29. Catatan Tentang Perasaan

33 7 9
                                    

"UAD Almamaterku, Universitas Ahmad Dahlan. Mengemban amanat mulia, siapkan insan cendekiawan. Bina kader pembaharuan, berilmu dan beramal soleh. Berperan dalam membangun umat, Quran dan Hadist jadi pedoman. Seluruh civitas akademika mengemban tugas bersama, singsingkan lengan bajumu serentak. Masyarakat siap menanti. Tunjukkanlah karya nyata baktimu, kembangkan teknologi. Majulah UAD demi nusa bangsa, Indonesia sejahtera."

Seluruh wisudawan dan wisudawati serempak menyanyikan lagu Mars UAD, Mars kampusku. Aku sekarang berada di tengah-tengah lautan manusia yang berhasil wisuda bulan Maret 2020. Rasanya lega, bangga, dan terharu dengan diri sendiri. Ayah dan bundaku sampai menangis haru dengan keberhasilanku menyelesaikan sarjana pendidikan.

Aku kembali dibanjiri kado, tapi dari seluruh kado itu tidak ada satu yang berbeda. Aku sempat mengabari Gala kalau aku hari ini wisuda di JEC, tapi sepertinya dia tidak datang. Aku juga tidak menjelaskan keberadaanku ada di mana. Meskipun begitu, Gala tidak memberiku selamat lewat ponsel. Saat aku mengabari Gala kalau aku akan wisuda saja tidak dibalas. Hanya dibaca. Itu kenapa aku tidak berharap lebih dia datang.

Aku tidak pernah menyangka kalau tanggal 5 Februari 2020 adalah pertemuan manis terakhir di antara kita di Malioboro Yogyakarta, tempat pertama kali dan terakhir kita bertemu. Sampai sekarang aku belum sanggup untuk melupakan Gala. Bukankah semakin dilupakan justru semakin mengingat? Ah, seharusnya aku tidak perlu memikirkan, tapi sulit. Bayangan Gala masih selalu ada di benakku. Apakah dia juga sama? Di luar aku bisa tertawa-tawa, tapi di hatiku masih ada Gala. Aku sudah yakin kalau aku sudah tidak mengharapkannya, tapi mencintainya itu masih.

Aku pulang bersama ayah dan bunda naik mobil. Sesampainya di rumah aku keluar lebih dulu, lantas berjalan ke pintu depan. Tepat di depan pintu rumahku, aku melihat ada sebuah kado berbentuk kotak berukuran sedang. Aku melihat tanda pengirimnya tidak ada nama, tapi ada tulisannya, "Untuk Ineskara". Aku buru-buru masuk rumah, membersihkan diri, lalu membuka kotak kado itu dengan hati berdebar-debar. Kata hatiku berkata bahwa ini dari Gala!

Rasanya aku ingin menangis saat melihat ini benar dari Gala. Gala mencetak foto-foto kita bersama selama ini di Malioboro dan ada foto bendi juga, lantas Gala menempelkan foto-foto itu pada sebuah buku yang sepertinya dia buat sendiri. Setiap halaman ada tulisannya. Isinya tidak banyak. Hanya 10 halaman. Bahkan Gala membalas suratku dengan surat juga. Gala memberiku buku novel berjudul Kata oleh Rintik Sedu. Aku tersenyum untuk diriku sendiri. Senang sekali rasanya. Dia tidak pernah berhenti membuatku senang sekalipun kami telah berpisah. Aku buru-buru membaca suratnya dengan hati.

Dari Gala Gustama

Untuk saudara baikku, Ineskara

Assalamualaikum w.w

Nes, maaf selama ini aku hanya membaca pesanmu tanpa kubalas. Maaf baru sekarang aku mengabari. Aku sedang berusaha mengurangi komunikasi denganmu supaya aku bisa melupakan. Tapi ternyata tak semudah itu. Mengetahui kamu akan wisuda, aku tidak kuasa ingin memberimu sebuah kado. Mungkin ini akan menjadi yang terakhir. Aku berikan buku catatan untukmu tentang kita. Tentang perasaanku kepadamu. Baca ya!

Selamat atas keberhasilanmu menjadi Ineskara, S.Pd. Semoga ilmunya bermanfaat untuk anak-anak yang menantikan kehadiranmu menjadi guru favorit di sekolahnya. Aku yakin Nes, kamu akan menjadi guru yang hebat, guru yang disenangi, dan disayangi.

Nes, semoga kepergianku tidak membuatmu rapuh ya. Kalau kamu menyayangiku, kuatkan hatimu! Buat aku bangga dengan kabar-kabar baik darimu. Jadilah Ineskara yang kuat. Bipolarmu bukan identitasmu, ia hanya sebuah kondisi medis. Kamu tetaplah dirimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, yang kuat dan tidak mudah menyerah. Kamu tidak sendiri.

Tidak banyak hal yang ingin kusampaikan. Buku Egosentris yang kamu beri untukku sudah kubaca. Kamu benar, buku itu sangat relate dengan kehidupan. Kita jadi sadar untuk tidak melihat kehidupan orang lain dengan kaca mata kita sendiri. Kita juga harus melihat kaca mata orang lain supaya menyadari bahwa di hidup ini yang sakit bukan cuma kita. Terima kasih telah menguatkan aku dengan buku itu.

Nes, kabarku baik-baik saja. Kamu tidak usah khawatir. Kamu hanya perlu menatap ke depan, menjemput masa depanmu dengan sosok lain yang lebih baik daripada aku. Jangan berhenti. Kamu harus terus berjalan. Ingat pesanku Nes, kamu harus menjadi orang yang berhasil. Jaga ibadahmu dan peluk erat orang tuamu, keluargamu. Karena hanya mereka satu-satunya harta paling berharga yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Sayangi mereka selagi masih ada. Jangan benci dengan masa lalunya. Cintai kasih sayangnya yang sekarang. Semoga kamu juga selalu baik-baik dengan dirimu ya.

Wassalamualaikum w. w.

Aku tersenyum damai dan terharu setelah membaca surat ini. Meskipun singkat, tapi menunjukkan bahwa Gala mempedulikan aku sebenarnya. Dari dulu. Selalu begitu. Aku mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk Gala untuk mengucapkan terima kasih. Kuambil buku catatannya dan kubaca.

Halaman 1: Aku mengenalnya lewat blog online dan aku tidak menyangka kalau dia adalah Ineskara kecil yang pernah kukenal. Pertemuan kami di Malioboro mengejutkan aku, tapi aku sangat yakin bahwa pertemuan ini ada artinya.

Halaman 2: Aku sengaja membuat pembiasaan sebulan sekali bertemu agar aku punya alasan untuk bertemu dengannya lagi. Kenapa? Kupikir dia orang yang menyenangkan. Aku tidak ingin melewatkan waktu tanpa dirinya.

Halaman 3: Ini foto pertamaku bersamanya. Akan selalu kuabadikan momen kami dalam sebuah album agar aku bisa terus mengingatnya.

Halaman 4: Aku tidak pernah menyangka dia memiliki beban seberat itu, tapi dia masih bisa tertawa begitu lepas. Aku merasa tidak sendiri. Dia menguatkan aku dan mengingatkan aku untuk selalu kembali kepada Tuhan pada setiap perjalanan kehidupan.

Halaman 5: Dia selalu cantik dengan ekspresi apapun, termasuk saat dia tersenyum. Entah mengapa jantungku berdebar saat berada di dekatnya dan aku ingin selalu mengulang momen ini.

Halaman 6: Intuisiku selalu mengarah kepadanya. Aku mulai mengaguminya lewat setiap kata yang ditulisnya dan lewat suaranya yang indah saat bernyanyi. Mendengarnya bicara saja sudah merdu. Membuatku candu.

Halaman 7: Semakin hari bersamanya semakin membuatku tidak mengerti dengan debar dalam dadaku ini. Kuibaratkan dengan suara instrumen derap kaki kuda, kutanya dia derap jantung apa yang tiba-tiba berdegup kencang ketika aku sedang bersama orang yang membuatku nyaman? Dia menerka itu cinta. Apa aku mulai mencintainya?

Halaman 8: Foto bersama dia lagi. Tidak selalu. Aku bahkan ingin seribu kali foto bersamanya agar aku tidak rindu. Tapi aku selalu merindukannya.

Halaman 9: Setelah membuatku kagum, nyaman, kamu juga telah membuatku jatuh cinta.

Halaman 10: Terima kasih telah hadir dalam hidupku. Aku bahagia telah mengenalmu. Aku selalu menganggapmu penting, bahkan setelah kita berpisah pun masih sama. Bedanya, prioritasku kepadamu bukan lagi yang utama. Maaf tidak bisa membalas perasaanmu, tapi aku menghargainya.

Aku memeluk buku catatan Gala dengan hati yang damai. Perasaanku memang tak terbalas, tapi aku telah tahu bahwa dia sempat mencintaiku, walaupun pada akhirnya dia memutuskan untuk pergi karena setiap cinta belum tentu akan baik bila menjadi satu. Dia telah menemukan orang yang dia butuhkan dan aku bahagia atas itu. Sekarang, aku hanya ingin sendiri dulu sampai pengganti Gala datang seiring berjalannya waktu. Setelah jatuh cinta dengannya, aku ingin menjadikan Gala tokoh utama dalam ceritaku selanjutnya.

Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang