22. Keterbukaan

19 6 9
                                    

Aku ingat pesan Idam tentang aku harus menuliskan surat isi hatiku untuk Gala sebagai tanda bahwa aku sudah mencintainya sebelum Gala punya seseorang wanita lain yang spesial dalam hidupnya. Aku sudah menyusunnya.

Assalamualaikum w.w.

Teruntuk saudara baikku, Gala Gustama

Hai Gal, sebelum kamu bertanya-tanya lebih jauh kenapa aku menuliskan surat ini yang kesannya kayak jadul banget dan kenapa nggak chat aja sih? Karena ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan mendalam. Ada beberapa hal yang buatku penting dan aku ingin kamu tahu seutuhnya walaupun kamu tidak meminta. Ibaratkan supaya lebih leluasa aja sih nulis di surat dan "aku akan merasa lebih tenang karena sudah menyampaikannya".

Pertama, kenapa aku nggak ngomong langsung aja? Aku malu. Kedua, kenapa nggak chat aja? Karena aku nggak mau kamu langsung jawab. Aku mau kamu merenungkan dulu baru setelahnya kalau kamu mau menjawab surat ini lewat apapun itu aku akan merasa bersyukur. Ketiga, apakah ini surat untuk menyampaikan perasaan? Jujur saja, iya. Aku tahu ini kejujuran yang absurd dan kayak nggak mungkin banget. Kaget nggak sih? Atau biasa aja? Atau udah feeling? Karena aku nggak jago ngode, jadi aku tulis surat ini aja biar jelas sekalian. Namun sebenarnya ini hanyalah sebuah surat sebagai bentuk pengakuan saja. Aku tak memintamu untuk membalas balik fitrah batin yang kurasakan, karena hatimu adalah urusanmu.

Jadi, kenapa aku berani menuliskan surat ini? Ada seorang teman baikku mengatakan padaku bahwa perasaan apa yang aku punya dan untuk siapakah itu, lebih baik segera disampaikan agar tidak menyesal atau sakit hati di kemudian hari walaupun aku perempuan. Dan juga meskipun mungkin perasaannya tidak sama. Itu kenapa ada dorongan dalam hatiku untuk menyetujui saran mereka. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk jujur sebelum keadaaan berubah. Itu saja.

Akan terbaca klise ketika aku mengatakan bahwa aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini muncul, tapi memang itu kenyataannya. Rasanya seperti mengalir bersama waktu begitu saja. Sisi lain, ada hal yang membuatku menyadari bahwa perasaan ini datang saat aku sudah lama kehilangan orang yang aku cintai sebelum kamu karena sebuah kepergian. Lantas kamu datang mengganti kebahagiaan itu meski tak sama, tapi dengan jauh lebih baik.

Aku juga mengagumi sudut pandangmu terhadap hidup dalam hubungannya dengan manusia dan Tuhan. Itu sangat menggerakkan hatiku untuk mengubah pola hidupku menuju perbaikan-perbaikan diri. Aku juga mengagumi pemikiranmu, pendapatmu, dan ilmu pengetahuanmu. Memang sih, mengagumi pemikiran dan wawasan itu tidak bisa menjadi alasan pasti timbulnya perasaan ini. Tapi logisnya, aku mengagumimu awalnya karena itu.

Sisi lain aku merasa bahwa setiap kata yang kamu bicarakan dan ceritakan entah penting atau tidak penting itu membuatku merasa seru, senang, ada ilmu, dan ada chemistry. Nggak tahu kenapa, feel-nya beda gitu di aku. Kita bisa ngomong panjaaaang banget dan apa-apa tuh dibahas random dan bisa melebar gitu ke mana-mana. Biasanya baru kusadari kalau itu panjang banget setelah obrolan selesai.

Aku selalu senang ketika kita bisa berbicara tentang apapun dan banyak hal. Kemudian tawa dari segala humormu membuat aku terhibur. Bahkan tanpa kamu sadari, ketika aku bersedih, kamu datang dengan sendirinya dan menghiburku. Mungkin bukan itu niatmu, tapi secara tersirat kamu telah menghiburku.. Terima kasih sudah berbagi banyak hal yang belum kumengerti.

Entah sampai kapan perasaan ini akan berlanjut. Lagi-lagi kusampaikan bahwa ini hanyalah "sebuah pengakuan". Seperti katamu dulu, jika derap langkah kaki kuda adalah instrumen merdu di sepanjang jalan Malioboro Yogyakarta, bagaimana menurutmu dengan instrumen derap jantung yang tiba-tiba berdegup kencang ketika sedang bersama orang yang membuatku nyaman. Jawabannya adalah kamu.

Gal, ketika aku tahu tentang penyakitmu, tapi seolah-olah kamu baik-baik saja, aku yakin kamu pasti tetap memikirkannya dalam sepi atau dalam doamu barangkali. Karena aku yakin itu bukan perkara yang mudah buatmu, apalagi saat kambuh. Begitu pun dengan apa yang aku alami. Kamu tahu? Sisi lain dari kamu merasa baik-baik saja dan tetap stay positif dengan penyakitmu itu adalah hal yang membuatku merasa bahwa aku tidak berjuang sendirian. Di situ juga letak di mana aku harus berdamai dengan diriku sendiri, orang sekitar, dan keluargaku. Aku belajar dari kamu untuk tidak terlalu bersedih dan patah semangat karena Tuhan pasti membersamai kita. Sisi lain aku juga merasa tenang dan dihargai ketika kamu menganggap bahwa orang-orang yang memiliki gangguan mental dan jiwa tetaplah manusia yang mesti dimanusiakan.

Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang