Cerita Sungai

30 5 0
                                    

Levi langsung memakirkan motornya tak lama ia sampai di rumah Pak Pondi. Dan pun kembali membuat lelucon lain saat Levi mendekat, " Kau sudah menemukan apa yang kau cari di pusat kota?"

" diamlah" ujar Levi. Ia langsung masuk kerumah dan mencari keberadaan bu Pondi yang kini sedang memasak di dapur.

Bu Pondi sangat terkejut saat melihat Levi yang tengah mencarinya. " Ada apa tuan Levi?"

" Apa bu Pondi mengenal Tiana?" Tanya Levi to the point.

Bu Pondi terkejut mendengar nama itu, " Tuan Levi... mengenal Tiana?"

" Ya kami bertemu baru saja"

" Beritahu aku, apa yang bu Pondi tahu tentang dia? Mengapa semua orang membicarakannya hari ini?" Tanya Levi lagi.

Bu Pondi semakin terkejut mendengarnya. " Mengapa Tuan Levi menanyakan ini?"

" Jawab saja. Aku ingin tahu semuanya"

Bu Pondi mengangguk paham. " Dia anak pak Yosep. Kami sangat mengenal keluarganya. Dia anak yang baik dan perhatian. Tetapi sayang, apa yang dilakukan ibunya membuat keluarganya di pandang buruk"

Levi mengerutkan alisnya, " ibunya menghanyutkan dirinya di sungai. Bagi orang Haras, melakukan bunuh diri merupakan sebuah aib yang mencemarkan nama keluarga"

" Untuk menutupi itu, ayahnya menikah lagi dengan ibu tirinya yang sekarang. Karena Bu Mehra datang dari keluarga terpandang. Meski bu Mehra juga merupakan seorang janda yang ditinggal suaminya. Mereka melakukan pernikahan untuk menutupi aib masing - masing"

" Tetapi aku tidak mengerti mengapa Tiana harus mendapatkan pandangan buruk jika yang melakukan adalah ibunya?" Tanya Levi lagi dengan sedikit tidak terima.

" Tuan benar. Tetapi bagi kami, anak tak akan jatuh jauh dari orang tua. Begitu juga sifatnya. Maka dari itu sepertinya pemimpin desa membatalkan pernikahan putranya karena itu"

" Mungkin yang Tuan Levi dengar adalah permasalahannya baru - baru ini. Tiana ditinggal menikah oleh Kivlan, putra pemimpin desa. Ini semakin membuat Tiana mendapat citra buruk"

" Tidak masuk akal" jawab Dan yang juga ikut menyimak sejak awal.

" Banyak orang yang juga percaya bahwa batalnya pernikahan mereka karena Tiana sudah tidak perawan"

Dan juga Levi sama - sama mengerutkan alisnya. " Beberapa hari lalu ada kabar beredar seseorang melihat Tiana sedang bermesraan dengan seorang pria dipinggir sungai"

Kemudian semua terhening. Dan melihat kearah Levi, " atau jangan - jangan yang mereka lihat adalah dirimu?" Bisiknya.

Levi terdiam.

" Tetapi saya tahu betul anak itu. Mungkin yang dilihat warga waktu itu bukan Tiana" lanjut bu Pondi lagi.

Levi menarik nafas dan memejamkan matanya. Sepertinya kali ini niat baiknya justru mendatangkan masalah untuk orang lain.

" Baiklah. Terimakasih. Kalau begitu aku dan Dan akan kembali mengecek mobil kami" putus Levi begitu saja meninggalkan begitu banyak tanda tanya di wajah bu Pondi.

Dan lantas mengikuti langkah Levi kembali ke teras depan.

" Dan.. kau punya tugas baru. Cari tahu siapa Kivlan dan ayahnya. Cari tahu apa yang terjadi" titah Levi.

***

Hari yang cerah itu berganti menjadi gelap. Rumah Tiana tak lagi sepi sejak kepulangannya dari pusat kota. Saat ini sudah ada beberapa pria dan wanita paruh baya bertamy dirumahnya.

Kali ini bukanlah bertamu biasa, rumah Tiana juga didatangi oleh petinggi - petinggi adat maupun desa, tak lain salah satunya adalah ayah Kivlan.

Tiana hanya duduk menunduk menghadapi para tamu dihadapannya. Sedangkan Yosep selalu pasang badan untuk putrinya sedari tadi.

" Tunggu. Saya mengerti anda tidak pernah menyukai putri saya sejak awal. Tetapi apakah keputusan itu harus benar - benar dijalankan? Tiana tidak pernah keluar dari Haras. Saya juga tidak bisa membiarkannya tinggal sendiri di luar sana" ujar Yosep masih membela.

" Apa yang kau takutkan? Bukankah putrimu cepat sekali akrab dengan orang asing? Bahkan kejadian di sungai sudah menjelaskan bagaimana putrimu itu" sahut seorang perempuan salah satunya.

Yosep menoleh menatap sang putri yang masih duduk terdiam menunduk dan menangis pelan.

" Dia bahkan tak bisa mengatakan apa yang terjadi di sungai itu" sahut warga lainnya.

" Kau sudah dengar aspirasi dari warga disini. Suka atau tidak, Tiana harus keluar dari Haras dan tidak kembali untuk beberapa waktu" jawab Johan, ayah Kivlan sang pemimpin desa .

" Atau kalau tidak kami sendiri yang akan menariknya!" Ujar para warga tak sabar.

Mendengar itu Tiana hanya bisa menangis. Kini ia tak tahu darimana ia harus berbicara. Terlalu banyak dilema dihatinya. Jika ia berbicara, maka semua orang akan berfikir bahwa ia mengada, karena tak seorang pun memgerti bagaimana keadaan mentalnya saat itu. Akan tetapi, jika dia tidak berbicara, itu artinya ia harus pergi dari Haras.

Bagai mengenggam dua mata pisau. Tiana tak tahu apa yang harus ia katakan.

" Selamat malam." Sapa seorang pria. Suara bass nya kini merubah perhatian semua orang.

Levi berdiri di depan pintu rumah Tiana. Menatapnya penuh harapan.

" Bisakah saya berbicara?" Katanya lagi.

AlirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang