Epilog

67 8 34
                                    

Tiga tahun kemudian...

"Selamat siang Bu!" teriak seluruh siswa kepada Ineskara kompak.

Setelah itu seluruh siswa menyalami Ineskara dan siap untuk pulang ke rumah masing-masing dan ada juga yang tidak langsung pulang karena ekstrakurikuler.

"Hati-hati Nak," kata Ineskara kepada siswa-siswanya.

"Saranghaeyo Bu!" kata Luhinggil memberi salam saranghaeyo kepada Ineskara.

"Saranghaeyo Mas," jawab Ines dengan penuh kelakar.

"Bu, besok ngajar kelas kita lagi kan Bu?" tanya Imam.

"Iya dong Mas, kan sesuai jadwal."

"Bu, pelajaran Bahasa Indonesia terus aja lah Bu biar seru!" rajuk Pinkan.

"Nggak boleh seperti itu, pelajaran lain juga penting sayang."

Setelah selesai bersalaman dan berbincang-bincang singkat, Ineskara kembali ke ruang guru untuk beristirahat sejenak. Ia meneguk segelas air mineral dari gelas yang telah disediakan. Tiga tahun terlewati tanpa Gala dan jarang berkomunikasi membuat Ines lebih terbiasa untuk tidak memikirkannya. Dunianya tidak lagi kelabu. Sekarang Ineskara sudah bisa lebih lapang menerima keadaan. Mencintai Gala sudah bukan lagi pilihan.

Tiba-tiba seorang satpam yang dikenal Pak Joko menghampiri Ines ke ruang guru dan menyerahkan sebuah paket. Ines mencari nama pengirimnya, tapi tidak ada. Saat dibuka, isinya dua buku. Ada buku Notasi karya Morra Quatro dan Laut Bercerita karya Leila S.Chudori. Siapapun pengirimnya, Ineskara sangat berterima kasih. Kalau orang itu tahu Ineskara suka membaca, kemungkinan orang itu ada di dekat-dekat Ineskara.

Tapi bukan hanya buku-buku yang ada di dalamnya. Ada sebuah surat yang tidak menunjukkan nama pengirimnya. Surat itu hanya tertulis "Untuk Ineskara". Segera Ines membacanya.

Untuk Ineskara

Dariku yang masih mencintaimu

Assalamualaikum w.w.

Hai Nes? Selamat ulang tahun! Sukses ya sekarang udah jadi guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Ngaglik. Aku tahu dari temanmu. Pasti banyak siswa-siswa yang menyayangi dan menyukaimu. Selamat ya! Aku turut berbahagia. Tentang buku-buku yang aku beri untukmu, semoga sesuai seleramu. Aku sudah baca semua dan itu bagus. Kamu juga harus baca.

Mungkin kamu bertanya-tanya sejak awal. Aku siapa? Aku tidak akan memberi tahu. Biar kamu tebak sendiri siapa aku. Pastinya, aku adalah seseorang yang masih mencintaimu. Perasaanku tidak pernah bercanda dan berubah. Jauh darimu selama 3 tahun membuatku rindu berat. Ingin bertemu kamu, tapi kamu belum tentu mau.

Nes, tahukah kamu sebagian larik puisi Ahda Imran yang ini:

Jangan menjemputku di pulau dengan rindu

Karena rindu telah kuserahkan pada suara laut paling jauh

Ini tubuhku bawa ke dalam kabut

Lalu catatlah

Burung-burung menjeritkannya

Angin mengurainya, para pemberontak menyebutnya cahaya

Jangan memanggilku dari hening karena rumahku

Adalah percik api dari ribuan kaki-kaki kuda

Ini seluruhnya untukmu

Tapi pulanglah padaku seperti juga aku datang padamu

Aku masih mengharapkanmu. Aku masih berharap kita bersama.

Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang