanku di kampus kecuali kuliah tidak didukung oleh orang tuaku, akibatnya aku jarang pulang ke rumah. Semisal sepulang kuliah aku tidak langsung pulang, tapi nongkrong di basecamp, perpustakaan, atau taman kampus sampai jadwal rapat dan latihan tiba. Aku masih menulis puisi-puisi cinta di blog, tapi tidak pernah dibalas oleh Gamakata. Sampai sekarang Gamakata tidak lagi pernah menulis di blog. Aku benar-benar tidak tahu dia kenapa. Aku tidak bisa menghubunginya. Kalau menanyakan itu di komentar postingan lamanya akan terlihat tidak pribadi. Jadi, aku tidak berani.

Selain menulis puisi dan catatan harian di blog, sebenarnya aku juga menulis novel setelah mengenal Wattpad di tahun 2016. Awalnya aku tidak peduli berapa orang yang berkunjung dan memberiku vote. Ternyata lama-lama pembaca datang sendiri hingga novel perdanaku di Wattpad berhasil mendapatkan 105k viewer. Aku jadi semakin semangat menulis. Saat sedang asik-asiknya menulis, tiba-tiba ponselku bordering menunjukkan nomor asing yang meneleponku lewat WA, padahal aku sedang di perpustakaan. Aku bingung, mau keluar, tapi siapa yang menjaga laptopku. Mau mengangkat, tapi tidak boleh berisik di dalam perpus. Sampai akhirnya hubungan telepon terputus dengan sendirinya. Aku berpikir untuk mengiriminya pesan.

Ineskara

Maaf, siapa ya?

Pesanku dibaca kilat, tapi tidak dibalas-balas. Aku membiarkannya sambil aku kembali menulis. Sekitar 10 menit, dia meneleponku lagi. Aku semakin bingung. Siapa sih? Mengganggu sekali orang ini. Aku reject, tapi nomor itu mengirimiku pesan singkat.

0822-xxx-xxx-xxx

Ketemuan yuk! Jangan cuma kenalan online aja!

Ineskara

Hah?

Ketemuan? Maksudnya apa kenalan online? Jangan bilang ini Gamakata!

0822-xxx-xxx-xxx

Kok hah? Ayuk ketemu! Aku Gamakata.

Membaca pengakuannya hatiku langusng berbunga-bunga dan senyum-senyum sendirian seperti orang jatuh cinta. Langsung kusimpan nomornya dan kuberi nama Gamakata.

Ineskara

Kirain orang iseng! Wkwk! Boleh, kapan? Di mana?

Gamakata

Sekarang di Malioboro. Aku tunggu di pangkalan bendi. Bisa?

Ineskara

Bisa banget! Otw! Eh sekalian, kalau boleh, kalau boleh sih ya... aku mau pinjem buku novel dong! Rekomendasi kamu misalnya.

Gamakata

Boleh kok! Nanti kubawa.

Dia membaca pesanku. Kalau dia membolehkan aku meminjam bukunya, itu berarti dia membuka kesempatan untuk kita berjumpa lagi. Aku langsung bergegas menuju parkiran untuk mengambil motor. Aku lupa belum sempat tanya dia memakai pakaian apa. Ah, nanti saja kalau sudah sampai.

...

Malioboro dengan ciri khasnya terdapat deretan bendi-bendi di pinggiran jalan dan pedagang-pedagang penjual perhiasan, pakaian-pakaian, dan tas. Terselip warung-warung makan, dan pedagang kaki lima, juga gelato. Aku sampai di Malioboro, lalu memarkirkan motorku bersamaan dengan seorang lelaki berkemeja biru kotak-kotak, dengan celana jins hitam dan sepatu Adidas biru dongker. Aku terkesiap saat melihat wajahnya yang khas. Alis mata seperti semut berbaris, hidung mancung, bibir tipis, dan kulit cokelat manis.

Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang