Tiana masih terdiam mencerna apa yang baru saja ia dengar. Seorang Kivlan. Pria yang tiga bulan lalu memutuskan meninggalkannya, membuat dunianya hampir hancur, memintanya meninggalkan pria lain.
" Kivlan... apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?"
Kivlan menatap Tiana tanpa ragu, " Bukankah itu mudah Tiana? Pernikahan kalian belum di akui secara negara. Ini semua akan lebih mudah"
" Apa..... kau benar - benar berfikir aku menikah hanya karena mu?" Tanya Tiana berbalik.
Tiana kemudian menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya, " Ini jawabanku. Ini semua tidak semudah yang kau pikirkan Kivlan"
" Aku tidak bisa meninggalkan Levi" jawab Tiana lagi.
" Jika kau bisa memilih Megan tanpa cinta. Bukankah itu berlaku juga untukku?"
" Sudah hampir 1 bulan, dan aku pikir suamiku bisa membuatku jatuh cinta kembali. Jadi kau tidak perlu khawatir. Kejarlah cita - citamu. Aku sama sekali tidak akan menganggmu dan tidak pernah menjadi bagian dari itu. Jadi berhenti melakukan ini semua." Jawab tegas Tiana sebelum ia beranjak dari kursinya dan melangkah pergi.
Tangan Kivlan seketika menggenggam tangan Tiana, menatapnya tak percaya, " Kau... mulai mencintainya?"
Tiana tak langsung menjawabnya, " Jawab aku Tiana, apa kau mencintainya?"
" Dia pria yang baik. Aku bisa mencintainya lebih mudah. Jadi sekarang kau bisa melepaskan aku" Kivlan melepaskan genggamannya dan merelakan Tiana pergi.
Saat melihat Tiana menjauh darinya, ia berfikir ia mungkin akan sakit hati. Tetapi ia tak menyadari bahwa mendengarnya secara langsung, membuat hati jauh lebih sakit. Kini ia mengerti, siapa yang ia inginkan.
***
Tiana menyandarkan tubuhnya pada sofa sesaat setelah dia kembali ke apartemennya. Tiana menghela nafas dengan panjangnya saat mengingat bagaimana pertemuannya dengan Kivlan yang sangat menguras emosi.
Jaket hitam yang ia genggam di tangan kanannya membuat rasa penyesalan sedikit di benaknya, " Astaga, mengapa aku mengenakan ini?" Ia tak mau mengambil pusing dan memutuskan menggantungnya di ruang tamu.
" Akan ku simpan disini dulu, besok aku harus mengembalikannya" ujarnya sempat menatap jaket hitam itu sejenak.
*beep*Tiana mengambil ponselnya dan melihat nama Levi yang mengirim pesan.
Sudah tidur?
Raut wajah Tiana berubah, tanpa sadar 2 kata itu menggambar sebuah senyuman di wajahnya.
Belum
Tidak bisa tidur?
Hehe. Aku akan tidur sebentar lagi.
Baiklah, jangan tidur larut malam. Aku akan mengantarmu ke kampus besok pagi.
Benarkah?
Ya. Cepat tidur, jangan sampai besok terlambat.
Selamat malam Tiana.
Tiana kembali tersenyum membancanya. Kini emosi bertemu Kivlan tak lagi mempengaruhi dirinya. Ucapan selamat malam dari Levi nyatanya mampu membuat dirinya tersenyum menatap layar ponselnya.
Aku rasa, aku sudah benar - benar berubah sekarang.
***
Tiana tersenyum menatap Levi yang sudah menunggunya di samping mobil ferarri putihnya. Mengenakan baju kaus putih dan celana jeans hitam, membuat Levi terlihat sederhana tapi tetap menarik mata, tak terkecuali Tiana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alir
RomanceDi mata Tiana, Levi adalah pria asing yang bahkan ia tak tahu secara pasti siapa pria itu. Tapi yang ia yakin, Levi adalah pria yang baik. Meski ia tak mengerti apa yang sebenarnya Levi inginkan darinya. Di mata Levi, saat ia melihat Tiana datang da...