25. Lembaran Baru

20 7 8
                                    

Jika Diteruskan Semakin Sakit

19 Desember 2019

Gamakata

Aku menatap matamu seakan tidak ada cinta di sana. Kita menjalani pertemuan demi pertemuan bersama seakan hatiku ini baik-baik saja. Waktu itu telah tiba. Waktu saatnya perasaan terucap. Sulit, aku tak sanggup bila harus jujur. Aku tak mau membuatmu susah. Biarkan aku mencintaimu dalam diamku sampai entah kapan aku sanggup melupakanmu. Sebab melupakan itu tidak pernah mudah. Apalagi perpisahan. Aku lebih tak sanggup lagi untuk itu. Maaf, sekali lagi maaf. Lelaki yang kamu cintai ini memang bodoh. Perihal cinta, biarkan jadi milik sendiri. Sebab aku tak ingin kamu lebih sakit lagi menerima kenyataanku yang seperti ini.

Aku tercenung membaca senandika yang Gala update barusan setelah kita tidak berjumpa selama 20 hari dan nanti malam tahun baru. Entah kenapa aku tersindir. Aku masih ragu dengan jawabannya kemarin, apakah ini jawaban sesungguhnya. Aku teringat percakapan kami tentang instrumen derap kaki kuda. Ada perempuan yang membuatnya nyaman. Saat itu dia bilang "ketika aku sedang bersama orang yang membuatku nyaman" dia mengatakan itu saat bersamaku. Aku tidak lupa. Sebenarnya apa lagi yang Gala sembunyikan dariku selain karena sakitnya yang itu. Apa ada sakit lain yang membuatnya merasa tidak pantas?

Aku juga teringat kata-katanya saat dia bilang bahwa "Aku pikir, ini cuma sebatas saja, Nes. Nggak usah dipikirkan. Agak ge-er aku mengatakan ini, tapi aku harus bilang kalau aku baik-baik saja. Kamu nggak usah mikirin apa kataku tadi ya. Kamu setuju kan, kalau perasaan itu suka bercanda seperti kita? Kalau suatu ketika nanti lamaaa sekali masih tidak hilang, berarti perasaanku kepadanya sedang tidak bercanda, Nes." Setiap kalimat yang dia ucap seolah tertuju padaku. Aku hanya pura-pura bodoh saja saat itu, tapi aku tersindir sebenarnya. Tapi aku memang bodoh, kenapa tidak aku tembak balik saja perkataannya. Terlambat untuk orang bodoh sepertiku. Selamat menikmati tahun baru dengan kesedihan dan kebodohan.

...

Aku keluar dari RSJU Soerojo Magelang bersama kedua orang tuaku dengan luapan perasaan bahagia karena ekspetasi grafik terapiku semakin baik menjadi nyata sehingga aku tidak perlu lagi terapi di bulan keempat. Ayah dan bundaku memelukku. Rasanya hangaaat sekali.

"Terima kasih Yah, Bun atas segala perjuangan membantu Ines untuk pulih," kataku.

"Sudah seharusnya orang tua memberi support itu kepada anaknya," jawab ayah.

"Makasih Yah. Semoga kita bertiga bisa membangun keharmonisan selamanya."

"Amiinnn..." jawab ayah dan bundaku.

Bukan hanya tentang sakitku yang kian pulih dan obat dosisku dikurangi. Dua hari setelah keluar dari RSJU aku keluar ruang dosen dengan luapan perasaan bangga atas keberhasilan diriku. Skripsiku di acc. Aku akan mengurus sidangku segera supaya bulan Maret bisa wisuda bersama Sofa dan Pita. Mata kuliahku juga sudah selesai semua. Setidaknya tahun baru ini aku mampu membuka lembaran baru yang bisa membuat orang tuaku bangga sekaligus senang. Kesibukanku menyembuhkan diri dan menyusun skripsi hingga selesai membuatku cukup lupa dengan Gala. Namun, setelah semua ini selesai, aku kembali mengingatnya. Bagaimana kabarnya? Di bulan Januari 2020 ini Gala belum berkabar sama sekali. Aku juga tidak tanya, sengaja. Aku hanya dapat kabar bahwa kakak lelakinya akan menikah akhir bulan Januari ini. Ya, pastinya keluargaku harus datang karena diundang. Apakah aku siap bertemu Gala lagi setelah kejadian pengakuan rasaku?

Pintu lift lantai 1 terbuka. Baru saja memikirkan Gala, tiba-tiba muka Reo ada di depan mataku. Posisi, Reo akan masuk lift, sementara aku akan keluar lift. Kami berjalan saling berseberangan tanpa kata sampai aku merasa harus memberi tahu beberapa hal pada Reo.

Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang