Kencan Pertama

34 4 0
                                    


Tiana terbangun saat ia mencium aroma makanan yang sangat mengguggah seleranya. Ia beranjak dari kasurnya dan melihat Levi yang sudah berdiri di dapur mengaduk sesuatu di pan. Tiana seketika terdiam menatap Levi yang begitu terlihat menawan saat tengah memasak. Rambutnya yang sudah di tata dengan rapi dengan kemeja hitamnya, pesonanya kini mengalahkan harumnya masakan.

Seketika senyuman manis tergambar di wajah Tiana. Sebuah senyuman yang ia sadari bahwa kini melihat Levi di hadapannya membuat gejala butterflies di perutnya.

" Kau bisa masak?" Goda Tiana mendekati Levi. Levi melirik sejenak ke arah Tiana dan kembali melanjutkan masaknya. " Perjalananku di Italia selama 1 bulan tidak mungkin terlupakan begitu saja. Sangat mudah jika hanya memasak pasta"

Tiana tersenyum mendengarkan itu, kemudian ia membantu Levi untuk menyiapkan peralatan makan.

" Bagaimana keadaanmu?" Tanya Levi kini menghentikan masaknya.

Tak banyak pertanyaan lagi, pria itu mendekati Tiana dan menempelkan punggung tangannya pada dahi Tiana. Pagi ini tak ada gejala demam lagi dari gadis itu.

" Panasmu sudah turun rupanya"

Pipi Tiana langsung memerah saat Levi menyentuh dahinya, tak hanya itu, kini jantungnya pun tak berhenti berdetak sangat kencang.

Levi kembali memasak, " Sebentar lagi pastanya akan matang." Lanjutnya masih mengaduk pasta yang sudah berbumbu.

Tak ada yang tidak akan mengatakan bahwa Levi tidak tampan, tetapi entah mengapa kali ini Levi nampak berbeda dari biasanya. Mengapa di mataku kini ia nampak sangat menawan?

Levi mematikan kompornya, menyajikan pasta diatas piring dan memastikan Tiana memakannya.

Mata Levi masih tertuju pada Tiana yang tengah menyantap pasta buatannya. Tiana melahap perlahan dengan perasaan malu, karena mata itu terus tertuju padanya.

Mengapa jantungku berdetak sangat kencang seperti ini..

Tiana menghentikan makannya, " Kau tidak makan?"

Levi menggeleng, " Aku senang melihatmu membaik hari ini"

" Aku hampir tak bisa memaafkan diriku sendiri jika sesuatu terjadi padamu"

Gleg.

Levi tersenyum saat dia mengingat sesuatu, " Aneh rasanya karena kita tak benar - benar menikah. Tetapi aku tak ingin merusak janjiku pada ayahmu untuk menjagamu." Levi menatap Tiana lebih dalam kali ini, " Beri tahu aku jika kau ingin pergi ke suatu tempat. Jika kau tidak ingin bertemu denganku, aku akan mengirimkan seseorang padamu" pria itu mengatakannya dengan yakin.

Tiana mencoba mengatur nafasnya saat tak sengaja ia tersenyum mendengar itu. " Tak usah kau hiraukan lagi, kemarin aku hanya ingin berkeliling kota lebih jauh lagi" jawabnya mengalihkan perhatian.

" Kalau begitu setelah ini kau harus bersiap. Aku akan mengajakmu keliling kota" ujar Levi lagi melepaskan apronnya. Tiana tersenyum senang mendengar Levi, " Benarkah? Kalau begitu akan ku habiskan makan ku" jawabnya dengan semangat.

Levi kembali tersenyum menatap wanita yang ada dihadapannya kini. Wanita yang berhasil membuatnya tersenyum untuk kesekian kali hanya dengan menatap wajahnya.

***

Suara deburan ombak dan angin laut menjadi teman sore Tiana dan Levi yang kini tengah berjalan santai di pinggir pantai. Senyum di wajah Tiana tak memudar sejak tadi, ia terlihat sangat senang karena akhirnya ia bisa menghirup udara diluar Smith area.

Tiana mengamati Levi yang berjalan di sampingnya mengenakan kemeja bunga biru dongker dengan 2 kancing terbuka diatasnya. Menampakkan tulang bahu yang membuatnya terlihat mempesona. Pria itu semakin terlihat menarik saat mengenakan kaca mata hitam. Tak heran beberapa gadis mengamati Levi saat mereka melewatinya yang entah mengapa membuat rasa tidak suka Tiana.

AlirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang