Sore ini nampak mendung. Sepertinya akan hujan. Namun cuaca hari ini cocok dengan suasana hatiku, mendung. Sudah seminggu terlewati, Reo tidak ada kabarnya. Gala juga. Namun, aku lebih bertanya-tanya kepada Reo. Kenapa sampai sekarang dia tidak membalas pesanku. Aku jadi merasa bersalah, padahal aku tidak salah apa-apa. Aku tidak tahu apakah ucapan dukaku membuatnya tidak nyaman denganku. Bahkan aku tidak pernah berpapasan lagi dengan Reo di simeru. Aku mengetik pesan untuk Reo.
Ineskara
Reo, aku minta maaf kalau aku ada salah.
Kulihat Reo mengetik pesan. Akhirnya.
Reo
Kamu nggak salah apa-apa kok minta maaf Nes. Iya, dimaafkan.
Ineskara
Terus kenapa kamu nggak balas pesanku?
Reo lagi-lagi hanya membacanya. Tidak dibalas. Aneh sekali. Dia seperti berusaha menghindar. Apa yang sebenarnya dia takutkan dari kejadian ini? Aku masih bingung dengan keputusannya yang tidak jelas. Kalau tidak suka dengan sikapku kan bisa tinggal bilang seperti "Nes, aku nggak nyaman sama kamu. Maaf kita berhenti komunikasi dari sekarang ya." Kalau gitu kan jelas, tapi mungkin tidak semua lelaki bisa secara gamblang menjelaskan alasannya tiba-tiba menghilang. Tiba-tiba ghosting. Aku sebenarnya benci dengan sesuatu yang ditutup-tutupi dan tidak jelas maksudnya apa. Satu pesan notifikasi masuk dari Gala. Langsung kubuka.
Gamakata
Nes, ketemu yuk sekarang bisa?
Ines
Mendung loh Gal, kalau hujan gimana?
Gamakata
Seru lah hujan-hujanan. Yuk?
Ineskara
Aku siap-siap dulu ya, terus otw.
Gamakata
Aku otw sekarang.
Aku tidak membalas pesannya. Aku memasukkan buku pinjaman Gala yang sudah selesai kubaca sepanjang terapi di Magelang kemarin. Aku memasukkan satu buku lagi. Judulnya Rumah Penyair 5. Lebih tepatnya buku kumpulan puisi karya mahasiswa angkatanku. Saat itu aku diberi gratis 3 eksemplar. Satu untukku, satu masih ada, satu untuk Gala. Aku yakin dia akan senang dan tidak menyangka kalau aku juga membawa sesuatu untuknya. Apalagi sesuatu yang dia senangi, yaitu puisi.
Kulihat Gala sudah duduk manis di sebuah bangku panjang dekat bendi. Setelah bertemu denganku, dia menjabat tanganku. Bukannya dia lepas, malah dia gandeng. Kami langsung menaiki bendi yang ada di sekitar situ. Seperti biasa, Gala duduk di sebelahku. Aku mengeluarkan dua buku. Satu buku novel milik Gala, satu lagi buku puisi yang akan kuberikan pada Gala. Langsung kusodorkan pada orangnya. Gala bertanya-tanya.
"Kok dua? Satunya apa maksudnya?" tanya Gala.
"Jadi, anak angkatanku buat puisi dalam satu buku. Aku dapat gratis 3 eksemplar. Satu buat kamu. Kamu suka puisi kan?" jelasku.
Gala melebarkan senyumnya.
"Waaahh... makasih... surprise loh," dia menatapku lama sambil tersenyum lama sekali sampai aku salah tingkah dibuatnya.
"Aku bakal baca buku ini!" Gala membuka daftar isinya. Ada 5 puisiku di dalamnya. Tidak semua mahasiswa setor 5 puisi. Ada yang hanya 2 atau 3. "Kok punyamu paling banyak puisinya?"
"Iya. Soalnya aku rajin setor dan banyak di acc senior."
Gala membuka salah satu judul puisiku, yaitu Inong Balee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]
Romance[Romance] Kepadamu aku pernah jatuh cinta, kepadamu aku pernah mencintai, dan kepadamulah aku pernah ingin memiliki. Sebagian tokoh adalah kisah nyata. Baca deskripsi dengan tekan "baca". #2 Malioboro 15/02/2023 #3 Kuliahan 17/02/2023 #14 Yogyakarta...